Aceh Jalanan

in #mudik6 years ago (edited)

image

Seberapa padat bundaran Lambaro, adalah pertanda bahwa parade mudik loncengnya telah berdentang. Orang-orang Banda -entah asoe lhok maupun perantau- saban libur (istimewa lebaran) mudik menuju kampung halaman. Tepat pukul 13:00 WIB, tugu ber-watermark Bank Mandiri tampak kokoh seperti biasa, tak terlihat matahari puncak dengan terik menyengat vertikal di atasnya, siang itu.

Guyuran hujan membasahi kuyup orang-orang pulang, deras. Luberan air langit menyisakan genangan di sekitar aspal. Genangan itu, seakan tamsil kenangan dengan segenap kerinduan kampung halaman yang disandera waktu. Dan kata "pulang", seolah kembali dibaca ulang manakala momen dengan ruh budaya jalanan qabla lebaran membukukan kesempatan.

Di antara banyaknya orang Banda, saya adalah salah satunya yang terjebak hujan. Basah yang sejuk, menambah gigil perpulangan ini. Mudik, hampir selalu ditulis melankolis, atau frasa-frasa heroik dengan titik koma perjuangan. Tak perduli sedekat apapun tujuan, yang kadang jaraknya tak seberapa mana, ada yang hanya spasi satu kabupaten, pulang tetaplah pulang. Di hadapan mudik segalanya mendadak heroik.

image

Saya berhenti lama di Simpang Lambaro, tak ada tanda-tanda hujan reda, malah semakin lama, makin deras saja. Dua jenis angkutan umum Aceh terparkir rapi, satunya jenis Bus Simpati Star, selebihnya L-300. Dua jenis angkutan umum itu, telah mengurat cerita dalam catatan sejarah woe u gampong orang Aceh.

L-300 menampilkan wajah lama dari potret pulang-pergi Aceh di lintasan aspal. Dengan bentuk kecil lagi mini, kecepatan, atraksi sopir eksentrik, kernet bermulut lantam namun kocak, adalah apa-apa saja yang melekat pada moda transportasi L-300 yang akhir-akhir ini eksistensinya mulai terancam. Kemunculan moda transportasi Travelo maupun Hiace, sedikit banyak telah menggerus pangsa pasar L-300.

Dari sisi sosial-budaya, ada perbedaan tersendiri antara L-300 dengan Travelo maupun Hiace. Sisi yang memuakkan namun terkenang dari L-300, saban mudik, sekalipun kuota standar untuk bangku di belakang sopir hanya diisi 3 orang, pada momen mudik lebaran bisa disesaki 4 orang, padat! Belum lagi pemberhentian yang kadang, silap-silap bisa tak terduga, keseringan! Kejengkelan itulah yang boleh jadi menjadi pertimbangan konsumen untuk beralih. Tentu, selain faktor fasilitas dan kekinian dengan mindset serba praktis.

image

Bila ada sensus atau penelitian untuk mencari tahu bagaimana "Aceh Jalanan", bagi saya, L-300 dengan segala sisi yang ada, cukup vulgar menampilkan wajah Aceh sungguhan. Interaksi yang terjalin, tak cukup halaman untuk menarasikan sosial-antropologis. Watak kita (Acehnese) terpahat terang benderang dari setiap putaran roda L-300 dengan segala manuver sopirnya, yang tak pernah jemu berupaya menjadi jet mini jalanan.

Paket indah mudik L-300 menyuguhkan pengalaman tak biasa, adrenalin yang terus dipacu, emosi diaduk, bosan yang genit mempermainkan imaji, menjadi seperangkat kerinduan dalam bab pulang yang kita benci tapi malu diakui bahwa kita cintai pula. Dari situ, L-300 telah mempatenkan beberapa paragraf khusus yang unik lagi khas di dalam kisah panjang Aceh Jalanan.

Di lain sisi, Bus Simpati Start yang notabene versi upgrade dari pada industri Bus sebelumnya, menampilkan citra masa depan Aceh Jalanan dengan segala harapan berkemajuan. Mungkin tak cukup kuat, bila segmentasi Simpati Star disematkan sebagai pilihan kaum elit Aceh. Toh, banyak pula orang non elit yang sanggup menggunakan moda transportasi bermerek Jerman ini; Mercedes.

image

Hanya saja, sejak takdir tak sedap kerap menaungi bus dengan warna kebesaran kuning ini, sering kecelakaan. Orang-orang mulai mempertimbangkan ulang pilihannya. Sekalipun maut urusan Tuhan, nyatanya -sebagai insan- meminimalisir merupakan keniscayaan. Sebab, terlalu horor bila mudik yang sudah disergapi perkara 'buah tangan' dan 'bawa pulang siapa', turut pula dibayangi dengan syakwasangka akan kemungkinan buruk; 'mudik selama-lamanya', tak pernah kembali.

Aceh Jalanan dengan Simpati Start sebagai objeknya, ialah jalan panjang transportasi Aceh menuju masa depan. Tidak mutakhir memang, tapi bolehlah kita apresiasi sebagai salah satu daerah yang cepat melakukan perubahan di segmen jet darat ini. Perjalanan Simpati Start, menggaransikan lompatan Aceh Jalanan dari halaman tengah sampai pada postulat, masih akan banyak revisi menuju kesimpulan akhir.

              ***

Tulisan ini ditulis saat menunggu hujan reda di seputaran Lambaro, karena hujan tak juga reda akhirnya mau tak mau menerobos hujan. Dan diposting saat tiba di Matang Geulumpang Dua, sembari menunggu mobil L-300 menuju Lhokseumawe. Saya mulanya pulang berdua dengan kawan menggunakan motor, namun karena rumah berbeda jarak saya harus menyambung lagi.

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by lontuanisme from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 64176.22
ETH 2624.19
USDT 1.00
SBD 2.78