FAMe on TV with Steemians

in #writing7 years ago

fame.jpg
Dari kiri ke kanan: Yelli, Dr. Rahmi, Yarmen Dinamika, Hayatullah Pasee, Rusdi, Teuku Zopan, dan Amiruddin

Saya baru tahu pada Selasa sore jika kelas Forum Aceh Menulis (FAMe) pada Rabu, 21 Maret 2018 tidak berlangsung klasikal (tutor mengajar, murid menyimak dan bertanya) seperti biasanya, namun berupa talkshow interaktif di Aceh TV. Kami tampil dalam program Kupi Beungoh yang diasuh host Rusli Arafika dari pukul 09:00-10:00 WIB. Ini seru, selain menjadi ajang untuk mempromosikan FAMe kepada pemirsa, sekaligus menjadi ruang praktikum bagi beberapa anggota FAMe untuk menerapkan ilmu public speaking yang selama ini dipelajari di kelas FAMe.

Dari FAMe dihadiri oleh Pembina FAMe langsung yaitu Yarmen Dinamika. Yarmen adalah Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia yang sering kami juluki sebagai 'kamus berjalan'. Tak cukup empat induk jari untuk mengapresiasi pengetahuannya di bidang literasi. Seseorang dengan kemampuan daya ingat yang luar biasa, keahlian di bidang editing yang tak perlu diragukan lagi, memiliki kecakapan public speaking yang dahsyat. Seseorang dengan keikhlasan yang tak perlu dipertanyakan lagi, ia mengajar tanpa dibayar sepeser pun. Bukan cuma waktu dan ilmunya yang ia wakafkan, namun juga materi. Pendeknya, kami bersyukur FAMe punya pembina sepertinya, dan kami bangga punya guru seperti itu.

Hadir juga Dr. Sri Rahmi, dosen di UIN Ar-Raniry yang tak kalah luar biasanya. Sebagai dosen dengan ilmu segudang, kalau dipikir-pikir ngapain lagi ikut kelas FAMe yang dibuat setiap Rabu siang. Tetapi, dengan semangat belajarnya yang selalu menyala seperti perona bibirnya, beliau merendahkan hati untuk bergabung dan berbaur dengan kami yang apalah ini. Dr Rahmi ada kalanya menjadi pemateri untuk tema-tema terkait kepenulisan ilmiah.

Lalu ada Teuku Zopan yang bergiat di banyak komunitas, Amiruddin si penghulu yang sering menikahkan orang tapi marital statusnya masih single, Yelli Sustarina yang menabalkan dirinya sebagai perawat traveler, Siti Rahmah yang berprofesi sebagai notaris dan penulis buku, Mahdalena sang penyair, Fardelyn Hacky selaku dosen di Fakultas Keperawatan dan juga blogger, Rusdi seorang kepala sekolah di SMP N Blang Bintang, saya si penghayal tingkat dewa, terakhir ada Hayatullah Pase, dosen dan juga freelance journalist yang tak pernah bosan menjawab pertanyaan 'kamu di mana?'

Menariknya, tujuh di antaranya adalah pengguna Steemit alias steemian. Jika FAMe adalah ruang kelas untuk mempelajari berbagai teori kepenulisan, maka Steemit menjadi ruang praktik untuk mengaplikasikan semua ilmu yang didapat. Teuku Zopan sekilas juga sempat menyinggung tentang Steemit. Secara khusus FAMe pernah menghadirkan para dedengkot Steemit di kelas FAMe yang disambut dengan membeludaknya para peserta. Steemit dengan segala kelebihannya telah menstimulus lahirnya semangat menulis di berbagai kalangan individu.

WhatsApp Image 2018-03-21 at 8.52.16 AM.jpeg
Foto dulu sebelum acara dimulai

Rusli Arafika yang juga dikenal dengan nama panggung Apa Gense, membuka acara dengan gaya khasnya yang kocak. Rambutnya yang disisir lurus ke depan menambah kesan lucu yang memang sudah melekat dalam dirinya. Ia memberi kesempatan kepada Pembina FAMe untuk bercerita perihal bagaimana kiprah forum ini dalam menumbuhkan semangat literasi di Aceh. FAMe dideklarasikan pada 9 Agustus 2017 oleh kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Drs. Reza Fahlevi M.Si. Kini FAMe sudah punya chapter di sejumlah kabupaten kota di Provinsi Aceh.

Selain diampu oleh Yarmen Dinamika, kelas-kelas FAMe juga kerap menghadirkan pemateri dari luar. Beberapa di antaranya Janet Stelle dari Amerika, Prof. Humam Hamid, Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Fairuz Ibrahim, Saifuddin Bantasyam, dan Azhari Ayub. Begitu juga dengan chapter FAMe di luar Banda Aceh. Mereka juga tidak dibayar saat mengisi kelas FAMe. Ya, inilah FAMe, ruang kelas tanpa dinding dan sekat, terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar. Muncul dengan dorongan semangat agar Aceh Carong benar-benar terwujud di bumi Aceh.

Setiap yang hadir mendapatkan giliran memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan pendapatnya tentang FAMe. Yelli misalnya, bercerita tentang cikal bakal terbentuknya FAMe yang berawal dari Forum Barsela Menulis yang digagas oleh sejumlah putra daerah dari wilayah barat selatan Aceh. Hayat bercerita bagaimana peran FAMe menambah pengetahuannya sebagai seorang jurnalis dan pegawai di salah satu SKPA di Aceh, dan Fardelyn yang bercerita tentang praktik bahasa Indonesia yang baik dan benar yang ternyata --meskipun kita penutur bahasa Indonesia-- tidaklah mudah.

apg.jpg
Rusli Arafika berswafoto usai acara

Durasi selama satu jam terasa singkat, perbincangan tentang literasi ini ternyata sangat menarik sekaligus menantang. Namun semua inti tentang FAMe berhasil kami sampaikan dengan gamblang. Penjelasan satu orang melengkapi penjelasan yang lainnya, kami saling berkolaborasi, uniknya, untuk tampil dalam talkshow ini tidak ada persiapan apa pun. Semuanya mengalir tanpa komando alias tanpa ada yang menyutradarai. Saya takjub melihat kekompakan dan sinergi yang terbangun di antara para anggota FAMe.

Setelah acara usai, sesi yang paling ditunggu pun tiba, yaitu sesi foto. Direktur Aceh TV, Drs. H. Dahlan TH bergabung dengan kami, berkat undangannyalah kami bisa tampil dalam program ini. Ternyata antusiasme di kelas FAMe yang ia hadiri pada Rabu sebelumnya telah mencuri perhatian Dahlan. Ini membuat kami girang dan berharap, tak hanya Dahlan yang tersirap dalam antusiasme ini, tapi juga seluruh masyarakat Aceh.[]

Sort:  

Kamu di mana, sama siapa dan sedang berbuat apa......? Lirik Kangen...

ada bakat buat jadi Charly ya ahahhaa

Byar ya kak fame t tiap bul@n?

Nggak kak, semuanya free hehee

Wah menarik sekali, FAMe penuh dengan kejutan

Yup Sitti.... kalau ada waktu sempatkan terus hadir yaaa

Foto kita kok nggak ada?

Hahahaha aku sellau tak ingat pada foto sendiri, padahal yang harusnya ada di sini foto eky wkwkwk

Salut dengan komunitas FAME. Sungguh menginspirasi. Kita ingin membangun komunitas yang mirip ini. Semoga bisa menciptakan penulis buku yang produktif.

hehehhe iya, isinya anak muda semua, pembinanya lebih muda wkwkwkkw