Thediarygame, Senin, 11 September 2023; Mengikuti Pengajian Buya Arrazy Hasyim
Mohon maaf rekan-rekan steemith jikalau kisah ini sudah berlalu namun setidaknya ada kisah hikmah yang perlu di ambil sebagai semangat untuk kita beribadah. Aku yakin rekan-rekan steemith untuk ibadah tidak perlu diragukan. Sudah khatam tak perlu diingatkan berulang. Nah, tidak memperpanjang pengantar.
Begini kisah dibuka:
Dua hari sebelum hadirnya Buya Arrazy Hasyim dalam kegiatan Rihlah Dakwah di Kota Tanjungpinang, Kepri, Aku sudah diinfokan oleh Sersan Lukman, temanku yang taat beribadah. Aku di Whatsapp jadwal kegiatan Buya baik di Batam maupun di Tanjungpinang. Bagiku kegiatan ini sangatlah penting, selain dapat meningkatkan iman taqwa dengan mengikuti pengajian dan Aku pun bisa berjumpa langsung dengan Buya. Selama ini Aku mengikuti pengajiannya di dunia maya baik Facebook maupun Instagram.
Adalah kegiatan Rihlah Dakwah ini terhitung tanggal 11 s.d. 14 September 2023 Wilayah Kepri. Untuk di Tanjungpinang Aku niatkan ikut serta dan yang di Batam Aku tak hadir, karena disesuaikan dengan kondisi kedinasan. Aku melihat kegiatan yang bisa diikuti yaitu di saat malam hari tanggal 11 September 2023 pukul 20.00 Wib di Masjid Husnul Khatimah Komplek PGA/MAN Tanjungpinang. Untuk hari pertama Buya di Tanjungpinang yaitu sore harinya Aku tidak bisa hadir dan malamnya insyaallah hadir.
Waktu terus berjalan. Senin, 11 September 2023, pagi hari, Aku mengikuti upacara HUT TNI AL ke -78 terlebih dahulu. Kegiatan berlangsung dengan tuntas dan siang harinya diumumkan dinas hari Minggu alias libur hikmah dari kebahagiaan seluruh prajurit Jalasena Samudera yang usai Ultah. Aku usai magrib nantinya akan berangkat lebih awal sambil mencari informasi lokasi. Aku belum faham benar lokasi seputar kota Tanjungpinang. Maklum, baru lima bulan di kota Melayu Gurindam XII.
Aku sudah mengatur rencana yaitu salat magrib di Masjid Al-Barkah komplek TNI AL Dewaruci Tanjungpinang setelah itu barulah berangkat dari rumah. Pakaian yang Aku gunakan yaitu pakaian gamis warna biru, plus kopiah Atjeh dan sorban warna hijau yang diberikan oleh Ayah Tu Sop (Ulama Aceh). Aku berangkat mengunakan sepeda motor merk Xeon yang setia menemani walau suka batuk-batuk harus diengkol. Hanya sekali-sekali saja bisa di starter. Nikmati dan syukuri walau pernah juga dibuat dongkol ulah dari motor ini.
Aku telah meninggalkan rumah. Infonya lokasi tersebut di daerah batu sembilan. Kita harus benar-benar faham rute di kota ini. Saat menuju kesatu tempat ada dua jalur seperti jalur batu delapan atas atau bawah yang kita tempuh. Kuncinya adalah bertanya jika tak tahu untuk menghindari nyasar dan mutar-mutar di kota.
Waktu hampir memasuki salat isya. Jika Aku pacu maka Aku kuatir karena lokasi masih meraba-raba bisa jadi tak dapat salat isya secara berjamaah. Salat berjamaah sudah tekad atau niatku untuk salat lima waktu diupayakan berjamaah. Butuh perjuangan kuat untuk dapat tegakkan salat lima waktu secara berjamaah. Perlu sikap istiqamah.
Sambil membawa motor Aku mencari masjid. Akhirnya Aku masuk salah satu kampung warga jl. Citra no. 35 Tanjungpinang dan Masjidnya bernama Al-Jannah. Masjid yang berada ditepi jalan kampung. Suara azan telah dikumandangkan oleh sang muazin. Aku parkir motor di sisi depan masjid. Aku sangat jelas mendengarkan azan dari masjid ini dengan irama khas orang tua yang suara azannya kurang menarik. Mungkin tak ada orang lain maka pak Tua yang azan. Aku mengamati sesaat sosok pak Tua tersebut.
