Mahdi : Perjalanan Pulang (Bukan kisah Cinta)
Ini foto Honda, Honda yang betul betul Honda, bukan Suzuki apalagi Yamaha. foto ini tidak ada hubungannya dengan cerita di dalam tulisan ini. tulisan ini lucu, apalagi kalau dibaca.
Perjalanan pulang bagian satu.
Perjalanan terkadang lebih berharga daripada tujuannya itu sendiri. kurang lebih begitulah yang kurasakan saat dalam perjalanan pulang dari Banda Aceh menuju rumahku di Kota Takengon. perjalanan yang seharusnya ditempuh dengan jarak waktu 7 jam akhirnya molor menjadi 24 jam.
Berangkat jam 2 siang pada hari minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk dimuka, kasian pak kusir diduduki mukanya. Setelah membuat Maklumat melalui status what's app yang bunyinya kurang lebih seperti ini
"Yang di Banda Aceh mau pulang ke Takengon naik sepeda motor sama aku hari ini bisa hubungi aku segera, gratis, keripik Dhapu Sare atau Nagasari di Bireun bayar masing-masing, makan siang di tanggung di rumah sendiri".
Begitu bunyi maklumat dan rupanya pesanku dibalas oleh seorang teman yang iseng, banyak yang iseng sih sebenarnya, tapi ada satu yang nggak sengaja iseng tapi akhirnya beneran pergi sama aku, kuwalat dia sering isengin orang lain.
Tiga hari sebelumnya seharusnya aku sudah berangkat untuk pulang kampung, namun naas, baju yang kuserahkan kepada pihak Laundry dengan mandat untuk dicuci expres ternyata belum juga selesai, alasannya air dari saluran PDAM Banda Aceh mandek, berhenti untuk datang ke laundry tersebut karena apa ? karena airnya nggak ada. Jadilah bajuku tidak dicuci, sampai akhirnya aku tidak ganti baju selama 3 hari. Untunglah tidak ganti baju tidak mengurangi ketampanan. By the way, aku udah ingat, aku berangkat hari Selasa, bukan hari Minggu.
Jadi setelah berkonsolidasi dengan teman itu, alah, kusebut saja namanya Nizar, ya, hampir sama dengan namaku Lizar, kalau orang-orang panggil ujung nama kami yang senada "Zar" kami berdua akan menoleh, biasanya yang panggil cengar-cengir aja setelah memanggil "zar". Kami memutuskan untuk berangkat pada jam 2 siang, setelah santap siang dan berpamitan dengan keluarga dan beberapa teman-teman di Grup WA maka kami pun berangkat. Mendung tak berarti hujan kata pepatah, hari ini pepatah itu salah, sebentar mendung hujan langsung mengguyur kota Banda Aceh, agak lucu juga sih karena hujannya pilih-pilih tempat, misalkan di Kayee Adang hujan, sampai di Lam Gugob aspalnya masih kering dan nggak ada hujan. Tapi hujan tidak menyurutkan niat untuk tetap beranjak.
Sepeda motor matic Honda Beat berwarna Pink melaju dengan mulus dengan strip di kilometer untuk mengetahui seberapa banyak bahan bakar yang kita punya tinggal 3 garis lagi, masih bisa sampai di Sare dari Banda Aceh dengan 3 strip itu, sebelum sampe Sare kami singgah di beberapa tempat di Seulimum karena hujan lebat, banyak para pemudik ikut berhenti, tapi cowok semua, nggak ada yang cewek, kalaupun ada dia sama suaminya sambil gendong anak.
