Diatas Langit Masih Ada Langit
Lihatlah keatas sebagai panutan, tunduklah kebawah sebagai renungan
Source : google
Roda kehidupan terus berputar, waktu demi waktu terus berjalan. Seiring berjalannya masa, usia semakin bertambah beban tanggung jawab pun ikut bertambah. Jika dahulu kita hidup dibiayai namun sekarang kita yang harus membiayai hidup orang lain.
Proses kehidupan merupakan Sunnatullah, manusia tidak selamanya menempati bumi ini, ibarat bunga yang menguntum, mekar, layu lalu gugur kebumi. Begitu pula kita manusia, setelah lahir kedunia dari bayi tumbuh menjadi remaja, dewasa, tua dan lalu mati.
Dalam mengarungi bahtera kehidupan, manusia sering dihadapkan dengan bermacam permasalahan, setiap nafas yang kita hembuskan selalu menjadi sebuah masalah walau sekecil apapun. Dari pagi sampai petang, dari petang sampai malam dan berjumpa dengan pagi lagi ada saja masalah yang harus kita selesaikan.
Namun sebuah problema kehidupan yang menjadi tanggung jawab kita adalah mencari nafkah untuk keberlangsungan hidup kita dan keluarga kita, ini adalah sebuah kewajiban bagi setiap manusia. Walaupun Allah Swt telah menjajanjikan bahwa setiap yang bernyawa telah diatur rezkinya, namun tanpa usaha ia tidak akan datang dengan sendirinya.
Dalam urusan mencari kesejahteraan, banyak cara yang dilakukan manusia tergantung dari profesi dan skil yang dimilikinya. Namun diantara muamalah yang dilakukan tersebut ada diantara mereka yang merasa ketidak adilan terhadap nasib yang mereka terima.
Orang yang berpikiran demikian adalah orang yang tidak bisa bersyukur dan menerima kenyataan yang ada, prinsip hidupnya terus dihantui ketakutan akan kekurangan yang dimilikinya. Ia merasa bahwa dirinya terdholimi, sedangkan orang lain selalu mendapat kemenangan.
Jika terus-terusan memandang keatas, namun tidak mau berusaha, rasa cemburu tersebut akan berubah menjadi dengki dan irihati, ia tidak senang melihat orang lain lebih dari dirinya. Padahal pada hakikatnya ia sendiri lebih tinggi kedudukan jika dibandingkan dengan mereka yang hidup dibawah kemiskinan.
Hanya karena rasa tamak dan serakah ia bernafsu untuk melebihi dari kedudukan orang yang lebih tinggi darinya. Orang seperti ini tidak akan pernah merasa cukup, ia akan selalu merasa kekurangan, sudah punya satu mobil ingin satu lagi, rumah sudah ada tapi ingin yang lebih mewah lagi.
Ia tidak menyadari bahwasanya dirinya sedang berada disebuah lingkaran hawa nafsu yang tidak akan ada habis-habisnya. Hidupnya ia habiskan untuk mengejar kemewahan dan kesenangan dunia, orang seperti ini adalah orang yang sudah terkena penyakit cinta dunia lupa akan kematian.
Padahal jika ia sadar dan punya keyakinan bahwa segala sesuatu yang dimilikinya adalah sebuah singgahan yang harus dipertanggung jawabkannya kelak dihadapan Allah Swt. Maka ia tidak akan larut dalam nafsu duniawi.
Cobalah kita renungkan, lihatlah kebawah, mereka yang hidup jauh dari kesejahteraan, mereka bisa hidup walaupun tidak bergelimang harta. Walau hanya mendapat beras sebambu ikan sekantong sehari namun hidupnya tenteram dan bahagia.
Mereka senantiasa bersyukur karena masih bisa makan dan bernafas, jika kita pandang jauh kebawah lagi maka sungguh rasa malu dan keinsafan akan datang dalam hati kita, betapa tidak, mereka yang hidup jauh dari kata-kata cukup tidak pernah mengeluh kekurangan, sedangkan kita yang hidup berkecukupan selalu mengeluh kekurangan.
Maka dari itu, mari kita renungkan, introspeksi diri nikmat apalagi yang kita dustakan. Sedangkan Allah Swt sudah mengatur hidup kita sesuai dengan porsi yang kita butuhkan. Maka hendaklah kita senantiasa bersyukur atas segala pemberianNya. Dan selalu mendekatkan diri kepadaNya agar hidup kita didunia ini tidak sia-sia.
Ini hanyalah sebuah nasehat, semoga menjadi sebuah renungan dan bermamfaat bagi kita semua. Jika ada salah kata dalam tulisan saya mohon diklarifikasi.
Hello @khairulazami, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!