Kisah Sedih Dibalik tanah Surga Part II (The End)

in #indonesia7 years ago (edited)

IMG_20180208_132001_HDR.jpg

The View of Pucoek Krueng the hidden paradise at Lhoknga

Cerita Sebelumnya

Sementara aku sedang bercakap-cakap dengan pak Muchtar teman teman sedang sibuk meletakkan barang-barang bawaan kami di sebuah pondokan kecil yang sudah rapuh yang terletak di bawah pepohonan yang rimbun.

Aku dan pak Muchtar semakin intens bercerita, maksudku pak Muchtar yang bercerita, aku hanya mendengarkan sambil melemparkan beberapa pertanyaan. Ketika tau bahwasanya aku adalah alumni sebuah pesantren beliau langsung berkata, "Saya sudah siapkan tanah seluas 15 hektar untuk membangun sebuah Pesantren. Pendidikan kita masih jauh tertinggal, terutama masalah moral dan agama yang terus-menerus tergerus oleh era globalisasi ini, kau lihat sendri Neuk, banyak anak-anak sekarang mulai kehilangan respek terhadap orang tua, terhadap para ulama. Sudah jarang sekali saya temukan anak-anak yang benar-benar memiliki sopan santun yang baik. Oleh sebab itu saya harus bangun itu pesantren, agar tidak ada lagi atau paling tidak, manusia-manusia yang tidak beradab tersebut setidaknya menjadi berkurang. Agar tidak ada lagi pemimpin yang menjual tanahnya sendiri kepada asing yang membuat kami sekarang merasa tertindas."

DSCF6318.JPG

Foto oleh Reza Fahlevy

pak Muchtar menjelaskan semuanya dengan amarah yang ditahan, aku bisa melihat itu dari wajah tuanya yang ringkih, pak Muchtar melanjutkan ceritanya.

Dulu saya juga ikut berperang di perang dunia kedua, saya sudah rasakan bagaimana pahitnya peperangan, bahkan pada masa penjajahan Jepang ! Rumah-rumah kami beserta pakaian kami habis dibakar oleh Jepang Laknatullah saat itu, sehingga kami hanya mengenakan karung bekas sebagai pakaian, bahkan sebagian besar dari kami malah tidak berpakaian sama sekali, kau bayangkan saja, para kaum hawa hanya menggunakan batok kelapa yang diikat dengan serabut kelapa untuk menutupi kemaluannya. Pak Muchtar mulai meluapkan kemarahannya dalam bercerita.

"Kau tau kulit ubi merah neuk ? bahkan babi saja tak mau makan kulit ubi merah itu, tapi kami manusia dengan kekejaman Jepang sudah pernah merasakan bagaimana rasanya makan kulit ubi merah itu." Pak Muchtar mengelap matanya yang berkaca-kaca.

"Sekarang kita sudah merdeka, tapi yang saya rasa sama saja ketika dengan masa penjajahan Belanda dulu kala, lihatlah, kalian sudah rasakan sendiri bagaimana buruknya jalan kemari, tidak layak dianggap sudah merdeka" ungkap Pak Muchtar dengan suara lirih berisi kepiluan, aku menangkap perasaan itu sebagai perasaan yang paling menyakitkan yang pernah dialami oleh seseorang, aku bisa tahu itu dari raut wajah pak Muchtar dan matanya yang berkaca-kaca.

DSCF6340.JPG

Foto oleh Reza Fahlevy

Melihat jalan cerita kami yang semakin seru, kak @alaikaabdullah juga ikut mendengarkan cerita pak Muchtar dan berdiri di sebelah kiri pak Muchtar. Sedangkan bang @levycore sedari tadi disibukkan dengan kameranya mengabadikan beberapa moment-moment berharga lagi penting termasuk foto percakapan dengan pak Muchtar.

