AKHIRANYA, RAMLAH BERTAMU KERUMAH LELAKI TUA PENGAYUH SEPEDA TUA

in #aceh7 years ago (edited)

Ramlah dan Saudah.jpg

Paska bertemu dengan lelaki tua pengayuh sepeda sehari sebelumnya, Senin 27 November 2017, Ramlah malam harinya tak begitu nyeyak lelap dalam dekap malam pun mengabaikan mimpi indah. Pagi pun tiba suasana deru sepeda motor kerap lalu lalang didepan rumahnya. Lantaran rumahnya memang dipinggir jalan tak begitu jauh dari jembatan besi, hanya sekitar 200 dupa.

Mulailah, Ramlah mencari tahu akan keberadaan lelaki tua pengayuh sepeda yang ingin sekali bersilaturrahmi, sisi lembut hati Ramlah, perempuan bernama lengkap Ari Wahyuni, lalu menamai pula dirinya dengan sebutan Ayyu Aycon, tidak sampai disitu, dalam banyak perbincangan menyebut pula dia Ramlah.

Ramlah, gadis berbadan kurus, tamatan akademi kebidanan, meskipun belum berkerja sebagai bidan sebagaimana disiplin ilmu pengetahuannya ini juga belum kunjung dilamar oleh lelaki yang disebutnya “Bang Abu”, sebagaimana dalam sebuah komentar distatus facebooknya, saat seseorang berkata untuk terus tidur biar mimpi indah mana tahu datang artis tampan dalam mimpi, begitu cepat dibalas “Han lon artis tampan, asai kana bang Abu mantong kajet Au”. Ternyata untuk urusan ini cepat dibalas pesan oleh Ramlah.

Gali sana gali sini, akhirnya terdeteksi keberadaan lelaki tua pengayuh sepeda, meskipun pada awalnya sudah diketahui oleh pak tua itu berada di Gampong Rubek Meupayong Kecamatan Susoh tersebut juga masih belum lengkap.

Ramlah, pada siang Selasa 28 November 2017, ternyata dia nggak datang sendiri. Dia mengajak Saudah, nah ini lagi, perempuan satu anak ini bernama lengkap Susi Andriani tetapi di facebook dia membuat namanya Sussy Andriany, dalam perbincangan dan status di bernama Saudah. Ramlah dan Saudah dengan wajah agak sedikit luteng pun pergi kesana, tersebab terlihat dalam gambar bahwa mereka kesana bukan usai bersolek.

Pria tua yang mengayuh sepeda tua dengan menjual buah kelapa muda, buah kuini, buah mangga, buah rambut bila sedang musim. Hanya menjual setelah membeli, dibelinya dengan harga Rp.3.000 dan dijual dengan harga Rp.5.000 perbuahnya, apalagi dia tidak memiliki kebun kelapa, begitu dikisahkan oleh Ramlah saat bertemu dengan pria tua bernama lengkap itu Sarian.

Sarian, sehari hari menjual buah buahan atau apa yang memungkinkan dagangan dengan sepeda miliknya, tentu hal ini tidak setiap habis terjual, bahkan sering apa yang dia bawa untuk dijual itu juga yang dibawa pulang lagi.

Ayah dari enam anak, satu meninggal dunia dan lima lainnya terus tumbuh dan bahkan ada yang sudah memiliki keluarga sendiri, artinya Sarian sudah menjadi seorang kakek. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ramlah dan Saudah saat mereka bertamu kesana untuk membei kelapa muda.

Dari isteri Sarian, selanjutnya mereka hanya memanggil Makwa sebab sampai saat ini Ramlah dan Saudah tidak tahu nama isteri Sarian tersebut. Duduk didapur banyak kisah dikisahkan oleh isteri Pak Sarian pada Ramlah dan Saudah.

Apalagi Yahwa Sarian dengan Makwa yang hidup penuh cinta itu juga pernah dilanda badai hingga mereka pun berpisah, tetapi cinta kembali memanggil mereka dan kembali menyatu mengarungi semuanya bersama.

Dalam ketidakbersamaan, Makwa ini juga pernah didatangi oleh lelaki lain, namun cintanya yang masih terpaut pada Yahwa Sarian, cinta yang datang pun ditolaknya, lantaran dia sudah punya cinta, hingga mereka kembali bersatu.

Sebelumnya, Yahwa Sarian seorang pelaut, berprofesi sebagai nelayan, tiap pagi atau sore hari Makwa menunggu Yahwa Sarian pulang membawa ikan lalu dipeusiengnya disumur belakang. Sejak gelombang besar menghantamnya lalu membuat kakinya cidera, sejak itu Sarian tak lagi menjadi nelayan.

Bahkan, bila Yahwa Sarian telah keluar rumah berdagang dengan sepeda tuanya, terkadang Makwa mencari sampai jalan kaki beberapa kilo, hanya untuk mengatakan nasi sudah masak dirumah, sudah boleh makan, sudah boleh pulang. Terkadang dijumpain disimpang Kampung Rawa, di simpang yang dekat simpang kantor Bupati.

Ramlah, matanya berkaca kaca mendengar ait bait cerita dari Makwa, ternyata Saudah memang sudah bercucuran air mata tanpa isak dan suara mendengar kisah perjalanan Yahwa dan Makwa.

Ya, memasuki tahun kedua, Ramlah dan Saudah ini bergelut dalam organisasi kemanusiaan, yang hampir tiap hari mereka terus mencari para pendonor darah, mengunjungi pasien serta ikut terlibat dalam gotong royong, misalkan sewaktu membangun “Rumahmu, Amal Ibadahku 01” untuk Biyah, yang sebelumnya tinggal digubuk reot dikebun orang yang juga dimanfaatkan untuk Biyah beraktifitas.

Nah, disini ada perbedaan, Ramlah memeganggang cangkul mengambil pasir untuk mengaduk semen sementara Saudah dengan tas sampingnya pergi belanja untuk bahan bahan dapur dan buat snack persiapan makan siang untuk para relawan BFLF Aceh Barat Daya yang datang hari itu, tentu bukan hanya mereka berdua yang datang hari itu dari kalangan perempuan, sementara yang lain lhuh oen rumput, serta memasak nasi dan membuat bubur.

Ramlah dan Saudah, mereka membeli empat buah kelapa muda, meskipun uang dikasih sedikit lebih, senang sekali hatinya telah bisa bersilaturrahmi dengan yahwa Sarian dan Makwa. Meskipun saat dari dapur menuju pada sepeda motor yang diparkir didepan rumah, mereka tinggal dirumah bantuan.

Mereka kembali pulang, menuju malam, berdoa dan berharap agar esok semakin lebih baik. Tetap semangat dan terus menyebarkan cinta yang penuh kebaikan.[Nasruddin OOS]

Sort:  

welcome! Glad to see you here. Hope you dont get as addicted as I am to steemit! ;-)