Motivation Story Community Lebaran 2021 Writing Contest: Aku Ga Mudik - Demi Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19 Gelombang Kedua
๐๐ ๐ฅ๐๐ง๐๐ฅ๐๐ ๐ ๐๐ฅ๐ ๐ฃ๐ช โ๐ ๐๐๐ฆ๐๐๐ฅ๐ช ๐๐๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐ฃ๐๐ฅ๐๐๐ โ๐ ๐๐ฅ๐๐ค๐ฅ: ๐ธ๐๐ฆ ๐พ๐ ๐๐ฆ๐๐๐ - ๐ป๐๐๐ ๐๐๐๐ฆ๐ฅ๐ฆ๐ค ๐๐๐ฅ๐ โ๐๐๐ฅ๐๐ โ๐๐๐ช๐๐๐๐ฃ๐๐ โ๐ ๐ง๐๐-๐๐ก ๐พ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ฆ๐.
Udah lama banget ga menulis! Bukan hanya di Steemit, tapi juga di blog pribadi My Virtual Corner. Emang ga kangen, Al, sekian lama meninggalkan aktivitas ketak-ketik atau corat-coret di buku digital kamu?
Ya kangen lah! Tapi apa daya, pandemi yang sudah hampir dua tahun membelenggu kita ini, telah pula menyeretku untuk lebih menumpukan perhatianku pada urusan offline demi kelancaran asap dapur dan juga terpenuhinya kebutuhan kehidupan. Hayyah, kesannya jadi berat ya?
Hayuk lah kita beralih topik, karena membicarakan kehidupan dan proses pemenuhan kehidupan di masa pandemi seperti ini, rasanya berat dan akan menyeret kita ke rasa yang tidak nyaman. So, let's talk about another topic!
Intinya adalah aku ingin menulis malam ini! Cuma sayangnya aku masih blank mau nulis apa. Belum punya ide gitu loh. Hingga kemudian aku pun main ke Motivation Story Community, mencari inspirasi! Dulu @aneukpineung78 pernah bilang, kalo kakak ingin cari inspirasi, main deh ke Motivation Story Community!
Dan...?
Dan, hey!! Bener aja... Movation Story emang penuh dengan story yang inspiring!
Lihat deh, ternyata sedang ada ๐๐ ๐ฅ๐๐ง๐๐ฅ๐๐ ๐ ๐๐ฅ๐ ๐ฃ๐ช โ๐ ๐๐๐ฆ๐๐๐ฅ๐ช ๐๐๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐ฃ๐๐ฅ๐๐๐ โ๐ ๐๐ฅ๐๐ค๐ฅ loh, yang sayangnya deadline-nya itu hari ini!
OMG!
Hari ini pukul 23. 59 wib. Challenging banget ini.
Etapi....
Menarik juga nih sharing cerita tentang Ramadhan tahun ini ya? Tahun kedua kita menjalankan ibadah puasa dan akan merayakan Lebaran Idul Fitri di masa pandemi. Ah, menarik dan akan sangat sayang untuk dilewatkan deh ini.
๐๐ , ๐๐๐ฅ ๐๐ ๐๐ฅ๐๐ฃ๐ฅ ๐๐๐ ๐๐ฅ๐ ๐ฃ๐ช!
๐๐ ๐ฅ๐๐ง๐๐ฅ๐๐ ๐ ๐๐ฅ๐ ๐ฃ๐ช โ๐ ๐๐๐ฆ๐๐๐ฅ๐ช ๐๐๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐ฃ๐๐ฅ๐๐๐ โ๐ ๐๐ฅ๐๐ค๐ฅ: ๐ธ๐๐ฆ ๐พ๐ ๐๐ฆ๐๐๐ - ๐ป๐๐๐ ๐๐๐๐ฆ๐ฅ๐ฆ๐ค ๐๐๐ฅ๐ โ๐๐๐ฅ๐๐ โ๐๐๐ช๐๐๐๐ฃ๐๐ โ๐ ๐ง๐๐-๐๐ก ๐พ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ฆ๐.
Siapa coba yang tak ingin berlebaran di kampung halaman? Berkumpul bersama keluarga tercinta, sungkem di haribaan ayah dan ibu, bermaaf-maafan dan berpelukan dengan saudara kandung, kerabat dan handai tolan.