"Nanti ketika pesantren itu sudah berdiri, kita akan panggil semua ulama-ulama dari seluruh Aceh, Indonesia, bahkan ulama Dunia untuk memecahkan segala permasalahan Islam disini, karena bagaimanapun pemerintah Indonesia harus tau dan mengerti bahwa sebagian besar kemerdekaan Indonesia itu disebabkan oleh jiwa keberanian yang ditopang Jihad Fisabilillah untuk mempertahankan tanah kelahiran kita ini, pejuang dari kaum muslimin sungguh tidak takut mati sama sekali menghadapi peluru Kaphe Belanda dan juga tidak gentar dengan tajamnya bayonet Jepang, kami maju terus pantang menyerah" ujar pak Muchtar menjelaskan tentang keikutsertaannya dalam Perang Dunia kedua. Tapi sekarang apa yang kita dapat ? gara-gara salah dalam memahami Islam orang-orang menjadi teroris yang akhirnya merusak nama Islam itu sendiri, kau tau arti islam kan neuk ? Islam itu artinya selamat, berasal dari kata sallama yusallimu, Agama yang menyelamatkan, kau anak pesantren, pasti sudah hafal betul itu" ujar pak muchtar kepadaku dan aku hanya mengangguk saja tanda sepakat dengan apa yang pak Muchtar bicarakan.

"Orang yang tidak mampu memberi rasa aman dan keselamatan bagi orang orang disekitarnya bukanlah Islam, apalagi dengan perilaku teroris. Oleh karena itu saya ingin tempat ini nantinya menjadi pusat kajian Islam, tempat diskusi para ulama, seluruh ulama dari seluruh daerah akan kita undang, begitu caranya dulu agar kita bisa merdeka, pemerintah sangat dekat dengan para ulama, masyarakat baik yang tua maupun yang muda sangat menghormati ulama, qanun-qanun semuanya dibuat berdasarkan hasil mufakat para ulama yang merujuk kepada alqur'an dan hadist, begitu juga dengan cara membangun semangat melawan penjajahan. Akan kita buat nama pesantren itu dengan nama 'Pesantren Institut Agama Islam Aceh Internasional'."

Kulihat pak Muchtar masih sangat bersemangat bercerita, aku tidak sedikitpun berpaling dari kisahnya, padahal teman-teman sudah mulai bereksplorasi di sekitaran Pucoek Krueng.

"Kenapa begitu ? kenapa harus disini ? Itu, kan pertanyaanmu Neuk ? " pak Muchtar beretorika
"kalau kau masuk sedikit lebih dalam ke hutan yang disebelah sana" kata pak muchtar sambil menunjuk ke sebuah arah di dalam hutan kepada aku dan kak Alaika

DSCF6332.JPG
Foto oleh Reza Fahlevy

"Karena disinilah tempat Aulia pernah bertempat tinggal hingga dia wafat, seorang Aulia yang berasal dari turki yang datang pada tahun 817 masehi" kata pak Muchtar dengan yakin sekali. "Dan makam yang saya tunjuk tadi adalah makam beliau." timpal pak Muchtar lagi.

"Begitulah sedikit sejarah tentang tempat ini Neuk" sambung Pak Muchtar.

"Syukurlah kau sudah mengenyam pendidikan di pesantren, saya sudah muak dengan ke pemerintahan, Pabrik itu dulunya dijanjikan sebagai tanah rakyat akan tetapi dijual oleh wakil bupati pada masa itu, telah dibuat perjanjian untuk ekonomi rakyat namun tidak pernah terealisasi." lanjut pak Muchtar yang ketika kutanya tahun berapa perjanjian itu dibuat beliau tidak bisa mengingatnya.

"Dulu kami dijanjikan kesejahteraan ketika pemimpin kita menjual tanah kami ke perusahaan asing untuk membangun pabrik, dengan perjanjian untuk mensejahterakan rakyat, namun hingga saat ini kami tidak mendapatkan apa-apa, lebih parah lagi bahkan putra daerah sendiri yang menjual tanah kami kepada pihak asing, kebun kebun rakyat di klaim sebagai miliknya dan lalu dijual kepada pemilik pabrik. syukurlah kau sudah belajar agama dengan baik" kembali mengulang kalimatnya.

