The Diary Game | Minggu, 12 Juni 2022 | Kajian kehidupan by @misbah95 | Payout 10% for @steem.amal
Laksana sebuah kolam, dengan air yang tertampung didalamnya. air yang sudah keluar (output) harus diisi dengan air yang baru (input) begitupun jiwa kita manusia. Agar hidup tidak monoton dengan aktivitas itu itu saja.
Setelah 5 hari bekerja dikantor, ditambah ke kebun. Sudah seharusnya, setidaknya 1 hari untuk Men Charge kembali pikiran dan jiwa. Hari ini pilihannya adalah ke kota Meulaboh.
Kota penuh kenangan untuk saya pribadi, karena saya pernah menjadi warganya selama 10 tahun. Saat keadaan negeri ini sedang tidak stabil. Namun hari ini saya kesana dalam keadaan negeri yang stabil dan baik secara kasat mata.
Perjalanan ke Kota Meulaboh bersama Abang ipar saya awali sekitar pukul 07.45 pagi. Agendanya sudah jelas diawal paragraf tadi, menginput energi positif kedalam jiwa dan pikiran. Saya berfikir tidak ada salah berbagi kebaikan dengan mengajak abg ipar, toh juga tidak ada kesibukan di hari ini.
Memulai Perjalanan
Perjalanan ke kota ini membutuhkan waktu sekitaran 2 jam dengan kecepatan sedang.
Perjalanan antar kabupaten melewati 5 kecamatan berbeda. Dengan pemandangan rumah dan kebun penduduk di kiri kanan jalan.
Cuaca hari ini cukup bersahabat, matahari cukup cerah namun dengan sedikit awan mendung dilangit. Cukup meneduhkan perjalanan 2 jam kami. Roda kendaraan terus berputar laksana roda kehidupan yang terus berjalan.
Destinasi kami pertama adalah Teunom, ciri khasnya adalah jalanan yang sempit diapit pertokoan dan mesjid megah ditikungan tajamnya. Hal ini tentu terasa berbeda dengan daerah lain di Kabupaten Aceh Jaya yang terbiasa dengan Jalan Raya nan lebarnya
Mesjid Raya Teunom
Tikungan & Jalan sempit di Teunom
Kali ini kami tidak singgah di Teunom, perjalanan kami lanjutkan dan telah hampir 1 jam dan kami tiba di Kayee lhoen, daerah perbatasan kabupaten. Daerah bergambut dengan kebun Kelapa sawit di kiri kanannya. Ada hal satu hal yang kentara disini.
Perbaikan jalan yang seolah tidak ada habisnya, hal ini wajar saja dengan Medan bergambut membuat jalan disini tentu butuh perawatan ekstra. Karena naik turun permukaan jalan membuat jalanan disini rawan kecelakaan. Sehingga pemerintah berinisiatif menimbun dan memadatkan jalan dengan material padat keras. Bisa berupa batu dan paku bumi.
Cetakan paku bumi
Cetakan yang sedang diproses
Dengan tebu berterbangan disana sini, kami pun berlalu. Melewati jalan yang berdebu berarti kami sudah memasuki kabupaten Aceh barat. Dengan destinasi khasnya lokasi belanja buah, Desa pribu namanya. Berbagai buah yang cocok jadi buah tangan tersedia disini.
Jejeran Buah di Pribu
Lokasinya tidak jauh dari sungai Woyla, sungai yang besar dengan debit air yang selalu memenuhi sungai sepanjang tahun. Dan konon ada buayanya. Setelah berbelanja buah, kami melanjutkan kembali perjalanan dengan melewati jembatan rangka baja Woyla yang lumayan panjang.
Jembatan Woyla
Perjalanan masih berlanjut hingga tiba sekitaran pantai Suak Geudeubang. Pantai ini biasanya ramai saat libur panjang dan perayaan dua hari raya. Namun begitu, suasana pantai bisa dinikmati kapan saja tidak harus menunggu libur panjang.
Motor yang kami kendaraan tiba-tiba pelan, rupanya Abang ipar mengijak pedal rem dan merotasi geer nya. Di depan sedang ada perbaikan jembatan. Sepertinya kabupaten ini sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan. Semoga saja berefek positif.
Jembatan yang sedang diperbaiki
Bagi pengguna jalan, di berikan alternatif jembatan darurat sampai jembatan utamanya siap. Jembatan yang berkontruksi batang kelapa itu cukup kuat menahan beban kendaraan yang lewat diatasnya.
Jembatan Darurat yang dilewati
Perjalanan terus berlanjut hingga kota yang kami tuju mulai terlihat. Namun perjalanan yang kami tuju adalah pusat kotanya. Untuk sejenak kami singgah sambil mengisi kembali Bahan bakar kendaraan yang kami tunggangi di Suak Raya.
SPBU Suak Raya
Setelah lelah sedikit berkurang, setelah bersepakat kamipun melanjutkan perjalanan yang sudah hampir tiba ditujuan. Tidak terlalu jauh, akhirnya kami tiba. Jam menunjukkan pukul 09.34
Dengan sambutan hangat, pengkaji dan observernya mempersilahkan kami masuk dan istirahat dengan suguhan kopi dan kue basah pagi yang khas.
Lembaga swadaya masyarakat inilah tempat kami mengkaji sosio-kultural hingga isu nasional-internasional. Didalam pengkajian inilah kami tercerahkan dalam beberapa hal yang kami tidak paham tentangnya.
Keadaan yang seyogyanya baik-baik saja, rupanya tidak seindah penampilannya. Seperti istilah kadang penampilan bisa menipu, namun fitrahnya manusia adalah mudah rusak dan bisa diperbaiki dengan pemahaman yang benar.
Kajian keilmuan
Pengkajian ini terus berjalan dengan santapan ilmu yang menyegarkan pikiran hingga siang dan azan dhuhur berkumandang. Sholat berjamaah di mesjid dan kemudian sedikit bercengkrama dan bersilahturahmi antara sesama pembelajar.
Tak terasa waktu berjalan, siang mulai berganti sore. Saya dan Abang ipar harus segera menyudahi cengkrama kami dengan rekan pembelajar. Dan harus segera undur diri untuk kembali ke desa kami setelah mendapat penyegaran fikiran dan jiwa.
Setelah berpamitan kami pun berlalu menempuh kembali perjalanan 2 jam kami untuk kembali pulang ke rumah masing-masing, melewati dan menyaksikan kondisi yang sama seperti yang kami lalui saat perjalanan pergi dan sekarang perjalanan pulang kami.
Satu hal yang dapat disimpulkan laksana jalanan yang kami lewati sedang dalam perbaikan, maka sudah selayaknya manusia juga memperbaiki kerusakan dan kekurangan dirinya.
Perjalanan yang melelahkan, semoga hari mu menyenangkan kawan
Terimakasih @malek92 juga atas doanya
You've got a free upvote from witness fuli.
Peace & Love!
Thank you
Semoga berkah kegiatannya
Terimakasih Bu @linda06