Aku berwudhu dan suara azan masih berkumandang. Sesaat Aku memasuki masjid maka tuntaslah sang muazin mencapai amal melalui azan memanggil jamaah. Aku melihat pemandangan yang haru saat mataku dengan nyata dan sadar melihat kakek tua tersebut rupanya sakit kakinya. Kedua kakinya tidak sempurna berjalan dan dibantu dengan alat yang membantu sang kakek berjalan. Secara perlahan dan tertatih-tatih sang kakek menuju sisi masjid sebelah kanan untuk mencari tempat nyaman melaksanakan salat isya. Beliau duduk di kursi. Beliau jelas kurang sehat kakinya. "Apakah tak ada muazin tetap di masjid ini? Apakah tak ada pemuda setempat yang azan? Aku tak tahu kemana mereka semua saat itu. Demikian banyak pertanyaan sehat yang berkecamuk dalam olah pikirku.
Aku salat berdampingan dengan beliau, tepatnya di sebelah kiri. Aku belum saling menyapa. Barulah selesai salat selaku yang muda dan sangat menaruh simpati kepada kakek tua yang kondisi tak sehat dalam berjalan namun masih semangat salat berjamaah, Aku menyalaminya. Awal inilah menjadi cairnya komunikasi dengan beliau.
Bersama Haji Syamsudin
Kakek tua ini bernama Syamsudin, tepatnya Haji Syamsudin. Beliau berangkat haji tahun 1997 dari embarkasi Medan (MES). Pada saat itu belum ada embarkasi Batam (BTH). Beliau yang menetap di Tanjungpinang maka rute berangkat Tanjungpinang-Batam-Medan. Kata beliau ongkos haji saat itu Rp. 7.000.0000,. Beliau lahir di Sedanao Natuna. Beliau pun pernah melaksanakan umroh sebanyak tiga kali.
Kakek tua kelahiran tahun 1940 dan artinya kini berusia 83 tahun. Beliau mempunyai empat orang anak yang terdiri dari satu pria dan tiga wanita. Hebatnya beliau diusia lansia sudah mempunyai sembilan orang cucu dan satu orang cicit. Saat Aku bertanya tentang istri yang satu-satunya beliau nikah, raut wajah sedih sekelebat kelihatannya. Istri beliau sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu disaat Kakek Haji Syamsudin berusia 81 tahun.
Semangat Kakek walau kakinya sakit asbab jatuh dari sepeda motor namun semangat salat berjamaah harus menjadi motivasi bagi anak muda yang infonya sebagai generasi penerus bangsa. Sangat tragis jika generasi muda tidak meramaikan masjid untuk salat berjamaah (bagi Muslim). Kakek tua yang tertatih-tatih dengan alat pembantu jalan saja masih mampu memakmurkan masjid, azan lagi walau suaranya kurang bagus.
Aku tak berlarut lama bersama sang Kakek Syamsudin. Hikmah perjumpaan yang ditakdirkan Allah sangat membuat inspirasi dan motivasi diri untuk senantiasa menjaga waktu salat lima waktu dengan berjamaah. Sebelum berpisah kami saling berfoto bareng dan entah kapan jumpa lagi.
Aku sudah meninggalkan Masjid Al-Jannah. Aku masih harus bertanya-tanya lokasi pengajian tersebut. Aku sempat bertanya ulang sama warga di tepi jalan dan akhirnya Aku tiba di Masjid Husnul Khatimah. Suasana di luar masjid sudah tampak beberapa orang yang menunggu Buya. Artinya, Buya belum datang dan Aku belum terlambat. Aku parkirkan sepeda motor sesuai yang diarahkan panitia. Aku belum mau masuk ke Masjid. Aku berhasrat menyambut dan bisa mengambil waktu singkat untuk bisa berfoto dengan Ulama muda harapan umat Islam Indonesia.
