Tempat Terindah Melarikan Hati yang Patah
Cinta pertama saya kejar selama 14 bulan ketika saya baru setahun selesai sekolah menengah. Hanya dua bulan merajut tali kasih, kekasih pujaan hati diam-diam bertunangan dengan Om-Om.
Dulu tidak ada istilah galau, tapi itulah yang terasa. Tahun 1993, baru masuk Politeknik Negeri Unsyiah (kini Politeknik Negeri Lhokseumawe). Abang leting selalu menakuti kami akan drop out karena malas. Saya lulus Politeknik seperti kecelakaan sejarah yang belakangan menjadi titik balik dalam hidup. Tiga mata pelajaran yang diuji untuk masuk Politeknik adalah Matematika, Fisika, dan Kimia. Dan ketiganya saya selalu dapat nilai tertinggi enam.
Dalam situasi patah hati dan tertekan dengan suasana Kampus, saya harusnya masuk IGD (Instalasi Galau Darurat). Berjalan seperti tidak menginjak tanah, selalu kehilangan fokus, tidur tak nyenyak, makan pun tak enak. Badan hangat, mata cekung karena kurang tidur. Bagi yang pernah patah hati, pasti bisa merasakannya luar dalam. Luar dalam hancur!
Lalu datanglah tawaran ikut turnamen antar-kampung (tarkam) di Matangglumpang Dua, Bireuen. Turnamen lumayan besar, ini terlihat dari pemain yang di-bond klub peserta, juga jumlah penonton. Saya memilih ikut meski kondisi kurang fit karena dalam suasana berkabung nasional akibat patah hati.
Dari kampung saya di Cot Gapu, ada tiga pemain yang "dikontrak" dengan bayaran masing-masing sekitar Rp30.000 (nasi di kantin Politeknik saat itu Rp600 sepiring). Ada Abang saya yang berposisi sebagai striker. Seorang lagi gelandang bertubuh jangkung, namanya Husaini. Saya sendiri pemain bertahan, bisa di kiri atau kanan, tapi lebih sering di double stoper.
Saya bermain dengan pikiran mengembara. Namun sepanjang karier profesional saya sebagai pesepakbola tarkam dan memang kampungan, ini termasuk yang paling sukses. Kami juara di turnamen itu meski tim lawan pemainnya hebat-hebat.
Nilai perjuangannya menjadi lebih karena bermain dalam kondisi seperti di atas. Dan yang lebih mengharu biru, di final saya mencetak gol. Masih segar dalam ingatan, dari bola pojok, saya yang melakukan over lapping melakukan tendangan voli ke gawang lawan. Saya tidak sadar sudah gol sampai Abang saya memberikan selamat disusul para pemain lain.
Begitulah. Sepakbola adalah tempat yang aman murah menyehatkan untuk melarikan hati yang patah. Sampai sekarang, meski bukan pemain berbakat, saya selalu gembira berada di lapangan dan sangat menikmatinya.
Makanya, ketika diajak memperkuat Tim Ikatan Alumni Universitas Malikussaleh (Ika Unimal) dalam kompetisi internal, saya langsung bersedia meski tahu lawannya para mahasiswa yang masih segar.
Di luar dugaan, kesebelasan Ika Unimal yang melawan mahasiswa Ilmu Kelautan bisa menenggelamkan lawan dengan skor telak 8 - 0.
Para pemain Ika Unimal juga banyak pemain bola berprestasi seperti Anis Maulizar yang sudah sangat dikenal di Lhokseumawe, Aceh Utara, dan sekitarnya. Beberapa pemain lain juga sangat piawai, seperti mantan aktivis mahasiswa, Rahmadi M Ali yang menjadi men of the match dalam pertandingan tersebut.
Kemenangan memang menjadi tujuan dalam pertandingan, tapi kegembiraan dan kekompakan yang utama. Pelajaran lainnya, jangan remehkan "orang tua" di lapangan sepakbola. Tua bukan berarti loyo. Dengan dukungan pengalaman yang matang, dan sisa-sisa kejayaan tarkam masa silam, kemenangan besar pun datang.
Dulu meraih kemenangan dengan hati yang patah, kini mematahkan hati lawan dengan hujan gol.
Terima kasih kepada Manajer Pelatih Pak @ismadi yang telah meramu strategi dengan jitu. Terima kasih buat para pemain yang berjuang mencurahkan tenaga, pikiran, dan mengucurkan keringat untuk menciptakan gol demi gol. Terima kasih juga kepada para suporter Tim Ika Unimal yang militan.
Pemain TIM IKA Unimal:
1.Rahmad (Pertanian)
2.Iqbal (Fisip)
3.Anis Mauliza (Fisip)
4.Rahmadi (FT)
5.Yasir (Pertanian)
6.Nanda (Pertanian)
7.Ilham (Ekonomi)
8.Maulana (Ekonomi)
9.Darmadi Olo (FT)
10.Ayi Jufridar (Ekonomi)
11.Kadafi (Fisip)
12.Danil (Fisip)
13.Safrizal (Pertanian)
14.Indra (FT)
15.Mustafa (Pertanian)
16.Aldila (Ekonomi)
Official Tim
1.Dr Ismadi
2.Khaidir
3.Zahri
4.Firdaus
5.Teuku Andi Rahman
Terima kasih buat @bukharisulaiman dan @teukuandirahman yang foto-fotonya saya tampilkan di sini.
IKA UNIMAL calon kuat juara kali ini karena didukung oleh pemain hebat, kompak & sponsor yg kuat. 😁
Kita harus melobi Qatar Airways Pak @ismadi. Mumpung Barcelona sekarang jarang ada penonton akibat referendum. Dengan kemenangan demi kemenanga, penonton yang penuh di setiap pertandingan, sponsor pasti berebutan bekerja sama dengan kita.
Haha. Betul...😁
Mantap
Bek lheh patah hati kapatah gaki @ayijufridar
Bek sampe patah gaki @bangjuh. Ka meumada ngon patah hati dan wate nyan cukop brat meukarat teuh.
What a productive escape!
Thanks so much Bro @alchaidar.
Kece abg @ayijufridar
Terima kaish @munandar
Mungkin jika bukan sedang galau, selebrasi usai mencetak golnya akan seperti Gareth Bale di Madrid bang, hehee 😁
Apa sebutan untuk Kata “Galau” di masa silam bang @ayijufridar?
Masa itu memang tidak ada istilah galau. Kata yang sepadan untuk itu adalah gundah.
Cintamu pada bola, bagaimana dengan cintaku? Hahaha....
Tetap pada bola juga Sista @mariskalubis. Dipertemukan di bola, bergumul di lapangan, berkeringat, akhirnya gol. Tujuan akhirnya memang gol. Bola itu bulat, sebagaimana cinta.
Cinta itu bulat, caa berpikir tentang cinta yang mbulet!
hancur hatiku mengenang dikau menjadi keping-keping setelah kau pergi..
tap semuanya ada hikmahnya kan bg @ayijufridar
Itu kisah masa lalu @iamrifk. Sekarang menjadi kenangan yang lucu. Han ek ta khem...
kalau sekarang mah sudah ada penawar rindunya 😀
Luar biasa
Ini yang perlu dicontoh anak muda lainnya, tidak selalu patah hati berujung pada hal-hal yang negatif :)
Benar sekali Bunda @ririn. Kita harus bisa membalikkan situasi yang buruk untuk hal positif. Saleum.