Sepeda Motor terus melaju dengan kecepatan standar di 60-70 km/jam. Bagian Pinggang ke bawah sudah mulai pegal-pegal, dalam perjalanan melewati gunung Seulawah, kami dikuntit oleh dua orang perempuan yang mengendarai Honda Yamaha. Maksudku Sepeda motor Yamaha, kalau orang yamaha tau di Aceh merk mereka tetap menjadi yang nomor dua setelah Honda mungkin mereka akan berang karena harus merubah tagline mereka dari "semakin didepan" menjadi "selalu yang kedua". Tapi mau tak mau memang sudah begitu, khususnya di Aceh. Orang Aceh pada umumnya memang menyebut sepeda motor itu dengan sebutan Honda, itu sudah menjadi hal yang lumrah, contoh kasus seperti cerita bang @riodejaksiuroe tentang seseorang yang mau membeli sepeda motor jenis V-ixion, lalu berangkatlah mereka ke showroom Yamaha, sampe showroom yang ditanya malah, "Bang, ada Honda V-ixion ?" padahal V-ixion adalah jenis sepeda motor yang diproduksi oleh Yamaha. Kalau Yamaha mau protes silahkan protes ke pihak Honda, siapa suruh dia duluan masuk ke Aceh, paling orang honda bakal bilang, siapa suruh kalian telat masuk ke Aceh ?. hmmm.
kembali ke perjalanan.
Antara kami dan kedua gadis itu saling berlomba-lomba, layaknya Valentino Rossi dan Marc Marquez, tapi pake Motor Matic. kadang-kadang kami didepan, terus tiba-tiba kami sudah dilewati, terus kami lewati lagi, jadi teringat masa masa SMA dulu, biasa kalau udah gitu itu tandanya si Gadis minta digoda, untung saja kami tidak tergoda, hitung-hitung latihan sebelum puasa tiba, Nizar sibuk bikin status Mencari Daging Meugang di akun What's App-nya. Sampai di Tijue kedua gadis tadi tidak terlihat lagi, entah berhenti entah sudah duluan, intinya antara kami dengan kedua gadis itu tidak tau siapa pemenang lomba balapan tadi.
Kemudian tibalah kami di Sigli, mengingat kami memang berniat jalan-jalan sambil pulang maka segera saja aku hubungi @akbarrafs yang ternyata sedang duduk di Taufik kopi bersama bang @rezaacoi dan juga bang @riodejaksiuroe, eh ada si luthfi @jeulamei juga, sayang dia kalau nggak disebut, nanti dia marah. Yang tak kami jumpai itu malah si @rastaufik, padahal kami ngopi di tempat dia, taufik kopi, sungguh sangat tidak berperiketaufikan dia. Tapi ah sudahlah. Sambutan meriah oleh teman-teman KSI Chapter Pidie membuat aku terharu, cuma kurang karpet merah sama fotografer yang banyak plus photoboot KSI saja.
Tanpa kusadari pipiku menjadi basah, ternyata tetesan air dari rambutku bekas hujan dari Sare City tadi. Banyak cerita, yang mestinya kau saksikan, di tanah kering, bebatuan. Aduuh, beginilah akibatnya kalau menulis sambil dengar lagu, liriknya jadi ikutan tertulis. Banyak cerita yang kami ceritakan di Meja berkumpulnya Steemian dari Pidie, aku dan teman-teman Stemian sibuk bercerita sedangkan temanku Nizar sibuk mendengarkan kami bercerita, jadi tak mengapa, masing-masing kami jadi ada kesibukan, lalu kami semua sepakat untuk memesan Kopi Pancung khas Taufik kopi. Segelas Kopi Pancung mampu membuat orang bercerita banyak hal, seperti kami yang mulai dari bahas Steemit sampai bahas orang kampung bang Acoi. pokoknya banyak lah.
