Pencurian Bunga Taman Kota Adalah Pencurian Ideologis dan Beginilah Ihwal Ceritanya
Ketularan dengan pelbagai kasus pencurian yang terjadi di lingkungan pemerintahan, semisal pencurian uang rakyat oleh para koruptor, beberapa pemuda di Banda Aceh membentuk satu persekutuan pencurian. Persekutuan ini diberi nama Pemuda Baik Baik-Pencuri Bunga Bunga. Disingkat menjadi PBB² (baca: pebebe kuadrat atau pebebe pangkat dua).
PERSEKUTUAN JAHAT dalam tanda kutip ini telah menjalankan misi-misi pencurian tak terduga, yang tak pernah terungkap kecuali akan kuungkap secuil saja rahasianya ke hadapan kalian semua. Jika tidak keberatan, mari ikuti kronologis para anggota PBB² yang nama-nama mereka baiknya kusamarkan saja dengan Kim, Jong, Un, A Su, Trump, Donald, Djugashvili, Koba, Harto, Daalen, dan Polpot.
Komplotan PBB² berjumlah 11 orang. Kalau kau pernah menonton film Hollywood produksi Warner Bros berjudul Ocean's Eleven, mungkin kau akan mengira cara kerja pencurian komplotan ini mengacu seperti yang ada dalam film tersebut. Tapi itu salah besar sebab komplotan PBB² tak perlu menyiapkan aksi mereka dengan rumit dan matang.
Untuk setiap aksi yang ingin dijalankan mereka hanya perlu menyiapkan 4 unit cangkul dengan spesifikasi; 1 cangkul duduk, 1 cangkul burung, dan duanya lagi cangkul konvensional. Selebihnya adalah karung bekas yang jumlahnya disesuaikan dengan keadaan atau bersifat kondisional. Kendati peralatan yang mereka siapkan tampak sepele, satu hal yang sering menjadi perdebatan di antara ke 11 orang komplotan itu adalah ketika mencari kesepahaman bersama tentang dasar bertindak atau alasan ideologis; kenapa mereka harus mencuri di sini, kenapa tidak mencuri di sana, atau akan dikemanakan hasil pencuriannya nanti.
Untuk mencapai kesepahaman bersama itu, mereka akan berdiskusi berhari-hari. Kerap saling mencaci maki, bahkan tak jarang juga terjadi baku hantam antar mereka. Tapi kejadian-kejadian anarkis seperti itu malah berujung pada semakin eratnya simpul tali kekerabatan antar sesamanya. Diskusi sebelum aksi pencurian mereka akan selalu diiringi dengan satu lagu. Hanya satu lagu. Diputar berulang-ulang melalui pemutar MP3 kecil yang volume suaranya disetel sayup-sayup saja. Itu lagu gubahan Pidi Baiq, imam besar The Panas Dalam berjudul, Jampi Maling. Jika penasaran, silahkan google saja. Pasti ada.
Jika diskusi mencari alasan ideologis mereka telah berlangsung tiga hari dan kesepahaman bersama belum juga ketemu, biasanya A Su, akan mengakhiri dengan satu bentakan sambil menggebrak meja.
"Hei, songong! Kukata pada kalian semua ya. Kita hanya akan mencuri bunga di taman kota. Tidak lebih. Ngapain terus-terusan debat berhari-hari begini hanya untuk mencuri bunga. Apa koruptor pencuri uang rakyat debat ginian juga sebelum beraksi, hah? Sudah. Nanti malam kita beraksi. Titik!"
Kalau A Su sudah setengah ngamuk, Harto yang nyengir, Polpot terbatuk-batuk, Koba berdehem, Djugashvili mengangguk-angguk, Trump garuk-garuk pantat, Donald terpana, Kim menguap, Un menahan kentut, Polpot pamit ke jamban, dan Jong menulis kesimpulan di lembaran notulensi dengan kalimat seperti kuterakan di bawah nanti. Daalen kemana? Waktu itu ia telah meminta izin tidak hadir dalam diskusi sebab ia ditugaskan untuk memata-matai tempat aksi.
