THE DIARY GAME - 06 NOVEMBER 2021 : NONTON BARENG DAN DISKUSI FILM A THOUSAND CUTS

in Steem SEA3 years ago (edited)
50% of post payout goes to @steem.amal

6.jpg

HELLO rekan-rekan Stemian, bagaimana kabar kalian di akhir pekan ini? Semoga sehat selalu tanpa kurang suatu apapun. Hari ini saya akan menceritakan tentang kegiatan saya hari Sabtu (06/11/2021) dalam 'The Diary Game'.

Seperti biasa, setiap pagi Sabtu saya mengikuti kelas Jurnalistik di Basri Daham Journalism Institute (BJI) AJI Lhokseumawe. Hari ini perkuliahan dengan topik Jurnalistik Radio bersama M. Sofyan, reporter Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe. Saya dan teman-teman belajar dari pukul 10.00 - 12.00 WIB. Saya belajar tentang teknik penulisan naskah radio, proses produksi sampai penyiaran.

1.jpg

Setelah menyelesaikan perkuliahan, kami makan siang dan melaksanakan ibadah salat zuhur. Jika biasanya saya dan teman-teman langsung pulang, tapi tidak hari ini. Kami mendapat undangan Nonton Bareng dan Diskusi Film A Thousand Cuts di Aula Meurah Silu Universitas Malikussaleh Lhokseumawe pada pukul 14.00 WIB. Lokasi acara: What3words.

2.jpg

Sejurus kemudian tepat pukul 14.00 WIB, Film telah diputar pada layar tancap. Dengan hikmat kami menonton scene by scene film yang dalam bahasa Indonesia berarti Seribu Luka. Ada puluhan peserta yang ikut, ada yang dari kalangan jurnalis, akademisi, aktivis mahasiswa, dan lintas organisasi.

3.jpg

Kegiatan nonton bareng dan diskusi film dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Internasional Akhiri Impunitas Atas Kejahatan Terhadap Jurnalis. Tanggal 2 November, ditetapkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai Hari Internasional Akhiri Impunitas Atas Kejahatan Terhadap Jurnalis. 2 November dipilih dalam rangka memperingati pembunuhan dua jurnalis asal Perancis di Mali. Kegiatan tersebut digelar oleh AJI di 10 Kota seluruh Indonesia, termasuk di Lhokseumawe. Impunitas dapat diartikan tanpa hukuman atau kebal terhadap hukuman.

Film A Thousand Cuts (2020) merupakan sebuah film dokumenter besutan sutradara Ramona S. Diaz dan telah diputar pada Festival Film Sundance pada Januari 2020 lalu. Film ini hanya dapat ditonton secara eksklusif, sehingga kesempatan ini saya manfaatkan untuk menambah wawasan tentang kebebasan pers.

A Thousand Cuts menceritakan perjuangan seorang jurnalis asal Filipina bernama Maria Ressa menghadapi tuntutan hukum akibat keberanian medianya menyoroti kebijakan pemerintah Filipina, terutama kebijakan kontroversi sang Presiden Duterte yang dianggap melanggar Hak Asasi Manusia dengan dalih pemberantasan Narkoba.

Film dengan durasi 110 menit tersebut menceritakan lika-liku perjalanan Maria Ressa. Maria Ressa merupakan pendiri media online Rappler.com yang kemudian terpilih menjadi penerima anugerah nobel perdamaian (2021) atas usahanya memperjuangkan kebebasan berekspresi dan demokrasi di Filipina. Pada tahun 2005 wanita berdarah Filipina-Amerika itu pernah bekerja dan ikut mendirikan kantor CNN biro Jakarta.

Acara nonton film dan diskusi yang mengusung tema Impunitas Era Digitalisasi menghadirkan Syahrul dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh dan Ayi Jufridar sebagai Ahli Pers. Diskusi seputar kebebasan pers berlangsung hangat dan mendapat berbagai tanggapan dari peserta.

4.jpg

Dari aspek hukum Syahrul mengemukakan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) menjadi pintu masuk yang dapat digunakan untuk kriminalisasi terhadap wartawan maupun jurnalisme warga. Menurutnya Pers punya peran mencerdaskan publik agar tidak termakan informasi hoaks. Sementara kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh informasi yang benar dan terverifikasi. Jika berita memenuhi kaidah jurnalistik, maka UU Nomor 40 Tahun 1999 yang dijadikan rujukan jika ada permasalahan yang menimpa jurnalis. Syahrul juga menyampaikan bahwa secara internal organisasi wartawan juga perlu berbenah meningkatkan kompetensi anggotanya agar menghasilkan berita yang memenuhi kaidah jurnalistik.

Sementara itu ahli pers Ayi Jufridar menyoroti Indeks Kebebasan Pers (IKP) Aceh yang semakin mengkhawatirkan, tahun 2021 Aceh menempati peringkat ke-23. Terjun bebas dari peringkat pertama pada tahun 2018. Ia mengungkap beberapa kasus intimidasi yang mengancam kerja jurnalis. Ia memaparkan bahwa teror kekerasan terhadap jurnalis tidak hanya bersifat fisik seperti pemukulan dan pembakaran rumah atau mobil tapi juga berbentuk verbal seperti perundungan dan ancaman baik lisan maupun tulisan.

Pada akhir sesi diskusi ada Quiz untuk peserta, siapa yang dapat menjawab pertanyaan narasumber mendapatkan hadiah dari panitia. Syukurlah saya menjadi salah satu peserta yang mendapat hadiah kaos eksklusif dari panitia.

5.jpeg

Sampai disini dulu 'The Diary Game' saya kali ini. Terimakasih

Salam hangat,
@amrizalabe

About ME
My Twitter
My Discord

Sort:  
 3 years ago 

Ketemu lagi di ruang ini

Yes Sir @darmawanbuchari, nice to meet you here 😁

 3 years ago 

Hehehhe, thanks

Thank you Cak @djadawadjadi 👍

Semangat bg dan sehat selalu 🙏😀

Thank you Bro @fahmiam 🤝

Sama-sama bro 👌😀

Selamat pak atas hadiahnya...👏👏👏

Terimakasih Ibu @muthmainnah 🤝