The Diary Game Season 3, 27 Juli 2021 | Menenangkan Fikiran Menikmati Ciptaan-Nya

in Steem SEA3 years ago (edited)

Hiii readers,
Aku baru saja bergabung dalam steemit, mohon bantuan dan arahannya.
Ini adalah diary pertamaku.

Suara bising kendaraan membangunkanku dari tidur lelapku. Tidak bisa dibilang lelap juga, karena setiap saat aku selalu saja dihantui oleh skripsi. Aku bangkit dari kasur ternyamanku, membuka jendela agar udara disekitar ruangan kamarku berganti.

“Terang sekali, ya ampun sudah jam berapa ini?” teriakku histeris pada temanku liza.

Aku langsung berlari mengambil handuk dan menuju kamar mandi meninggalkan liza yang masih berkutat dengan laptop.

Liza adalah temanku, kami satu jurusan dan sedang berproses untuk mendapatkan gelar sarjana.
Aku ada di steemit juga karena liza, dan aku berterimakasih atas itu.

“Bagaimana awal mulanya?“
Awalnya kami bernostalgia saling bertukar cerita tentang pengalaman semasa di perkuliahan. Karena jujur saja, di awal perkuliahan aku dan liza tidak begitu dekat, kami jarang mengobrol dan lagi aku seperti bukan diriku, selama perkuliahan aku menjadi introvert dan enggan berbincang dengan oranglain, dan hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa aku masih berkuliah di umurku yang ke-24 tahun.

Setelah saling bertukar cerita, ternyata aku dan liza memiliki beberapa kesamaan. Bisa dibilang kami adalah orang-orang yang tak dilihat di dalam kelas hanya karena kurang aktif dalam perkuliahan.

Aku ingin bercerita sedikit boleh ya?
Jadi, Aku adalah mahasiswa jurusan matematika, kalau kalian ingin tau lebih dalam kalian boleh mampir ke introduce aku, hehe.

Nah, jurusan kami terdiri dari 4 unit, aku dan liza berada dalam satu unit yaitu unit 1. Di dalam unit 1 sistemnya seperti sistem rimba, siapa kuat dia menang. Jika kau aktif dan pintar kau akan memiliki banyak teman dan orang-orang akan menyukaimu dan begitupun sebaliknya. Di dalam sistem itu aku merasa seperti tidak berharga, merasa tidak pintar dan serba kekurangan. Aku akui aku adalah anak yang malas, mungkin karena itu mereka menjauhi karena sangat berambisi dalam belajar.
Namun, ketika aku berada di tempat/circle lain aku merasa hidup, mereka selalu saja memujiku.

“Kamu pintar yah, ipk kamu berapa?
“Eh, ini maksudnya bagaimana ya? Kamu kan bisa, boleh tolong ajarkan aku?”
“Keren ya kamu, sangat kreatif”
Begitulah kira-kira respon teman-teman atau orang baru yang aku temui.

“Kalian pasti penasaran kan dengan IPK ku?”
Hehe, ipk ku biasa saja, bahkan di semester pertama aku mendapatkan ipk yang sangat rendah. Aku bahkan mengulang-ulang sangking tidak percayanya. Aku puluhan kali mengulang login dan log out dari akun SIAKAD karena berharap ada kesalahan. Namun air mataku jatuh, jantungku berdegup, dan kakiku lemas, ternyata itu adalah nilaiku yang sebenarnya. Nilainya 2,68. Aku masih sangat ingat dengan baik.

Aku tidak berani memberitahu kedua orangtuaku, karena mereka akan kecewa dan marah.

“Jangan bilang anak ayah kalau ip/ipk gak sampai 3,00 malu ayah kalau punya anak bodoh”

Kepalaku terus mengingat apa yang dikatakan ayah, kata-kata itu selalu menghatui tidurku kala itu. Karena ayahku bukan merupakan sarjana dan hanya sampai tingkat kelas XI jadi ayah tidak tahu menahu kapan KHS (kartu hasil semester) akan keluar.

“Om, kayra juga kuliah di Banda Aceh kan? Ipk kayra berapa om?”

Ayahku menagih nilaiku karena ucapan Wahyu, tetangga sebelah rumahku. Saat itu aku semester 4 alau tidak salah, yap aku berhasil menyembunyikan nilaiku selama 3 semester.

“Gak sampe 3,00 yah, Cuma dapat—“
Ayah berlalu begitu saja sebelum aku sempat menyelesaikan omonganku.

Hari itu, aku sangat kesal dengan Wahyu, aku marah dan benci. Namun esoknya aku dan wahyu pergi memancing di kolam kakekku, aku bukan orang yang pendendam hanya saja dia aku marahin habis-habisan hehe.

Tuhkan, ceritanya udah kemana-mana. Oke kembali ke laptop!

