Kisah Cut Nyak Dhien
Tribunnews
Makam "Keluarga Gunung Puyuh"", di desa Suka Jaya, Sumedang, menjadi tempat peristirahatan terakhir pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien. Meski berasal dari Aceh, Cut Nyak Dhien meninggal di Sumedang, tempat ia di asingkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Hingga kini, masih banyak warga yang berziarah ke makamnya. Cut Nyak Dhien di asingkan dari Aceh, karena di anggap punya pengaruh kuat pada warga untuk melawan penjajah Belanda. 11 Desember 1906, Cut Nyak Dhien di serahkan pemerintah Belanda kepada bupati Sumedang saat itu, pangeran Suriadmadja. Perempuan yang sering memimpin perang di garis depan ini, kemudian di titipkan pada ulama besar kiyai H. Sanusi. Saat itu identitas asli Cut Nyak Dhien, sengaja di sembunyikan penjajah. Selama Cut Nyak Dhien di Sumedang, aktivitasnya memberikan pengajaran mengaji kepada khususnya ibu-ibu kaum, umumnya kepada warga masyarakat Sumedang, sehingga mendapat gelar "Ibu Prebu", atau ibu ratu. Jadi, makam Cut Nyak Dhien ini dulu di sebutnya bukan makam Cut Nyak Dhien, makam ibu prebu, atau ibu ratu, oleh warga. 2 tahun berada di Sumedang, Cut Nyak Dhien, tutup usia pada 6 November 1908. Keberadaan makamnya baru di ketahui sekitar tahun 1960, setelah penelusuran di lakukan oleh pemerintah Aceh saat itu. Tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan Nasional Indonesia.
Salam Steemian Indonesia 💫
~Keep writing~
Salam Sahabat Inspiratif
Posted from my blog with SteemPress : http://midiagam.epizy.com/2019/08/09/kisah-cut-nyak-dhien/