The Diary Games Better Life [Kamis, 24 Februari 2022]: Gerilya Warung Kopi

in Steem SEA3 years ago

Selama pandemi ini, kantor sudah berpindah ke warung kopi, pertemuan, rapat dan segala hal ternyata cukup diselesaikan di warung kopi. Inilah cerita saya hari ini.

Pagi-pagi betul usai mengantar kedua putri saya ke sekolah, saya harus merapat ke sebuah warung kopi di kawasan Lambhuk, Kecamatan Uleekareng, Kota Banda Aceh. rekan-rekan dari Pengurus Pusat Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Ikafensy) ngajak jumpa. Ada hal yang harus dibahas terkait pembubaran panitia pengukuhan PP Ikafensy.

Ketika saya sampai di sana ternyata belum ada yang datang. Segera saya menghubungi rekan saya Azhari Bahrul selaku ketua panitia. Ternyata beliau masih di rumah dan akan segera berangkat. Tak lama kemudian rekan saya lainnya Pak Amri Andid datang, disusul Zulmansyah dan Azhari Bahrul.

chekyuke.jpg
Kopi pagi di Warkop Chek Yuke [foto: Azhari Bahrul]

Rapat sambil ngopi pagi itu pertama membahasa anggaran untuk pembubaran panitia, siapa saya yang diundang, target undangan 100 orang, soal konsumsi dan makanan tambahan yang harus disediakan, termasuk ikan panggang dan kelapa muda. Rapat klop dan selesai sekitar pukul 10.00 WIB.

Dari warung kopi pertama itu kami bergerak ke kawasan Ulee Lheu, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh. Ada dua lokasi yang kami survey untuk tempat acara pembubaran panitia, dua-duanya di lokasi objek wisata Ulee Lheu. Lokasi pertama sebuah pondok (café) sebelah barat unjung jembatan Ulee Lheu.

Semua fasilitas pendukung untuk acara dicek, mulai dari fasilitas pondok, mushala, hingga toilet dan tempat parkir, tenda, hingga peralatan pendukung lainnya. Setelah semua dicek tinggal negosiasi dengan pemilik pondok, negosiasi berjalan santai sambil menikmati segarnya air kelapa muda di pondok tersebut. Saat negosiasi datang menyusul ke sana Ubaidilah, pria yang kami panggil Bang Boy ini pengurus inti di Ikafensy.

pondokuleelheu.jpg
Menikmati kelapa muda di Ulee Lheu [foto: dok pribadi]

Hasil survey dan negosiasi tempat 90 persen sudah ok, tim setuju dengan tempat tersebut. Tapi meski demikian lokasi kedua yang disarankan pengurus pusat Ikafensy juga harus dicek dan disurvey kelengkapan fasilitasnya sebagai bandingan. Lokasi kedua berada di sisi bantaran sungai di depan gerbang Pelabuhan Ulee Lheu, tempat anak-anak biasa latihan trail. Sampai lokasi kedua ternyata tempat tersebut sedang direnovasi, sebuah alat berat juga parkir di sana, di sisinya banyak tumpukan pasir. Akhirnya selaku tim survey kami memilih lokasi pertama sebagai tempat acara.

Dari Uleelheu tim sepakat membahasa hasil survey dan melaporkannya ke pengurus di sebuah warung kopi di kawasan Lam Pinueng. Hasil negosiasi dilaporkan kepanitia, termasuk perubahan perencanaan anggaran setelah negosiasi dilakukan. Jelang dhuhur tim bubar, saya ke sekolah menjemput putri saya.

SMEAwarkop.jpg
Warkop ketiga rapat lagi [foto: dok pribadi]

Usai dhuhur saya mulai bekerja di rumah, menyiapkan beberapa tulisan. Tapi pukul 14.30 WIB rekan saya Azhari Bahrul ajak jumpa lagi di kawasan Batoh. Kami bicara banyak hal hingga waktu asar masuk. Rekan saya lainnya Adly menghubungi ia ajak jumpa di warung kopi di kawasan Pango, katanya ada hal tentang sejarah yang ingin didiskusikan, saya pun menuju ke sana. Ini warung kopi keempat yang saya datangi hari ini. Diskusi sejarah berlangsung hingga jelang magrib.

Saya kembali ke rumah, hendak menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, tapi rekan-rekan panitia Ikafensy ajak jumpa lagi, kini di warung kopi di kawasan Simpang Surabaya, pertemuan di warung kopi ini pembicaraannya masih seputar rencana pembubaran panitia Ikafensy.

Budi kopi.jpg
Rapat malam di warung kopi lagi [foto: dok pribadi]

Sedang asyik rapat di warung kopi itu, seorang musisi jalanan asal Stabat, Sumatera Utara masuk. Ia minta izin untuk ngamen. Pria muda yang mengaku bernama Bob itu baru enam bulan di Aceh, tampilannya tidak seperti pengamen biasa, ia lebih rapi dan terlihat profesional dengan gitar akuistik, mikrofon dan sound system yang dibawanya sendiri. Ada tiga lagu yang dia nyanyikan, cukup untuk pengantar rapat malam ini. Setelah rapat di warung kopi kelima itu, saya pamit pulang. Sampai di rumah saya teringat belum membuat postingan, maka lahirlah tulisan sederhana ini.

Bob_musisijalanan.jpg
Bob musisi jalanan asal Sumatera Utara [foto: dok pribadi]