Bukit Janda, Plesetan yang Tak Diharapkan
Lebaran Idulfitri kali ini merupakan pertama kalinya saya menjelajah kemari, sebelumnya saya hanya pernah mendengar nama kampungnya yang diberi nama Cot Keng. Saat konflik bersenjata di Aceh berkecamuk daerah ini lebih dikenal dengan sebutan Bukit Janda. Desa Cot Keng tak begitu populer di Aceh. Namun sebutlah nama Bukit Janda, masyarakat di sana akan langsung mengarahkan telunjuknya ke peta Ulee Gle yang merupakan wilayah kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Nama Kampung Bukit Janda tidak tercatat dalam administrasi pemerintahan di Ulee Gle.
Saking terkenalnya kampung ini, tahun 1998 lalu pernah dikunjungi Tim Pencari Fakta (TPF) DPR RI yang dipimpin Letjen Hari Sabarno yang kemudian menjadi Menteri dalam Negeri Era Presiden Megawati. Nama desa yang tidak diharapkan populer itu semua dimulai ketika Aceh diterapkan Daerah Operasi Militer (DOM).
Bukit Janda ini dipopulerkan oleh tentara Indonesia yang pada tahun 1990 kaget ketika memeriksa warga, banyaknya janda setelah militer mulai melakukan operasi besar-besaran terhadap gerilyawan Aceh Merdeka pada 1989. Ketika masa konflik, ini merupakan daerah merah alias berbahaya.
Mengutip Tempo, dalam wawancara dengan salah satu janda korban konflik, sebut saja namanya Radiah. Radiah, perempuan berusia 38 tahun, seorang janda sehari-hari melakukan pekerjaan berat untuk menghidupi keluarganya, selain mengurus pekerjaan rumah, ibu dengan dua orang anak itu harus mencangkul di sawah. Pekerjaan itu terpaksa dia lakukan sendirian setelah suaminya, Sayuti Aiyub, ditembak sekelompok orang berseragam loreng pada suatu malam di tahun 1994 karena dituduh terlibat dalam Gerakan Aceh Merdeka.
Meski kematian suaminya yang tragis itu meninggalkan kesedihan yang mendalam, Radiah menyadari keluarganya harus bertahan hidup. Ia ditemani 15 wanita lain yang mengalami nasib serupa: kehilangan suami dan ayah bagi anak-anaknya. Padahal, desa itu cuma dihuni 40 kepala keluarga. Tak aneh bila kampung yang terletak di kaki Bukit Barisan itu disebut sebagai kampung janda.
Istilah Bukit Janda merupakan plesetan untuk daerah tersebut yang sebagian kaum wanitanya menjadi janda akibat konflik, ketika itu banyak suami-suami atau kaum pria yang hilang karena penculikan dan berbagai sebab dengan menggunakan label kekerasan penghilangan nyawa seseorang. Tak dipungkiri bahwa kejadian selama konflik ini dikenal lazim karena imbas sesungguhnya yang dirasakan masyarakat Aceh selama konflik.
Desa yang permai ini berada di perbatasan Kabupaten Pidie Jaya dengan Kabupaten Bireuen. Untuk menjelajah ke sana sangat gampang. Menumpang dengan kendaraan roda dua lebih cepat daripada roda empat. Pasalnya, jalan menuju ke Bukit Janda tersebut sempit untuk dilewati oleh dua kendaraan roda empat yang berlawanan arah.
Posted from my blog with SteemPress : http://ceritapidie.com/bukit-janda-plesetan-yang-tak-diharapkan/
Cerita yang menarik dan saya kembali ingat tentang gampong tersebut.
Teurimong geunaseh Aduen.
Masih sangat banyak cerita yang tersembunyi dari Gampong tersebut.
Apakah sama dengan kampung janda bang.. ??
Sebenarnya janda atau bukan janda tetap ada bukit ya bang
Semoga tak ada lagi kampung janda lainnya
Sejarah adalah kekuata satu bangsa
Terimksih bg telah berbagi satu cerita