Menyambut Buya Arrazy Hasyim
Tak lama Aku menanti sekitar pukul 19.57 WIB sang Buya Arrazy Hasyim tiba di Masjid. Buya turun dari mobil Alphard yang membawanya. Kelompok pengamanan dan pengawasan agak serius dan ketat. Ada satu dua orang yang memakai berbaju loreng yang berasal dari organisasi masyarakat. Saat Buya turun dengan kepercayaan diri Aku sambut dan bersalaman takhzim kepada Ulama muda. Aku bisa foto walau tidak sempurna. Aku seakan rombongan saat masuk ke Masjid. Aku ikuti Buya dan akhirnya duduk langsung didepan Buya. Suasana di dalam masjid sangat ramai dan penuh sesak. Duduk pun harus menyesuaikan dengan kondisi sempit. Saling mengerti satu dengan lainnya.
Mengikuti pengajian Buya Arrazy Hasyim
Kini Aku menyaksikan dan mengikuti langsung pengajian dengan Buya Ar-Razy. Foto yang saat datang belum sempurna suatu waktu akan Aku ulang kembali. Pengajian pun di mulai. Beliau sedikit menginfokan bahwa saat memulai mengajar ngaji bukan gampang. Butuh kesabaran dan perjuangan. Berawal dari rumah ke rumah.Masjid ke Masjid dan asbab sabar dan materi yang disampaikan disukai masyarakat maka hingga seperti saat ini bahwa setiap pengajian yang beliau sampaikan selalu ramai dihadiri oleh masyarakat untuk mengikuti pengajiannya.
Dalam pengajian yang berdurasi hampir dua jam ada hal penting yang disampaikan oleh Buya, setidaknya Aku bisa mengurai sedikit saja bahwa untuk mencapai atau merasakan nikmat atau lezatnya iman maka kita harus ridho kepada Allah atas apa yang kita lalui dan rasakan dalam mengarungi hidup. Ridha dengan kehidupan yang menyentuh kita akan kebaikan dan juga yang kurang menyejukkan. Kalau kita ridha maka kelezatan iman yang dirasakan oleh Panglima diri yaitu qalbi maka kita akan ikhlas dan sabar menjalani kehidupan.
Adalah kata Al-Imam Bukhari bahwa "Al-iman fil qulub" artinya iman itu didalam hati. Nah, oleh karena itu Buya menyampaikan kalau rasakan lezatnya iman oleh karena itu semua yang Allah atur hidup kita maka hatuslah ridha kita lakoni. Bahkan jangan sebaliknya hati kita disetir oleh setan maka hidup kita akan kacau dan gaduh atau ribut jadinya. Demikian hal hikmah yang dapat Aku petik dari ceramah Buya Arrazy Hasyim.
Sekitar pukul 22.00 WIB pengajian berakhir. Saat Buya hendak pulang maka ramai jamaah yang akan minta foto dan berjabat tangan. Aku sudah mengambil posisi keluar duluan. Masih belum rezeki bahwa untuk Aku berfoto dengan Buya belum juga jumpa. Ntah ngak tahu ketat begitu yang pamwal nya.
Bersama Pak Hendro yang baik hati
Aku harus bisa foto dengan Buya apapun caranya. Demikian hasrat kuat yang Aku tanamkan dalam hati. Betapa bahagianya bisa foto dan duduk bareng dengan Ulama muda masa depan Indonesia. Aku bertanya dengan panitia Buya menginap di hotel mana. Rupanya Hotel JK. Aku yang masih baru di Tanjungpinang tak tahu lokasi Hotel JK. Niat baik pastilah ada jalannya. Salah seorang menawarkan ke Hotel bareng untuk membantu Aku. Beliau bernama Pak Hendro. Bapak tua dengan rambut sudah sebagian besar memutih menuntunku ke Hotel. Beliau begitu cepat memacu kendaraan roda duanya. Aku berupaya menyusul walau tertinggal agak jauh. Maklumlah motorku banyak penyakitnya. Ibarat tubuh sudah komplikasi dan tidak perlu transfusi darah namun transfusi oli setiap lima belas hari sekali. Agak jauhkan juga Hotel JK dan saat tiba di lokasi Buya belum kembali. Aku berupaya menunggu. Tapi, pak Hendro yang juga bagian dari panitia ini mengajakku kembali ke lokasi Pamedan.
"Pak, kita balik kembali. Ke Pamedan bergabung dengan Buya yang sedang
makan malam bersama," ajak Pak Hendro.
"Ok Pak. Saya mohon Bapak jangan kencang amat bawa motor. Ngak kuat motor saya nyusul ya," saranku ringan
"Ok pak" jawab Pak Hendro santai sambil tersenyum ringan.
