Senja dan Kalimat Ibu

in Motivation Story3 years ago (edited)

Mak dan aku.jpg

10 tahun lalu, aku melihat engkau terakhir tersenyum di pembaringan di rumah kita , rumah setengah jadi yang abu buat untuk mu dan 10 anaknya. Kamu adalah emak terbaik, hidup tanpa marah dan terlalu banyak rahman dan rahim.

Sore itu mendung pekat. Tangan ringkih mu memegang kuat agar aku tak beranjak, ya Allah terlalu besar dosaku saat itu kepada mu, seperti orang meninggalkan ibu yang masih rindu pada anaknya. Akupun diam dan tidak bergerak.

Engkau mengajak ku bicara dari hati ke hati. Engkau ulang lagi kata-kata ketika aku akan merantau, kata yang tak menyakitkan tapi menusuk pikiranku yang kosong. “Kamu tidak perlu menjadi apapun dan siapapun, cukup menjadi anak Mak yang baik,” katamu saat itu.

Kalimat sederhana yang engkau ucapkan dengan nada berat itu terus terngiang. Terus terasa dalam pikiran ku sampai saat ini diusiaku yang tak muda lagi. Mak, engkau adalah wanita penyabar. Kesabaran mu melebihi kesabaran para kaum sufi.

Itu 10 tahun lalu, terakhir kenyataan aku memiliki seorang ibu yang terlalu hebat. Seperti wanita petarung yang tidak pernah mengeluh dengan kenyataan, kenyataan Abu sang ayah dari kaum tak punya, pengabdi negara dengan uang hasil kerja yang tak seberapa. Kenyataan bahwa dia terlalu cinta anak dan keluarganya.

aku dan emak 1.jpg

Bahkan mendiang Abu memuji mu seperti bidadari, dia takut berbuat salah dan tidak ingin disalahkan. Dia takut engaku marah, walau dia tahu itu tak akan pernah terjadi. “Demi Allah Abu tak pernah melihat wanita sebaik mak mu, dia terlalu baik buat kita,” kata Abu ketika masih hayat.

Aku teringat kepergian Mak disambut mendung, langit menggelap. Hari itu rintik kecil hujan membuat suasana sejuk. Bunga yang layu ikut segar, ya kembang ungu diantara tumbuhan keladi dan labu di depan rumah. Alfatihah untukmu ibu yang aku panggil Mak, wanita terhebat sepanjang masa.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.11
JST 0.027
BTC 65079.97
ETH 3405.38
USDT 1.00
SBD 2.31