Yang Tidak Mengutukku
Di rumah Ibu memelihara ayam, bebek dan beberapa ekor kambing. Dan aku menyukai hewan-hewan tersebut. Setiap pagi dan sore, aku selalu melihat ibu memberi makan mereka. Dulu ketika pagi dan aku masih kecil, aku akan selalu berdiri di bingkai jendela, menikmati ibu membukakan kandang. Itu selalu kulakukan sebelum mandi, dan berangkat ke sekolah. Ayam dan bebekpun keluar dengan gembira. Mereka persis seperti teman-temanku di sekolah dasar, yang berlarian keluar ruangan, saat jam pulang. Gembira bukan main! Saat ibu membuka pintu kandang, para ayam dan bebek tersebut juga berlarian seraya mengepak-ngepakkan sayapnya.
Ayam jantan, mengejar ayam betina. Setelah berhasil menemukan betina, si jantan meloncat ke pagar. Di atas pagar itu dia seolah-olah memperlihatkan ke-angkuhannya. Bagaikan raja yang berdiri gagah, menepuk-nepuk dadanya. Lantas si jantan mengeraskan batang leher, menyuarakan kokok dengan sangat lantang." Ku'uuuuekk...'Uuuuk". Begitu kira-kira bunyinya. Bulu yang jatuh tergerai di pinggang ayam jantan, tampak berkilau membuat kagum ayam betina.
Para bebek juga demikian. Mereka keluar sambil bersuara, berlarian menuju kubangan samping rumah. Ayam dan bebek yang bergerilya saat keluar kandang, akan berkumpul kembali di samping kiri kandang, ketika melihat ibu membawakan ember dedak. Jika ada yang telat datang, ibu memanggilnya beberapa kali. " Akikikikk.....kruuuu....!!" Maka ayam dan bebekpun berkumpul tak satupun ketinggalan.
Ketika Ibu menumpuk dedak menjadi beberapa tumpukan, beberapa ayam saling berebut dan mematuk kepala kawannya. Saat demikian itu, ibu begitu tegas memperingatkan mereka."Ee...hai burek gatek. Bek brok akai...". Saat itu ayam burik mematuk kepala ayam dara putih. Aku senang melihat ibu bersama dengan ayam dan bebek peliharaannya.
Dari Ibulah aku menyukai memelihara ayam dimanapun aku tinggal. Betapa hewan-hewan peliharaan itu kusadari sekarang, dapat mengembangkan jiwa yang sehat. Mengikat erat segala bentuk kepedulian pada yang lain. Dan ibu, Ia akan merasuki kehidupanku dalam hal apa saja. Kadang dia membiarkanku melakukan sesuatu. Kadang ibu juga hadir menghalangi sesuatu jika tak baik untukku. Ibu seperti rumah dengan pintu yang selalu terbuka, yang membiarkanku pergi dan pulang kapan saja. Tetapi rumah malu jika kusamakan dirinya dengan ibuku. Suatu malam rumah datang dan berbisik padaku"Ibumu adalah tempat segala pulang dan meneduhkan. Bukan aku!"
separuh karena akan segera bertemu ibu dan separuhnya gembira karena sudah saatnya pulang makan lalu melanjutkan rencana main ke sungai atau ke tanah lapang.. hahaha
ibuku tidak bicara pada ayam, karena ayam urusan bapak, ibu bicaranya dengan segala pohon dan bunga, hampir semua patuh padanya.
Betul kak. Jam pulang adalah pelajaran paling menyenangkan.
Kadang-kadang ibu tak perlu bersuara untuk berbicara. Kita bisa mendengar sentuhannya dan langsung jinak.
Surga di bawah telapak kaki ibu....
Iya kak @misslina👍👍 Salam buat santolix.
Lop manok kalop, uroe supot tanda jula, rimueng kameugari, pancuri meu ek mata😜😜😜
Butoi...Nyan @santolix mantra peulob manok. Takheun nyan manok careng lagee awak cok S2