Dilema Debat
Debat adalah hal biasa, berargumen sesuai informasi dan disiplin ilmu masing-masing. Sebenarnya debat bukan untuk mempermalukan lawan, tapi debat adalah salah satu cara mengaktifkan rasionalitas dari ilmu dan informasi itu sendiri.
Namun seringkali debat mempertontonkan hal-hal negatif cenderung berujung permusuhan. Walaupun debat terjadi harus ada dua pihak yang bersebrangan, artinya memiliki argumentasi alternatif dalam suatu permasalahan tertentu.
Debat bukanlah ajang untuk membuka aib lawan, bukan juga ajang mempermalukan lawan. Namun dalam kenyataanya setiap debat memang harus ada pemenangnya, dan pemenang debat tidak pernah di deklerasikan formal, melainkan ditentukan berdasarkan penilaian audiens. Argumentasi siapa yang dianggap paling rasional dan diterima itulah pemenangnya, sedangkan yang berdebat belum tentu menerima argumentasinya kalah diadu. Dan tidak ada kewajiban pihak yang berdebat harus merubah argumentasinya kepada argumentasi pemenang debat, bisa saja diakhir debat para pihak tetap berbeda dalam pandangan masing-masing.
Tidak mudah menjadi pendebat, karena harus memiliki ilmu yang mumpuni dan wawasan luas, ditambah mental yang kuat, dan faktor paling penting adalah kemampuan berbicara. Tidak semua orang mampu berbicara didalam debat.
Pada dasarnya debat adalah sesuatu hal yang positif dalam kehidupan manusia. Namun saat pendebat tidak memiliki mental dan kejiwaan yang elegan seketika itu juga debat akan menjadi ajang pertunjukkan emosi. Tapi jika debat dilakukan tanpa ilmu yang mumpuni debat akan berubah menjadi lelucon.
Maka biasanya debat akan selalu ditengahi oleh moderator, tugasnya menjaga jalur debat agar tetap menjadi debat yang sehat dan positif. Moderator ini juga yang akan membuat regulasi agar debat berjalan dengan baik, seperti menentukan waktu, kesempatan berbicara, dan menjaga debat tetap pada topik pembahasan, alias tidak melebar entah kemana-mana. Debat bisa dilakukan perorangan maupun kelompok.
Kita sering melihat debat yang tidak sehat, emosi membara dalam debat, para pembicara terus berbicara tanpa mau mendengarkan bicara orang lain, dan debat tidak sehat pemenangnya selalu ditentukan berdasarkan emosi siapa yang paling membara atau suara siapa yang paling besar dalam debat, disini yang terlihat konyol adalah audiensnya.
Konotasi buruk debat seharusnya dirubah seiring debat yang sehat dan tertib. Tentu saja debat yang dimaksud adalah debat resmi bukan debat warung kopi, apalagi debat warung tuak......
Buruj ck
04/04/2020
Kita upvote dan reblog ke ribuan follower yaa.. =) Terimakasih sudah memvoting @puncakbukit sebagai witness dan kurator.
Trimkasih bnyak cak :)
Saya reblog juga ya bang
Iya boleh Silahkan, trimakasih ya bg.... ;)