Aksi pencurian ini dilakukan atas dasar: Sudah semestinya bunga-bunga di taman kota harus dicuri untuk disebarkan ke tempat-tempat yang tak terendus intel Satpol PP, agar keindahan tidak hanya ada di taman kota. Agar keharuman menyebar di pelbagai pelosok. Dengan harapan: bunga hutang para lintah darat hilang pamornya. Akhirul kalam, kepada Tuhan Yang Maha Kuasa jualah kami berlindung dari segala godaan setan terkutuk, semisal setan-setan koruptor yang wujudnya tak lagi ghaib seperti lazimnya segala jenis setan lain di dunia.
Maka pada malam itu juga, komplotan PBB² melakukan aksinya. Ini sebuah malam yang dingin lagi jula, tengah bulan Agustus yang lembab, pada tahun-tahun terakhir Ibu Walikota mengakhiri masa jabatannya. Mereka beraksi di Taman Sari. Letaknya tepat di moncong gerbang kantor Balai Kota, yang petugas pengamanannya sedang asyik menonton live Liga Champion di televisi.
Sebagaimana namanya, komplotan ini beranggotakan memang pemuda baik-baik, mencintai bunga-bunga. Dan dengan baik pula mereka berbagi tugas mencabut dua bocah bunga Asoka, satu bocah batang Seulanga, Rumput Jepang, dan setengah lusin bunga-bunga lainnya.
Begitulah cuilan kisahnya. Jika kau bertanya bagaimana aku tahu rahasia ini? Jawabnya: rahasia. Yang pasti ke 11 anggota PBB² ini masih ada, masih saling bersilaturrahmi, masih sama-sama mendengar lagu Jampi Maling.
Hanya saja dalam dua tiga tahun terakhir aksi pencurian mereka sudah tidak dilakukan lagi. Kenapa? Itu tak lain karena Kim sudah terlalu sibuk dengan bunga desanya, begitu pun Harto, dan hal yang sama juga berlaku pada Polpot, Djugashvili serta Koba. Sementara A Su, Donald, Trump, Jong, Un, dan Daalen sibuk main petak umpet dengan para debt collector yang terus-terusan mencari mereka untuk dimintai bibit bunga hutang para rentenir kota.
Selalu antusias membaca tulisan-tulisan @bookrak, kritik sosial yang dikemas apik, terkesan sepele tapi menghujam...
Regards
@yaisardinarto
Terimakasih bg @yaisardinarto. Masih perlu belajar banyak biar hujamannya lebih tepat dan tajam, bang. Hehehe Saleum.
homhai
Sama siapa pemuda2 ini akan meminta maaf? Supaya hari akhirat nggak ngejar pemilik bunga2. Mungkin pada dana otsus ya
Nanti kuwawancara lagi apa mereka perlu minta maaf. Hehe
Harus ada tersangka yang dimention!
para tersangka harus membela diri. Pledoi! hahaha
Tak ada pledoi tanpa tuduhan resmi
Tak berani kusebut. Lagi pun, ini laporan agak rahasia.
pbbpbb nyan bg, na termasuk golongan para pemuda baik baik pencuri trotoar trotoar, ?
Aku tak tahu menahu dengan urusan pencuri trotoar. 😂😂😂😂
Pokokjih bek keundoe bookrak
Han keundoe.
Reza tlg peugah siat bak PBB², di bivak emperom mantong na lahan untuk meu padum bak bak bungong
Meunyo mantong dipake nomor hape sot, enteuk lon peutroh amanah nyan, bang. Hahaha
That geupap, hahaha. Jeut update lom hasil curian nyan. Ukuran kesuksesan aksi.
Alaah mak oi...
Kapan kita buka kelas menulis lagi guru??
Hehe...
Jadi ingat bukunya Kuntowijoyo yang "dilarang mencintai bunga-bunga". hehehe