険しい崖の間 | Between Steep Cliffs | Di Antara Tebing Curam |
Di Antara Tebing Curam
KISAH Uluwatu, Bali, belum (akan) berakhir. Tiga kali saya ke Bali, Uluwatu selalu menjadi singgahan. Setelah kehidupan religi dan sensasi perilaku monyet yang nakal, saya ingin berbagi kenangan lama di antara tebing-tebing curam, pada saat gerimis membasahi Uluwatu.
Dari atas tebing, ombak di bawah memutih dan terburai setelah menghantam dasar tebing. Deburan ombak terdengar sayup, tergulung dengan suara para turis yang tak henti-henti mengagumi Uluwatu. Saya mencoba menikmati setiap detail yang ada. Tebing, ombak, monyet, gerimis, dan perilaku para turis.
Saya menyukai gerimis tipis. Bagi saya itu romantis. Itu juga yang barangkali dirasakan sepasang turis dari Jepang yang meminta bantuan saya untuk mengabadikan kesan mereka di Uluwatu. Kami berbincang sesaat, tentang saya yang pernah bekerja sebagai stringer Asahi Shimbun—surat kabar terkemuka di Jepang—dan tentang wajah lelak itu yang mirip Nakata, mantan pesepakbola Jepang yang pernah berkarier di Liga Italia.
Di antara tebing-tebing curam, romantisme dan persahabatan terjalin menjadi satu.[]
Between Steep Cliffs
The Uluwatu story, Bali, has not (will) end. Three times I went to Bali, Uluwatu has always been a stopover. After the religious life and sensation of naughty monkey behavior, I want to share old memories (five years ago) among the steep cliffs, as the rain drifts Uluwatu.
From the top of the cliff, the waves below whiten and break down after hitting the base of the cliff. The sound of the waves sounded faint, rolled up with the sounds of tourists who unceasingly admire Uluwatu. I try to enjoy every detail there. Cliffs, waves, monkeys, drizzle, and tourist behavior.
I like the thin drizzle. For me it's romantic. It is also perhaps a couple of tourists from Japan who asked for my help to immortalize their impression in Uluwatu. We talked for a moment, about me who had worked as a stringer of Asahi Shimbun-a leading newspaper in Japan-and about the face of the man who looked like Nakata, a former Japanese footballer who had made a career in the Italian League (Serie A).
Among the steep cliffs, romance and friendship are intertwined into one.[]
険しい崖の間
STORYウルワツ、バリ島、まだ終わりが来る(だろう)。私はバリ、ウルワツにあった三回は、常にキャッシュされます。宗教的な生活と感覚いたずらサルの行動の後、私はウルワツ濡れ霧雨の時に、急な崖の間に昔の思い出を共有したいです。
崖から、崖の底を打った後に漂白及び擦り切れ以下波をクラッシュ。波がかすかに聞こえ、延々とウルワツを眺め観光客のノイズをロールアップ。私は細部がある楽しむためにしてみてください。崖、波、サル、霧雨、と観光客の行動。
私は薄い霧雨が大好きです。私にとってそれはロマンチックでした。また、おそらくウルワツに自分の感想を永続させる私の助けを求めた日本人観光客のペアを感じました。私たちは、私が日本とで同様のlelak中田、イタリアリーグで元日本サッカー選手今までのキャリアです、それの顔にストリンガー朝日新聞最先端の新聞として働いてきたについて、瞬間のために話をしました。
険しい崖の中で、恋愛と友情を1つに絡み合っ。[]
I'm off the cliff
Continue to tread to the top where beauty looks perfect.
My close friend permeates the atmosphere of Uluwatu from the top of the cliff.
Starting from ikaga desu ka, I photographed a romantic couple from Jepan under a romantic drizzle.
Where do you come from? Japan, Korea, or China? From wherever, it does not matter. You look as beautiful as Uluwatu.
wow,,saya ingin sekali kesana
Ke Ubud, @mummar. Kita bisa liburan produktif; Liburan sambil menulis.