Setelah selesai bercerita pak Muchtar mengajak kami berkeliling di sekitar lokasi Pucoek Krueng, beliau mengantarkan kami ke sebuah Goa yang kata beliau di dalam goa tersebut terdapat sebuah ruangan seluas Aula, kemudian juga pak Muchtar menjelaskan berapa ketinggian air ketika hujan tiba. Aku dan teman-teman lain seperti bang @orcheva, bang @kemal13, @cutthara, Kak @alaikaabdullah, Kak @fararizky, Bang @awinyaksteemit, dan juga Bang @yasir.mogerz sibuk berfoto-foto mengabadikan moment. Ketika pak Muchtar beranjak ke lokasi yang terletak di sebelah tempat teman-teman berswafoto, aku mengikuti pak Muchtar dan memberikan beliau Uang sebesar.... ah, tak perlu kusebutkan lah berapa jumlahnya, yang jelas aku sangat berterimakasih, karena perjalanan hari ini tidak hanya mendapatkan pemandangan yang indah, tapi juga cerita yang bagus dari pak Muchtar Sebagai sumber cerita.

Hingga tulisan ini di posting aku masih merasakan amarah pak Muchtar yang ikut membakar semangatku untuk menjadi lebih baik, kurasakan juga bagaimana perihnya perjuangan beliau namun hingga saat ini tidak mendapatkan apa-apa sebagai imbalannya.

Kegiatan seterusnya kami lanjutkan dengan makan siang karena sudah tiba waktunya untuk mengisi ruang tengah, selesai makan kami berenang di Kolam Biru di bawah tebing Pucoek Krueng setelah merasa cukup dan lelah kami pun beranjak pulang.

Tamat

DQmUqYJ5yKPoLf3LLHy5RcAUXUjC25t8NXpSsdc6KzrTusG.gif

logo Steemit Gayo  1.jpeg

WhatsApp Image 2018-04-25 at 00.38.18.jpeg

Sort:  

Wah bagus sekali ceritanya, aku sudah pernah sampai dsitu, tapi belum tau tentang cerita itu, apalagi bisa tau detil seperti itu, makasih infonya bang

Ah abang ini becanda aja, pengen muda balik abang @denni.japro ini ya ? hahaha

Wahh bagus nih ceritanya...
Sebagai hadiah sudah saya upvote ya @mahlizarsafdi

Berijin Serinen, Terimakasih kawan, Teurimoeng Geunaseh Rakan.

Wahh bagus nih ceritanya...
Sebagai hadiah sudah saya upvote ya @mahlizarsafdi

Makam aulia dan pembohongan terhadap rakyat. Dua poin yang saya tangkap dari tulisan ini. Terima kasih atas ceritanya bg @mahlizarsafdi. Ada lanjutan lagi?

mungkin dalam kunjungan berikutnya bang, mungkin beliau bisa menceritakan dengan lebih detail berturut dengan tahunnya bang.

Ini bisa jadi referensi liputan saya bersama teman-teman jurnalis lainnya bg. Semoga bisa kita bantu angkat.

Semoga Segera bg, mengingat pak Muchtar yang sudah semakin tua.

Semoga suatu saat para steemians di KSI bersama-sama mendonasikan sedikit rezekinya untuk juga ikut serta membangun pesantren yang dicita-citakan Pak Muchtar.
Aamiin

kita tunggu saja apa yang akan terjadi di masa depan dengan lahan 15 hektare milik pak Muchtar bang.

Aq pon marah klw tw ceritanya jepang gitu kan orang kita...
cerite ni turah sawah ku pelosok Indonesia, kati bewene sadar bahwa masyarakat muslim berperan memerdekakan bangsa dr penjahat yang sebenarnya.

Silahkan Share postingan ini bang, atau kalau ada kesempatan main ke Pucuk Krueng abg bisa liputan dan dengarkan sendiri ceritanya bang @jamanfahmi.