Gajah Sumatera di Aceh, Masa Lalu dan Sekarang // Sumatran Elephants in Aceh, Past and Present.
Foto by FH.
Gajah Sumatera di Aceh, Masa Lalu dan Sekarang
Catatan Arkeologi pada pertengahan masehi, beberapa penjelajah dari Yunani dan Romawi yang mengunjungi India dan Nusantara (Indonesia), menemukan raja-raja di bagian utara pulau Sumatera mengendarai gajah. Gajah milik raja dihiasi perhiasan dari emas dan batu-batuan berharga.
Para penjelajah menamai kerajaan itu dengan Tabrobane. Periode tahun 601 H (1205 M), permulaan berdirinya kerajaan Islam Atjeh Darussalam.
Sultan yang terkenal adalah Sultan Iskandar Muda. Di masa kejayaannya mempunyai angkatan darat dan laut yang besar, terdiri dari tentara berkuda dan gajah. Dr.W.AP dalam bukunya Hetgezantschap van den sultan van achin, hal.19-21 menulis bahwa raja yang berkuasa pada waktu itu adalah Maharaja yang terbesar di seluruh Sumatera.
Raja mempunyai gajah yang bergading berwarna merah, hitam, putih dan belang, dihiasi dengan emas, batu permata, ratna mutu manikam. Selain itu ada gajah pasukan perang dengan 1000 ekor gajah dengan kereta kencana diatas punggungnya dengan gading yang bersalutkan besi dan bersepatu tembaga.
Periode Tahun 665 H (1265 M), Marcopolo berkunjung ke kerajaan Samudera Pase sewaktu Pemerintahan Sultan Malikussaleh (Meurah Silo) dan ia mendapati sultan mempunyai kenderaan gajah disamping tentara kuda. (selengkapnya baca : Gajah putih Iskandar Muda, M Junus Djamil, Lembaga Kebudayaan Atjeh, 1957-1958). Dimasa lalu gajah-gajah memegang peranan cukup penting, bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga berperang melawan penjajah kala itu.
Gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) merupakan mamalia besar endemik pulau sumatra, hidup terdesak dan terisolir di tengah populasi manusia di sepanjang pulau sumatera. Mamalia besar ini statusnya tercatat dalam Red List of Threatened species IUCN (critically endangered species) dan terdaftar dalam lampiran CITES (Appendix I).
Di masa lalu, sejarah membuktikan bahwa sebenarnya gajah dan manusia pernah hidup berdampingan saling membutuhkan secara damai. Manusia dan gajah tidak saling merugikan, tidak saling berebut habitat. Sesungguhnya kita bukan hanya telah kehilangan dialog “Biram Sattany”. Biram Sattani merupakan nama seekor Gajah putih kesayangan baginda Raja Sultan Iskandar Muda, dimana diceritakan hubungan mereka sangat dekat dan patuh terhadap Raja pada masa itu.
Ternyata kita kehilangan lebih banyak lagi. Mengapa sekarang mereka masuk ke ladang-ladang kita dan mengobrak-abriknya? apakah mereka bukan lagi sahabat kita?. Padahal sejarah telah membuktikan bahwa sebenarnya gajah dan manusia pernah hidup berdampingan saling membutuhkan secara damai.
Sulit, namun tetap berharap kita bisa mengembalikan lagi harmoni itu. Kita tetap bisa memulainya lagi. Tidak harus dengan langkah besar, bisa dimulai dengan membangkitkan kembali pengetahuan lama yang sudah lama hilang dan menebarkan pentingnya peduli lingkungan dan penyelamatan satwa yang dilindungi, menggali kembali nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat tentang Gajah Sumatera.
source ; https://www.boombastis.com/gajah-perkasa-aceh/76517
....................................................................................................................................... English version..!!
Sumatran Elephants in Aceh, Past and Present.
According of midlle ages Archeological record, several explorers from Grace and Rome who visited India and Nusantara (Indonesia), found the kings in the northern part of Sumatra island riding the elephants. The elephant belong the King’s is decorated with jewerly of gold and precious stones.
The Explorers named the kingdom with Tabrobane. Period of 601 Hijriah (Islamic Calender) or 1205 AD (Century), the beginning of the Islamic empire of Atjeh Darussalam.
The famous Sultan is Iskandar Muda. In its greatness time had a large army and marines, consisting of horsemen and elephants. Dr.W.AP in his book “Hetgezantschap van den sultan van Achin” page.19-21, wrote that the ruling king at the time was the greatest Maharaja in all of Sumatra.
The king has ivory colour of elephants with red, black, white and striped. The elephant decorated with gold, gamestone etc its valuables. In addition there are 1000 of elephants war troop with chariot on his back with ivory overlaid with iron and shoe copper.
In the Year of Period 665 H (1265 AD), Marcopolo visited the kingdom of “Samudra Pasai” during the reign of Sultan Malikussaleh (Meurah Silo) and he found the sultan having an elephant vehicle beside the horse’s army. (read more ; Iskandar Muda’s white elephant, M Junus Djamil, Atjeh Cultural Institute, 1957-1958). In the past elephants played a significant role, not only in everyday life but also at war against the colonist at the time.
Sumatran elephants (Elephas Maximus Sumatranus) are large mammals endemic of Sumatra Island. Now, life recessive and isolated among of human population along the Sumatra Island. This large mammals is recorded in status of Red List of Threatened Species IUCN (critically endagered species) and is listed in the CITES attachment as Appendix I.
In the past, history has proven that elephants and humans once lived side by side by needing each other peacefully. Human and Elephants do not harm each other, not scramble over habitat.
Actually we have not just lost the dialogue or “Biram Sattany”. Biram Sattany is the name of white elephant its belong the King, the most favorite elephant of Sultan. In that history, their relationship is very close and obedient to the King at the time.
Apparently we lost more. Why do they now enter our field and ransack our plantation? are they no longer our friends? Yet history has proven that elephants and humans once lived side by side need each other peacefully.
Difficult, but still any hope to restore the harmony again. We can still start it again, by reviving long-lost knowledge and spreading the importance of caring fo save the environment and protected animals. Probe again the cultural values of community and local wisdom in the past concerning Sumatra Elephant.
Foto ; FH
Sumatran elephants in colonial times, Source : http://disbudpar.acehprov.go.id/kisah-raja-aceh-dan-seribu-pasukan-gajah/#prettyPhoto
Krak groen,Aceh Elephant History
terima kasih Ngon, kedepan kita akan tulis yang lebih "Krak" lagi.. supaya informasi gajah semakin mantap..!
mantap kali man
Terima kasih bang! hehe..
Yuk mari kita sering sering post banyak banyak bg, sekalian bisa simpan artikel online dan bisa diakses orang, sekalian kampanye isu lingkungan juga..