Nah selesai mandi aku bersiap dan terlebih dalhulu menggosok baju untuk pergi ke kampus. Kulihat liza ternyata masih setia dengan benda kotak di hadapannya. Yap liza sedang pusing dengan pengolahan data pada skripsinya, dan semoga data liza segera selesai sehingga kami bisa melaksanakan sidang T.T Aamiin. Mohon doanya teman-teman hehe

Hari ini rencananya aku akan mendaftar sidang, Alhamdulillah berkat doa ibu dan orang-orang yang menyayangiku.

Sesampainya di kampus kami menuju ruangan PRODI di lantai 2. Kami menunggu di sebuah kursi tak jauh dari ruangan PRODI lalu sambil menunggu aku mengambil handphone untuk mengecek apakah ada pesan penting.

“Kay, udah lihat di group?”

Belum jawabku, dan aku bergegas membuka group dan ketia melihat isinya semangatku yang membara karena akhirnya akan mendaftar sidang lenyap seketika.
Ternyata, setelah dilakukan pengecekan pada skripsiku plagiatnya mencapai 36% yang dimana syarat yang diminta adalah 30%. Aku lalu bergegas merevisi skripsiku dengan detak jantung yang tak normal, bagaimana tidak? Hari ini adalah hari terakhir mendaftar sidang.

“Kay, coba lihat group”

‘Ah, lagi-lagi’ batinku kesal karena sedang diburu waktu
Aku melanjutkan revisi dan mengabaikan perkataan temanku.

“Kay untuk pengecekan turnitin sudah di tutup kata ibu, makanya coba lihat grup”

“Astaghfirullah” aku mengucap dan tanganku terasa dingin, rasanya aku ingin menangis tapi tidak mungkin karena aku sedang di tempat umum.

‘Padahal semalam aku udah bilang ke ibu akan mendaftar sidang, dari suaranya ibu terlihat senang dan berkali-kali mengucap syukur dan memberiku semangat. Ya Allah dosa apa yang sudah aku lakukan? Sepertinya aku melakukan hal yang tidak Engkau sukai ya Allah’ batinku.

“Kerjain terus kay, insyaAllah masih bisa. Semangat”ucap liza dan anda, temanku.

Aku mengerjakan dengan hati yang tidak tenang, terlebih lagi saat itu matahari sepertinya sedang bahagia, sinarnya terlalu cerah untuk aku yang sedang bersedih.

“Coba daftar terus kau, siapa tau syarat turnitin bisa nanti” Ucap anda

Akupun mengiyakan usulan temanku tersebut, dan tak lama seorang wanita menghampiri kami dengan terburu-buru.

“Eh, kalian udah daftar? Yuk daftar” ucap Ema.
Ya, namanya adalah ema. Akhirnya aku dan ema menuju ruang PRODI untuk mendaftar.

“Maaf, sudah tidak bisa. Saya mau pulang, imi sudah jam berapa?” ucap bu Wani

‘Ya Allah, cobaan apa lagi ini’ Batinku

“Sudah jam 17:15 ibu” jawab seorang mahasiswa lainnya yang ingin mendaftar juga.

“Maaf ya anak-anak, sudah tidak bisa. PRODI sudah tutup dan bapak juga sudah pulang” ucap bu Wani; Bapak yang dimaksud bu Wina adalah Ketua PRODI.
Aku sudah bertawaqal, aku sudah melakukan yang aku bisa.

Akhirnya aku dan liza memutuskan untuk pulang, di sepanjang perjalanan aku hanya memandangi pemandangan sore yang sangan indah.

“Kayanya mataharinya lagi cerah, kita ke pantau yuk menikmati sunset” ajak liza

Karena hatiku sedang tidak baik-baik saja, dan aku juga sangat suka dengan suara ombak dan sunset aku langsung mengiyakan ajakan liza.

Kami menuju ke sebuah pantai yang tidak jauh dari, hanya menempuh perjalanan sekita 15 menit.

Ini adalah salah satu moment yang kami ambil ketika di pantai bersama liza

IMG_20210725_190431_372.jpg

Pemandangan yang indah membuat suasana hatiku membaik, sungguh indah Ciptaan-Nya.
Setiap melihat sesuatu yang indah, aku selalu berucap “Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Akhirnya kami kembali ke kos pukul 18.15 dan tidak begitu puas menikmati suasana pantai dan sunset, karena sebentar lagi akan adzan magrib.
Sesampainya di kos aku mandi dan makan, karena selama seharian terlalu banyak drama dan kesedihan akhirnya akupun memutuskan untuk tidur.

Sekian ceritaku, terimakasih buat teman-teman yang sudah sudi membaca hehe

Have a nice day, don’t forget to pray and keep healty.

Sort:  
 3 years ago 

Postingan ini telah dihargai oleh akun kurasi @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.

Selalu ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info terbaru.

@ernaerningsih.

Terimakasihhhh🙏

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 64578.03
ETH 2533.83
USDT 1.00
SBD 2.64