Perkedel, 'si bulat' yang masuk dari Eropa
Like dance, music, customs, and traditions, culinary is also a hallmark of an area. Therefore it is fitting that we appreciate the cultural diversity of the country by knowing the culinary history of the nation itself.
This time we will discuss the origin of Indonesian cuisine called cakes. Those who lived in the Dutch colonial period would know the origins of food commonly eaten with chicken soup.
Perkedel sebetulnya merupakan hidangan yang populer di Jerman, di mana makanan ini dikenal dengan nama Frikadellen, Buletten, Fleischkuechle atau Fleischpflanzerl. Bukan hanya itu. Makanan ini juga menjadi salah satu kuliner khas di beberapa negara-negara Eropa, seperti Denmark, Kepulauan Faroe, Norwegia, Polandia, Rusia, Estonia, Ukraina, Belanda, dan Lithuania. Sementara di Afrika Selatan, perkedel telah menjadi bagian dari warisan kuliner bangsa Afrika lho.
Apa beda perkedel dan Frikadellen?
Perkedel terbuat dari campuran daging dan kentang. Tak jarang, bahan utama untuk membuat perkedel, seperti kentang, diganti dengan umbi-umbian, misalnya singkong atau ubi jalar. Namun, ada pula yang memakai tahu atau jagung sebagai pengganti kentang. Sementara itu, Frikadellen secara tradisional terbuat dari daging sapi atau daging babi cincang atau campuran dari keduanya, yang kemudian diberi bumbu dari bawang, telur, susu (atau air), remah-remah roti (atau oatmeal atau tepung), garam, dan merica. Intinya, perkedel versi Eropa menggunakan 100 persen daging, sedangkan perkedel versi Indonesia menggunakan campuran kentang dan daging (dengan perbandingan 1:1).
really good 🤤
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.merdeka.com/gaya/perkedel-si-bulat-yang-terbang-dari-eropa.html