Tuhan bukan pendusta

in Indonesia3 years ago (edited)

E69EE45B-86FE-4DCA-A93A-8A3F75E88675.jpeg
https://pixabay.com/

Di dalam kacamata islam tentunya muslim mengenal Tuhannya dengan المنتقم ( Maha pembalas ). Ia akan membalas apa saja yang pernah kita kerjakan semasa didunia, baik itu kebaikan maupun keburukan sekecil apapun perbuatan tersebut.
"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Pernyataan ini bukan sekedar pemberitahuan semata sang maha pengampun bahkan berfirman:
"Susungguhnya Allah di akan mengingkari janjinya"
Tiga potongan ayat ini menginterpretasikan Bahwa jika Allah menjanjikan balasan surga bagi orang-orang berbuat baik ( وعد ) tentulah ia akan menepatinya di hari pembalasan kelak. Begitu juga dengan ancaman siksaan ( وعيد )

Lalu bagaimana jika kita berdoa kepadaNya agar semua dosa orang mukmin di ampunkan ? Padahal permintaan semacam ini memberi indikasi bahwa kita memerintah Sang maha Esa untuk mengingkari janjinya ( ancaman bagi pelaku maksiat ) agar mereka tidak mandapat siksaan lagi walau telah pernah mengerjakan pebuatan jahat. Kalau kita mengatakan tidak boleh berdoa seperti demikian, Justru disisi lain Tuhan memerintahkan membaca doa tersebut agar perbuatan kita mendapatkan legalitas dari syara, khutbah jummat misalnya.
Kalau kita bependapat sebaliknya, Maka adanya kedustaan pada pengkhabaran Allah SWT sedangkan telah menjadi ijmak bahwa pengkhabaran Allah tidak mengandung keduataan.

Syeh ibrahahim al bajuri dalam kitabnya tuhfatul murid 'ala jauharah tauhid menjelaskan, dua ulama besar didalam ahlusunnah wal jamaah dalam bidang tauhid yang dikenal dengan asya'irah dan maturidiyyah berselisih paham terhadap kebolehan menyalahi ancaman ( وعيد ).

E5E476EE-4E6D-4187-9128-F71C8362BF6A.jpeg
Rujukan pembahasan dalam kitab tuhfatul murid

Menurut asya'irah boleh terjadinya pengingkaran ancaman. Menurut beliau mengingkari ancama bukanlah sebuah kekurangan melainkan hal tersebut adalah kemulian yang sangat terpuji.
Allah tidak dianggap kurang, karena orang yang mulia jika memberikan ancaman kepada orang lain maka yang patut dengan kemuliannya adalah berdasarkan pengkhabarannya itu adalah di atas masyiah ( kemauan ) meskipun ia tidak menyatakannya. Maka jikan ia mengatakan " sungguh aku akan mengazabkan si zaid" maka niatnya adalah " jika aku mau".

Berbeda halnya dengan janji kebaikan ( وعد )
Maka yang patut dengan kemuliannya adalah berdasarkan pengkhabarannya.
Sehingga mereka ( asya'ari & dan maturidi )sepakat kalau mengingkari pada وعد tidak boleh karena itu adalah sebuah kedustaan yang menyebabkan kekurangan pada sang maha agung yang wajib mensucikan hal-hal demikian daripadanya.

20210602_110118.png

Best Regard @joel0

20210602_110143.png

Sort:  

meutuwah... saya tahu bahwa ini postingan yang bagus sekali untuk catatan pengingat, boleh dong... kitabnya difoto satu untuk dipajang sebagai foto tambahan saja.

Terima kasih banyak ... ini pelajaran yang penting buat saya juga, karena dulu ngajinya nggak pakai pembahasan selengkap ini.

Sama-sama kak @cicisaja. Terimakasih banyak.
Foto kitabnya dalam bentuk pdf kak gak enak dipandang 😁

Tidak masalah dalam bentuk pdf Tgk. @joel0, bisa screenshot pada bagian yang didaras.

Terimakasih banyak atas sarannya bang @akukamaruzzaman dan kak @cicisaja. Gambarnya sudah saya tampilkan 🙏

Ya, sama-sama Tgk :)