Ah, silaturrahmi dan halal-bi-halal yang telah terpupuk sedari kecil ini, selalu saja mampu menumbuhkan hasrat dan kebiasaan pada kebanyakan kita (kaum perantau) untuk booking tiket jauh-jauh hari, agar dapat harga yang lebih murah, dan aman damai terbang/berangkat ke kampung halaman. Lalu menikmati euforia kebersamaan dalam bahagia bersama keluarga tercinta.
Namun kali ini? Ya Tuhan...., Ya Rabbana. Ini adalah tahun kedua di mana kami harus merayakan lebaran kami dalam suasana yang sangat eksklusif! Yang jika pun kelak (setelah masa pandemi ini tuntas), tak akan terulang namun tercatat rapi di dalam benak kita semua.
Suatu masa, di mana kita harus bersahabat dengan bencana berupa wabah global, yang begitu berdaya (powerful) dalam memisahkan jiwa manusia dari raganya (tutup usia), dan dimakamkan dalam regulasi pemakaman jenazah Covid-19, which is sungguh menyayat hati.
Wabah global ini juga berpotensi luar biasa dalam melumpuhkan imunitas tubuh manusia sehingga terpuruk dalam sakit menular sehingga harus isolasi mandiri, atau mendekam di rumah sakit untuk pemulihan, yang justru kebanyakan malah berakhir dengan tutup usia. Hiks...
Wabah ini pula, yang telah dua tahun ini membuat kita, umat manusia di seluruh belahan dunia jadi akrab dengan pemakaian masker, menjaga jarak, menjaga diri untuk tetap bersih, dan patuh pada protokol kesehatan Covid-19.
Walau..., hehe, tidak semua tempat dan penduduknya patuh akan hal ini, sih! Namun secara garis besar, Covid-19 alias "Cut Kak Coronce" ini nyata adanya, dan dasyat serangannya.
Btw, pagi tadi, salah satu temanku baru saja kehilangan mamanya karena serangan Covid-19, dan dirinya pun terdeteksi telah terpapar oleh virus mengerikan ini. Ya Allah, beri kesembuhan baginya, sehatkan dia kembali ya, Allah. Aamiin.
Image background from Canva
Bandung, tempatku tinggal ini, masih tercatat sebagai zona yang berpotensi besar dalam penyebaran Covid-19, makanya kami sangat berhati-hati dan patuh pada prokes Covid-19.
Kami patuh untuk tidak shalat tarawih di Mesjid atau mushalla, walau sebenarnya sudah kangen banget untuk menunaikan ibadah istimewa ini secara berjamaah di sana.
Kami patuh untuk tidak mengadakan acara berbuka puasa bersama di kafe-kafe atau tempat-tempat bukber yang dulu (sebelum pandemi) lazim banget kami adakan.
Kami patuh untuk hanya ke pusat perbelanjaan dengan disiplin (jauhi kerumunan, pake masker, jaga jarak, jujur pada petugas maupun diri sendiri jika sedang kurang sehat, dan menjaga diri agar orang lain tidak tertulis penyakit yang sedang kami derita, semisal flu, batuk, demam, dan semacamnya).
Kami patuh untuk tidak beraktivitas offline dan bikin kerumunan, sehingga kegiatan-kegiatan offline berupa seminar pun dibawa ke dalam bentuk virtual, misalnya dengan melakukan webinar, atau Zoom meeting. Seperti ini, nih!
Ah, ini adalah Ramadhan kedua di mana kita berada dalam keadaan seperti ini, ya, teman-teman? Dan terus terang, menurutku sih telah membuat kita beradaptasi dan mau tak mau, rela tak rela, untuk bersahabat dengan situasi dan patuh akan aturan yang pemerintah tetapkan.
Pemerintah secara resmi telah mengumumkan bahwa mudik dalam rangka Idul Fitri 2021 dilarang. Larangan ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy pada 26 Maret 2021. Larangan mudik tersebut akan mulai berlaku mulai 6-17 Mei 2021.
Kesedihan tentu melanda hati. Namun ini juga untuk kepentingan kita bersama bukan? Kita tentu ingin banget agar segera terbebas dari pandemi ini. Ingin secepatnya bisa kembali beraktivitas secara happy dan lepas dari rasa was-was.
