SEC - S15W3 : Kisah Perjuangku dan Orang Terdekatku

Halo sahabat Steem Entreprenuers yang saya hormati dan yang saya banggakan. Pada kesempatan ini saya akan membagikan sebuah artikel yang bertemakan “Hidup Sebagai Perjuangan Tanpa Akhir” yang di selenggarakan oleh komunitas Steem Entreprenuers.

Dalam memeriahkan kontes ini saya mengajak @andbrand, @sene1982, @kyoto-toda, @realworld23 dan kawan-kawan yang lainuntuk ikut berpartisipasi dalam memeriahkan kontes ini.

Baiklah langsung saja, berikut uraian saya beberapa pertanyaan menyangkut tema kita dalam kontes ini:

Hidup adalah sebuah kesempatan untuk meraih cita-cita. Cita-cita luhur yang tidak hanya untuk dunia tetapi untuk akhirat juga.

Dalam kacamata agama, hidup adalah kesempatan untuk mengumpulkan amal baik sebanyak-banyaknya. Di samping itu kita juga di anjurkan untuk bercita-cita setinggi langit dengan harapan itu bisa menjadi amal kebaikan.

Hidup adalah perjuangan, perjuangan tiada henti sampai ajal menjemput kita. Tidak ada kata menyerah atau putus asa bagi kita yang beriman.

Memperjuangkan sesuatu yang mulia adalah mulia. Pertanyaannya, harapan atau cita-cita yang memiliki derajat paling tinggi itu apa?

Berdasarkan apa yang telah saya pelajari, cita-cita yang memiliki derajat paling tinggi adalah belajar ilmu agama. Memahami dasar-dasar agama dan tata cara yang benar dalam beragama.

Itulah yang sedang saya hadapi dan sedang saya perjuangkan. Saya sudah mendalami dunia pendidikan agama sejak tahun 2015 hingga sekarang. Tantangan terbesarnya adalah konsistensi serta semangat belajar yang sulit. Makanya sampai sekarang saya masih disini untuk menggapai apa yang menjadi cita-cita saya.

Konsistensi dan semangat belajar yang sulit di atasi, saya tutupi dengan terus belajar dan belajar. Saya berharap dengan begini, saya bisa mengurangi kekosongan-kekosongan dari proses belajar saya yang dahulu.

Dengan posisi yang sudah tidak seperti dulu lagi, umur yang sudah mulai lanjut, akan sulit belajar secara efektif. Langkah terakhir yang saya ambil adalah dengan belajar mengajar dengan harapan dari mengajar itu, bisa terpahami apa yang belum saya pahami di waktu dulu.

Mentelaah bahan yang akan di ajarkan, membuat saya memahami secara mendalam. Karena yang kita pahami juga kita paparkan ke murid sehingga pemahaman kita semakin mendalam dan konkrit.

Dalam perjuangan saya ini, tentunya tidak terlepas dari orang-orang terdekat kita yaitu guru dan orang tua. Guru yang memberikan bimbingan serta orang tua yang memberikan dukungan material.

Saya begitu tersentuh disaat saya masuk pesantren berawal dari paksaan orang tua hingga sekarang saya merasakan manfaat yang begitu luar biasa. Satu kata yang sampai hari ini masih membenak di hati saya yaitu “ka jak beut beusunggoh, bek ka wet wet, masalah peng hansep kapeugah”. Dan hari ini paksaan itu merupakan didikan terapuh yang saya rasakan. Terima kasih ayah.

Kalau kita analogikan, guru adalah ayah/ibu rohani kita, sedangkan orang tua adalah ayah/ibu jasmani kita yang kedua-duanya tidak bisa di pisahkan.

Ada satu wasiat dari guru saya, bahwa dalam menjaga semangat dan motivasi belajar adalah dengan kita mengamalkan apa yang sudah kita pelajari. Dalam artian kita harus taat, tidak boleh maksiat, karena maksiat dapat membuat ilmu sulit kita pahami dan membuat kita malas.

Alasannya, karena ilmu agama adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan di berikan kepada orang-orang yang maksiat. Bahkan apa yang sudah kita pelajari kalau tidak kita amalkan, ilmu tersebut akan sia-sia.

Inilah sedikit uraian yang dapat saya bagikan, mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalam