Mas Pardi Enak, Goyang-goyang Kaki Dapat Duit
Pardi, sedang melayani pesanan konsumen
Pardi, seorang penjahit profesional. Tinggal di Kelurahan Kayumanis, Kalibata, Jakarta Selatan. Ia setiap hari berkeliling dari satu RT (Rukun Tetangga) ke RT lain menggunakan kendaraan “dinas”nya menjajakan layanan “tailor” keliling, dan ditulis di becak dayung kesayangannya, “Duta Vermak. Menerima jahitan, Levi’s, Katun, dan lain-lain.”
Pardi, menjalani profesinya ini sudah 12 tahun, dan tanpa pernah berhenti menjahit berkeliling dari satu RT ke RT lainnya. “Saya berhentinya pas lebaran doang. Tiap tahun kami mudik,” ujarnya.
Sejak tahun 2005, Pardi merantau ke Jakarta dari kampungnya di Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Pekalongan, Jawa Tengah. “Kala itu saya masih lajang,” kenangnya. “Kerja di konveksi itu tidak enak, Pak. Gajinya kecil, waktu kita yang tersita banyak. Pokoknya, ga asik deh, jadi karyawan,” imbuh Pardi.
Selama setahun di Jakarta, dia kerja sebagai penjahit dari satu konveksi ke konveksi yang lain. Dan Pardi merasa penghasilannya tidak memadai untuk berkeluarga dan membangun masa depan. Sampai akhirnya, pada tahun 2006, Pardi bertemu sahabat baiknya dari kampungnya, yang kebetulan pandai membuat becak dengan peruntukan sebagai tempat operasional mesin jahit. “Dia baik sekali kepada saya. Dia buatkan becak ini. Sayang dia sekarang sudah meninggal,” kata Pardi dengan raut muka sedih.
Menjadi Penduduk Tetap DKI
Setelah beberapa bulan ia mendayung becak yang dibuat sahabatnya, dan terus menggoyang mesin jahit kesayangannya, Pardi pun sudah memiliki penghasilan tetap. Keberaniannya untuk berumah tangga pun, mulai ia berani mengemukakan kepada keluarganya.
Pada tahun 2006, Pardi mudik ke kampung dan mempersunting Ana, gadis pujaan dari desanya di Wangandowo, dan memboyong serta ikut bersamanya ke Jakarta. “Orang Pekalongan, kalau kawin istrinya dibawa Pak,” kata Pardi bangga.
Dari hasil pernikahannya, sekarang ia sudah memiliki sepasang putra putri, yang pertama bernama Raisya Putra, kelas 3 SD, dan adiknya Asyalea Putri baru berumur 3 tahun.
Goyang-goyang Kaki dapat Duit
“Mas Pardi mah, enak, goyang-goyang kaki dapat duit,” kata Ibu-ibu pelanggan tetapnya di RT 001 Rawajati Barat.
Dikerumuni konsumen rata-rata adalah perempuan
Pardi memang sangat menikmati pekerjaannya. Setiap hari, di hari biasa, ia mendapatkan penghasilan rata-rata antara Rp 200 ribu-Rp 300 ribu setiap hari. Tetapi omsetnya naik dua sampai tiga kali lipat selama bulan Ramadan. “Alhamdulillah Pak, selama Ramadan selalu banyak order,” kata Pardi tersenyum.
Pardi setiap tahun pulang ke kampung, untuk silaturrahmi dengan keluarga dan handai tolannya memanfaatkan suasana ramadan. Ia berencana mudik ke Pekalongan 10 Juni 2018 nanti, dan selama sebulan layanan jahitannya ditutup. “Baru menerima kembali setelah balik dari kampung,” ujarnya.
Enjoy your Life Mas Pardi, selamat mudik dan hati-hati di jalan.
Title | Goyang-goyang Kaki Dapat Duit |
---|---|
Photo | @jkfarza |
Camera | IPhone 7+ |
Setting | Automatic |
Location | Rawajatj, Jakarta Raya |
With ❤@jkfarza
lumayan banget pendapatannya ya , semangat cari rejeki mas pardi ...
Iya @narissa. Makanya dia bilang, jadi karyawan itu ga enak, lebih enak jadi pengusaha hehe
Tulisan Bang @jkfarza, selalu renyah untuk dinikmati.
Dan di balik Kisah Pardi, terdapat banyak inspirasi yg dapat dipetik dari perjuangan mengarungin kehidupan.
Salam KSI dari Taiwan, Bang!
Pardi hanyalah satu sosok yang mewakili jutaan orang yang memiliki harapan besar di JAkarta, tukang sol sepatu, tukang jam, pengamen, tukang nasi goreng keliling. Terkadang kita berpikir bahwa mereka susah, sebenarnya kehidupan mereka tak separah yang kita duga Etty
Terimakasih apresiasinya Etty salam manis buat warga KSi Thaiwan
Orang-orang mas Pardi, berjasa banyak. Saya sering menggunakan jasa mereka kalo ada celana jeans yg perlu dioperasi bahkan diamputasi. Hehe
Betul @syamar bahkan tukang sol sepatu keliling sangat besar jasanya. Selain kita terbantu, kehidupan mereka juga terbantu ya kan?
Mas Pardi menginspirasi.
Mudah mudahan suatu saat bisnis jahitannya besar ya? Suatu ketika saat ia besar, ia akan mengenang tulisan ini dan nyari kita @nnaachiam.
Ada lagi yang lebih enak bang, tukang sate. Kipas kipas dapat duit juga 😅
Haha. Lucu ibu ibu tuh ya @syarkia 🙄
Kisah perjuangan yang menarik.
Betul bro. Dia cerita juga ia ngontrak si Jakarta, istrinya cantik lahir tahun 83, anaknya manis manis 😊
Benar mas pardi bang ,@jkfarza, Berwiraswata apapun betukya lebih asyk, yang pting punya kemuan modal nya telaten dan sabar.
Seorang yang tidak memiliki mental dan mindset bisnis, tak pernah memiliki keberanian untuk memulai.
Hahaha..tapi goyangan kakinya itu bekerja ampu datangin uang.
Semakin digoyang semakin banyak dapat uang ya kan Furqan.
Salam bg,, saya @zulfikarsh alumni salah satu fakultas hukum di Sumatera Utara, saya banyak dengar tentang bapak,saya dulu sekolah SMU 5 Banda Aceh dan sekarang magang di kantor hukum D&F associates Medan...semoga suatu saat nanti dapat berdiskusi dan meminta arahannya dari bapak, terimkasih..
Salam
@zulfikarsh
You are welcome @zulfikarsh, setiap waktu kau datang ke Jakarta, kontaklah.
Siap
Ciri khas postingan bang @jkfarza adalah kedetilannya. Sungguh jelas dalam menceritakan suatu peristiwa.
Ada cerita ini tentang detail @andrianhabibi, saya dan @beladro mengerti maknanya.
“Mas datang aja. Aku sudah siapkan jemputan, hotel dan detailnya” kata tokoh newyork.
Ntar kalau ketemu @beladro atau Nezar, minta ia cerita Oke?
Hahahahhaha iya juga