Memahami CInta
Kamu takkan pernah pulih dari patah hati pertama.
Umurmu enam belas, kamu memberinya milikmu yang paling berharga, gitar akustik elektrik Fender Montara, dan berjanji untuk mengajarinya tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Tahun 1996 kamu batal nonton Green Day di Plenary Hall JHCC untuk membantu pergelaran cipta busananya di kamar indekosnya. Tiga bulan kemudian kamu menangkapnya selingkuh di ruangan yang sama dengan seorang pemain basket bernama Wawasan.
Kamu tak habis mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Cowok itu tak bisa melakukan slam dunk.
Juno, sahabatmu, menawarkan untuk mengantarmu ke Yogyakarta. Ibumu memasak makan malam kesukaanmu—gulai tiram, sambal udang, dan sayur asem seminggu berturut-turut. Ayahmu tidak mengatakan apa-apa. Kamu tidak merasakan hal-hal itu membantu meskipun kamu menikmati makanan yang bahkan sering terlalu asin.
Kamu tak pernah ingin mengalami kesedihan. Kehilangan, perasaan lumpuh dan mengenaskan yang membuatmu meringkuk bagai janin dalam kandungan berguling bolak-balik dari sisi ke sisi tempat tidur, membuatmu bersumpah untuk tidak pernah jatuh cinta lagi sampai kamu tahu bentuk hati manusia. Kamu pikir jawabannya terletak di salah satu sudut dunia.
Kamu putus kuliah untuk bergabung dengan grup band lokal di Yogyakarta. Kalian menyewa rumah kosong tak jauh dari Pasar Ngasem, tanpa perabotan kecuali selimut kepompong dan peralatan musik. Brojo menjelaskan patah hatimu sebagai buah karma jagat raya, tapi kamu tak percaya. Kebenaran sudah cukup menyakitkanmu, melecut dalam bentuk peristiwa petaka kecil-kecil. Seorang gadis yang tampak seperti Sade Adu meninju mulutmu hingga dua gigimu tanggal setelah kamu bertabrakan dengannya di depan Mirota Batik Malioboro. Kamu tidak punya uang untuk ke dokter atau tukang gigi, dan jika kamu punya, kamu tidak akan pergi ke dokter atau tukang gigi juga.
Seorang pelukis sketsa wajah dari Sofifi memberi tahumu tentang angka rahasia transendental yang menjadi kunci pembuka rahasia alam semesta. Kamu hapal pi sampai sembilan puluh sembilan angka, namun tidak ada yang terkesan dengan kemampuanmu itu. Kamu pacaran putus-sambung dengan seorang gadis mahasiswi Fakultas Biologi UGM yang mengatakan bahwa cinta adalah hasil proses biokimia di otak yang bekerja melayani bawaan gen semata. Kamu menyabotase masa depan jangka panjang bersamanya saat kamu memberi tahu dia bahwa gen telah membuatmu berselingkuh darinya dengan seorang mahasiswi pertukaran pelajar dari Selandia Baru bernama Christy.
Tidak, kamu tidak pernah selingkuh.
Kamu mengikuti audisi dan mendapat posisi lead vocal di sebuah band yang baru mendapatkan kontrak dengan label utama di Ibu Kota. Kamu membuat semua orang terkesan dengan ungkapan-ungkapan dan aksen Inggrismu yang aneh meski lagu kalian semuanya berbahasa Indonesia.
Seorang editor majalah mode wanita memberi liputan yang fantastis. Karen, CEO perusahaan rekaman mengajakmu dalam perjalanan bisnisnya. Singapore, Sidney, Kuala Lumpur, Seoul, Hong Kong, Madrid, dan Abu Dhabi. Selama satu dekade kamu terbawa badai pertunjukan, pesta koktail, dan penerbangan kelas satu. Mengaku sebagai vegetarian saat pemesanan tiket pesawat menyebabkan kamu mendapat perlakuan istimewa. Kamu mematahkan banyak hati di belasan negara, tapi bukan hatimu. Hidup menjadi kabur, buram, dalam perputaran rotasi global.
Kamu tidak tahu lagi siapa dirimu, tapi kamu tahu bagaimana akhirmu kelak.
Kamu akan mati kesepian, sendirian.
Dan kamu masih belum tahu rupa hati manusia. Kamu pikir jawabannya ada pada diri sendiri.
Maka kamu mencampakkan Karen saat perjalanan ke New Delhi dan menjadi pengembara yang menjelajah Asia Selatan. Kamu berguru pada banyak guru, berbagai aliran kepercayaan. Kamu melupakan semua harta duniawi. menjalani diet ketat, berpuasa dan bermeditasi. Setiap menemukan toko buku, kamu akan membeli sembarang buku berbahasa Inggris: Bhagavadgita, Romeo dan Juliet, Kalila dan Dimna, Kamasutra, Lelaki Tua dan Laut. Kamu merenungkan banyak hal: Tuhan sebagai Cinta, Hidup sebagai Penderitaan, bintang di langit, dan roti canai.
Kamu masih tak belajar juga bagaimana agar hatimu yang pernah sekali patah kembali patah.
Kamu tak tahu arah tujuan, tapi kamu tahu siapa dirimu nanti.
Kamu akan mati kesepian, sendirian.
Kamu pernah mendengar tentang prinsip ketidakpastian Heisenberg dan Dilema Elektron, tapi kamu tak tahu apakah itu bisa diterapkan pada manusia. Apakah mungkin untuk mengetahui dengan pasti siapa dirimu sekaligus ke mana kamu akan pergi? Kamu tak dapat memiliki pengetahuan yang sempurna tentang dirimu dan dunia.
Manusia berpikir tentang surga dan neraka setelah dunia, tak ada yang tahu bagaimana cara cinta beroperasi.
Patah hati berkali-kali mungkin syarat dan ketentuan yang dharuskan oleh cinta.
Kamu masih punya waktu, semoga.
TAMAT