Jadi, aku rasa sih, daripada curi-curi untuk mudik, mending kita patuh deh dengan aturan ini.
Kecuali...., ada hal darurat yang memang mengharuskan kita untuk mudik atau bepergian. Dalam situasi seperti ini (urgent), tentu pemerintah (para petugas yang berwenang tentu juga akan paham dan mengijinkan kita untuk traveling ke tempat tujuan).
So, mari saling menjaga dan mendukung, agar kita tetap sehat, tangguh dan keluar sebagai pemenang nantinya! Yess??
Aku sendiri, di Ramadhan kali ini merasakan hal yang sungguh istimewa sih, walau secara jujur, lebih ke rasa sedih dan sepi. Karena kali ini, aku hanya berdua saja dengan Intan (putri tersayang), menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dan akan berdua saja (pula) menyambut lebaran nanti.
Ayah ibu, serta keluarga besar, semuanya di Aceh. Dan otomatis kami ga bisa mudik, donk! Dan of course, ikhlas kita, mah! Hehe. Walau..... (hayyah, ada walaunya juga yak?) hihi., walau sedih ini tetap menggema. Haha. Apalagi melihat situasi di Aceh, di mana banyak teman-teman yang dengan leluasa beribadah di mesjid atau pun mushalla, berbuka puasa bersama di banyak tempat.
Etapi, kami ga iri kok. Haha. Situasi kita berbeda mungkin? Di Aceh "Kak Coronce" ga begitu berdaya? Hihi. Entahlah, tapi aku tetap mengingatkan agar ayah dan ibu, serta keluarga besar untuk tidak berbaur dulu (beribadah di mesjid/mushalla) deh, demi menghindari dari terpapar "Kak Coronce". Jangan dulu ngumpul-ngumpul di kerumunan, dan berbagai himbauan lain yang sering aku ulang dan ulang.
Berpuasa kali ini, bagiku hampir sama dengan tahun kemarin, kami hanya menghabiskan waktu di rumah saja alias masih dalam STAY AT HOME mode on. Beraktivitas dari rumah melalui virtual world, dan kalo perlu saja baru keluar rumah. Kami berusaha untuk tetap dalam positive thinking dan positive attitude, demi menjaga hati bahagia, dan imunitas tetap tinggi.
Jadi hal yang paling berkesan di Ramadhan kali ini adalah.... menikmati kebersamaan dengan keluarga secara jarak jauh. Kalo sahur kita saling membangunkan (video call), begitu juga saat berbuka puasa, keluarga di sana pada ngumpul, dan terhubung denganku dan Intan via video call.
Jadi..., ketika kita berusaha untuk tetap stay happy, maka hal itu akan terwujud walau melalui *virtual world! So, be happy, no complain, and be a solution focus! *Insyaallah, semua akan baik-baik saja, dan bahagia. Yess??
Dan untuk lebaran nanti? Aku dan Intan sengaja ga belanja baju baru, karena toh juga ga akan kemana-mana. Kami berupaya untuk mengalihkan dana ini ke tempat /orang yang lebih membutuhkan. Bismillah....
Wohooo, time flies! Rasanya baru aja tadi buka halaman Steemit ini, eh sekarang tulisanku sudah panjang banget! Maaf ya teman-teman, jika akhirnya malah jadi ngobrol panjang seperti ini, semoga teman-teman ga sampai tertidur membacanya ya. Hehe.
Btw, selamat melanjutkan ibadah puasa (bagi yang menjalankan), stay safe and healthy, apply social distancing, dan patuhi prokes Covid-19, ya!
Semoga ada inspirasi yang bisa dipetik dari sharingku kali ini, ya, mantemans! Good nite and see you again very soon!
dalam rangka meramaikan agenda keren
yang dihelat oleh Motivation Story Community
Happy Ied Mubarak, Kak @alaikaabdullah. Mohon maaf lahir batin. Sehat, bahagia, dan kaya raya selalu. Saleum buat si Cantik Dila.
Thnk you, Bang Ayi. Happy Ied Mubarak juga utk Bang Ayi sekeluarga yaaa. Salam kembali nih dari Dila untuk Omnya yang ganteng!
Terima kasih juga, Kak Alay....
Terimakasih telah berpartisipasi Kak.
Thank you, bro. Semoga semakin banyak tulisan inspiratif yang hadir di Motivation Story yaaa.