Kami segera berbalik arah menuju ke Pamedan.Malam semakin larut. Sekitar pukul 22.30 WIB Aku masih membelah dan menjelajah kota Tanjungpinang.Semoga Aku tidak terlambat tiba dilokasi dan masih ada Buya disana. Rupanya pak Hendro lupa pesanku. Pak Hendro seakan berubah bagaikan Valentino Rossi menguasai jalanan dengan membawa laju sepeda motor. Aku pasti ketinggalan dengan motor setengah nafas plus terengah-engah lari motorku. Hilang tenggelam Aku melirik pak Hendro.Dan, memang beliau tak nampak ditelan kegelapan malam. Rupanya pak Hendro sadar Aku ketinggalan jauh dan beliau mampir disisi jalan. Setelah kami berjumpa maka perjalanan dilanjutkan dan tak berselang lama kami tiba dilokasi.
Bersama Buya Arrazy Hasyim
Suasana ramai ditempat. Kegiatan makan bersama sudah selesai. Aku tidak memikirkan makan malam. Aku fokus berjumpa dan menyalami serta berfoto dengan Buya. Aku tidak makan terlebih dahulu walau sudah ditawarkan. Seketika Aku sudah duduk di sisi kanan Buya. Sambil berkomunikasi singkat maka hajatku dan permohonan do'aku tersampaikan. Aku suka menghampiri ulama karena Ulama merupakan pewaris para Nabi dalam meneruskan risalah kenabian.
Oh iya, sedikit informasi bahwa Dr. Buya Arrazy Hasyim, Lc, S.Fil.I., MA.Hum lahir di Kota Tangah, Payakumbuh, Sumatera Barat. Lahir bertepatan di hari Kartini, 21 April 1986 ( 37 tahun). Pendidikan beliau dari SD, MTsN hingga MAN dihabiskan di Payakumbuh dan Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat. Beliau juga mengenyam pendidikan ponpes di bagian Kajian Hadist pada Daurah at-Tatsqif Islamic Zentrum (2002-2004). Dan, untuk kelanjutan pendidikan Perguruan Tinggi mulai S1 hingga S3 yaitu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hebatnya sang Buya selain mengajar agama baik di Perguruan Tinggi maupun mengisi ceramah beliau juga merupakan ulama muda yang gemar menulis buku. Adapun karya tulis beliau sebagai berikut; Kritik Para Ulama Terhadap Konsep Teologi Ibn 'Arabi (2009), Teologi Ulama Tasawuf di Nusantara Abad ke -17 sampai ke- 19 (2011), Teologi Muslim Puritan: Genealogi dan Ajaran Salafi (2017) dan Akidah Slaaf Imam Al-Tahaawii (2020).
Alhamdulillah betapa bahagianya malam ini Aku rasakan bahwa selain bisa mengikuti pengajian dan bisa jumpa takhzim ke Ulama Buya Arrazy Hisyam Putera asli Minangkabau. Insyaallah Buya akan menjadi ulama besar dan tempat unat bertanya. Aku sudah merasakan kelezatan imam dengan berjumpa Buya yang santun dan wara'. Tak lama perjumpaan kami karena Buya harus kembali ke Hotel untuk beristirahat karena esok hari ada jadwal mengisi ceramah.Buya pulang barulah Aku makan dan minum bersama bersama Habib Fajri, pak Hendro dan sesepuh serta sahabat-sahabat lainnya.
Aku melihat jam telah menunjukkan pukul 23.30 WIB. Sudah saatnya Aku kembali. Jarak Pamedan kerumahku agak berjauhan. Tapi Aku tak kuatir pulang larut malam karena di kota Tanjungpinang aman dan tidak ada virus begal serta preman liar yang kerjaannya meresahkan orang. Pokoknya aman deh kota Tanjungpinang. Aku pacu kendaraan dengan pelan dan santai. Aku tiba dirumah sekitar pukul 23.50 WIB. Alhamdulillah, Aku selamat tiba dirumah dan tanpa banyak kegiatan persiapan tidur malam. Allahumma bismika ahya waamuutu. ***
Alhamdulillah, lagak that foto ngon buya Arrazy
Alhamdulilah Abi..mhn doa sll.