Assalamualaikum...

_{Edited by Canva}

Rutinitas kembali seperti biasa. Hanya saja kali ini terasa ada sedikit yang berbeda. Perasaan saya kondisi badan sedang tidak bersahabat. Seperti sudah saatnya badan di bawa istirahat. Karena itu, sejak menuntaskan rutinas, saya ingin segera pulang untuk menyamankan badan.

Saat saya lewat di jalan biasa, jalur rutin yang saya lewati untuk mengantar dan menjemput anak sekolah, saya melihat ada potongan senjata tergeletak di jalan. Tentu saja ini potongan senjata mainan.

---

Ketika saya melintas pada pagi hari, posisinya ada di badan jalan. Belum ada yang pindahkan. Baru kemudian saat saya menjemput anak-anak pulang, saya lihat sudah di semak-semak pinggir jalan. Lalu, saya ambil fotonya lagi.

Sampai di sini, anak-anak penasaran besar. Kenapa senjata rusak di foto. Ada belasan pertanyaan di kepala keduanya. Biasanya, setiap mengambil foto mereka tidak pernah tanya lagi. Sebab sudah paham mau dibawa kemana. Tapi, kali ini mereka benar-benar penasaran.

Lalu saya pun menjelaskan, tentang pada suatu hari di masa lalu ada pemotongan senjata milik pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Untuk menghindari banyak pertanyaan lain, sebab belum saatnya mereka tahu, akhirnya jawabannya saya sleeding.

Akhirnya, saya pun bersyukur. Sebab mereka paham. Meski kemudian, muncul pertanyaan lain, sekarang Hasan Tiro itu dimana? Memang, selama ini, mereka sangat akrab dengan kata-kata Turki. Apalagi, saya sengaja susupi sejarah masa lalu dengan pelan-pelan kepada mereka.

Perjalanan sejarah itu tak semuanya saya buka. Seperti perjalanan kehidupan sehari-hari saya. Terkadang masuk pada angka cantik. Lihat saja spedometer sepeda motor. Saat angkanya cantik kita foto. Lalu pada saat susunan angkanya amburadul, kita malah tak peduli.

Saya melihat begitulah hidup kita. Ada kalanya baik dan buruk, tapi harus kita jalani dengan sabar. Tapi jangan lupa juga bersyukur dengan segala yang sudah kita peroleh. Karena kita kita bisa mensyukuri apa yang kita peroleh, niscaya nikmat itu akan bertambah. Begitu janji sang pencipta, Allah SWT.

Menikmati kehidupan tanpa bersyukur, tentu saja kita takabur. Takabur itu tentu bukan pakaian kita sebagai manusia. Hanya Allah lah yang layak takabur. Sedangkan kita juga makhluk yang tak layak untuk angkuh. Makanya selalulah merendahkan diri.

Bersyujud di hadapan sang Khalik, menjadi bukti persembahan diri. Kita manusia tak ada seukuran butir debu di matanya. Makanya tak perlu sombong dan menyombongkan diri. Tak terasa perjalanan waktu yang terlalu singkat membuat sudah berada diambang senja.

Akhirnya, kita harus menyadari perjalanan waktu tak bisa dihindari. Tapi kita harus menjalani dengan hal-hal yang bermanfaat. Agar perjalanan hidup kita tak sia-sia. Saya pun seperti berada di lorong waktu. Sepertinya ada dimensi lain yang sedang saya jalani.

Rutinas pagi sampai siang memang monoton. Mengantar dan menjemput anak pulang sekolah. Pada hari-hari tertentu mengantar mengaji dan les privat. Di sela-sela itu berkerja secara online dan bercengkrama dengan beberapa kolega serta ada kegiatan lain di luar agenda.

Hal-hal seperti itu rutin saya lalu, hingga terkadang tak terasa kalau malam sudah turun. Terima kasih sudah membaca postingan saya.

*****

10 % payout to @steem.amal

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

*****

Achievement-1

Salam @Munaa

_28/4/2024