Jam menunjukkan pukul setengah enam, kami harus bergerak lagi, atau kami akan bermalam di Pidie dan dimarahi Emak karena Meugang di jalan.
motor masih melaju santai dengan kecepatan 60-70 km/jam, kali ini tidak ada lawan balapan. sampai di Bereneun kami singgah di SPBU untuk kegiatan buang buang air, mulai dari yang besar sampai yang kecil, kadang kadang gantian yang besar sama yang kecil, keluar dari Water Closet aku melihat kolam ikan, ada ikannya besar kali, hampir sebesar aku yang kecil ini bila dibandingkan dengan besarnya badan bang @aiqabrago. si Nizar ternyata sudah sering mampir sampai hafal nama ikan besar tersebut dan tau kalau ikan itu berasal dari sungai amazon, bukan Amazon tempat Wonder Woman itu ya, tapi sungai Amazon yang ada Anakkonda Ibukonde dan Bapakkonda itu.
Selesai semua urusan Ibadah dan Makan kami bernagkat lagi, masih dengan kecepatan yang sama, si Nizar bersikukuh untuk tidak digantikan, dia enak udah ada genk motor astut yang sudah sering touring, jadi naik motor Beat berwarna Pink ini tidak ada apa-apanya lah. hari benar-benar mulai menjelang malam, langit merah sewarna darah di belakang kami, membuat kami merasa seperti dikejar oleh raksasa api, mengerikan sekaligus indah pada saat bersamaan.
Tanpa terasa, di perjalanan kami banyak bercerita tentang keresahan kami sebagai sesama penggiat kesenian. si Nizar ini sudah banyak makan asam garam di bidang kesenian, dia bisa bermain banyak alat musik. Akhirnya sampai juga kami di kota juang, seingatku itu sudah pukul 8 malam, di perjalanan tadi aku sempat berniat untuk melangsungkan perjalanan menuju kota Takengon, namun hujan yang tak kunjung reda dan basahnya seluruh pakaianku sedangkan baju yang tadi kuambil dari Laundry sudah aku kirimkan dengan moda transportasi L 300. Hujan yang sangat lebat membuat kemungkinan terjadinya tanah longsor lebih besar, malam hari pula, nanti nggak ada yang lihat kalau ada kejadian apa-apa, akhirnya aku memutuskan untuk ikut si Nizar menginap di rumahnya di Krueng Geukeuh, sebelum sampai di geukeuh aku berniat untuk menyambangi markas Stemian kota Juang, langsung saja aku hubungi bang @bahagia.arbi tapi sayang, beliau berhalangan, lalu aku tanya ke grup KSI Banda Aceh, @fahrijoely menyarankan aku menghubungi bang @albertjester, tapi sebelum menghubungi beliau aku menghubungi kolegaku terlebih dahulu si Said Aulia (lupa nama akunnya sudah), dan dia berhalangan juga, tapi kami tetap mampir ke markas steemit kota juang tempat yang dimiliki sekaligus di kasiri oleh bang Albert jester yaitu BlackStar Coffee. Disana kami duduk berhadap hadapan dengan dedek-dedek gemes yang suka sama tentara, atau lebih tepatnya yang berseragam lah. tapi kami terlalu sibuk berdiskusi, mulai dari musik, pariwisata dan lain lain yang nggak masuk kurikulum.
sampai disini tarik nafas dulu dalam-dalam, ceritanya bersambung.
Terbayang kalau menerima tawaran pulang pasti nasibnya sama Hahahaha
padahal kalau abang ikut kmaren lebih seru lagi. bisa kenalan sama stemian lain haha
Iya juga ya.. Tapi mungkin lain kali kita touring pulkam
oke bang @catataniranda, lain kali hehehe
rice cooker ada dibawa pulang kan?
ada kaka, rice cookernya udah sekali masuk ke dalam tas naik L 300 ...
bagus.. jgn sampe disuruh tidur diluar lg ya..
hahaha, siap salah kaka, nggak diulangi lagi hahaha
Untung saja namaku disebut.
Jika saja tidak, maka akan ku pagari seluruh jalan menuju ke Adee Ie Leubeue itu.
itulah, udah disebut nama pake foto lagi.
wak, aku lupa nama whale yang di takengon itu, apa nama akunnya wak ?
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by mahlizarsafdi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.