Assalamualaikum...

_{Edited by Canva}

AHAD ini rencananya ingin memperbaiki sepeda Ghazi. Tapi, saya sudah punya janji dengan Dedek. Saya janji jam sebelas siang akan ke tempat mereka bikin acara. Dedek, seorang pengusaha wanita yang terlibat di bisnis kesehatan. Tapi kali ini tidak bisa soal hal tersebut. Sehari sebelumnya saya sudah ke kantornya. Masih ada waktu untuk sebelum jam 11. Saya membereskan tanaman-tanaman rumahan. Sebelum ke sana.

Sebelum pukul 12 siang, saya langsung menuju ke lokasi pertemuan. Dedek dan kawan-kawan sudah bersiap-siap di sana. Berdasarkan shareloc yang diberikan Dedek, acara ada di Le Rasa Cafe, Ateuk Munjeng, Baiturrahman Banda Aceh. Tanpa melihat aplikasi, saya langsung tiba di lokasi.

Di sana sudah ada Kak Yuni dan Kak Murni serta Dedek. Kak Yuni ini pemilik villa di Barbate Hill Park. Saya sudah beberapa kali ke sana. Dan juga membuat postingannya di platform Steemit. Lokasinya sayang menarik. Saya jatuh hati pada view dan lokasinya. Namun apa daya, selera boleh ada, tapi dana tak berkutik.

Ini untuk pertama kali ke cafe ini. Namanya Le Rasa. Sesuai namanya, banyak Rasa. Di sini saya memang menemukan rasa nyaman. Bangunan utama cafe ini adalah rumah panggung. Rumah khas Aceh. Rumah adat. Di bawahnya, belasan meja dan kursi berjejeran. Bukan untuk menerima tamu. Ini khusus untuk pengunjung yang ingin menikmati suasana adem dan asri. Sambil pesan beragam makan dan minuman

Kak Yuni bersama produk kerajinan tangannya di bawal label Dibea Hand's

Sejak awal, saya tidak dikabari tujuan utama apa. Sampai di sini saya baru paham. Rupanya ada pameran mini dan juga workshop kecil-kecilan ala kaum ibu. Tapi bukan arisan. Di sini mereka belajar bikin rajutan. Kerajinan tangan. Istilah kerennya craft. Lima ibu-ibu ini sedang membuat pinchusion, tempat bantalan jarum pentul. Kak Yuni mentornya. Bikin craft beragam bentuk sudah lama menjadi hobinya. Kini, lambat laun mulai menjadi bisnis rumahan.

Yuni pun tak ragu berbagi ilmu. Dia dengan ringan tangan mengajari ibu-ibu rumah tangga yang berminat. Salah satunya hari ini, Yuni bersama dua rekannya yakni Kak Mala dan Kak Etty hadir di sini. Selain mengajari yang berminat, Kak Yuni yang punya produk dengan label Dibea Hand's, Mayla's Handmade dan Pupung Craf menggelar pameren mini.

Rencananya, acara tersebut sampai sore. Mereka pameran mini di sini bekerja sama dengan Le Rasa Cafe. Ternyata selepas Ashar akan ada acara arisan yang dihadiri ratusan orang di sini. Makanya, mereka pakai itu untuk promosi. Selain di sini, di tempat lain mereka juga acap tampil. Kendalanya, sewa lapak cukup mahal. Perhatian pemerintah untuk membantu promosi juga minim.

Tekad ketiganya, selain bisnis rumahan, Yuni, Mala dan Etty ingin generasi muda mencintai produk lokal. Selama ini, para milenial lebih mencari barang bermerek. Lalu ingin yang instat. Kalau bikin rajutan bikin habis waktu. Padahal, ada banyak pelajaran saat bikin rajutan. Ini untuk melatih kesabaran dan ketelitian. Ketiganya punya komitmen yang sama. Ingin mengajak generasi muda punya karya alias produk.

---

Pukul tiga siang saya selesaikan urusan di sini. Menampung keluh kesah para pengrajin yang ingin berkreasi tanpi ruang promosi terbatas. Cerita ini rencananya akan menjadi bahan tulisan saya di media. Di sini untuk sekadat bahan postingan harian kegiatan saya. Pukul 16.35 Wib, saya melanjutkan kegiatan.

Berkunjung ke Pesantren. Menjenguk anak sulung yang sedang mondok di sana. Empat puluh menit kemudian, saya pamit duluan. Karena ada rencana bertemu rekan di Solong Jepang. Seperti biasa, sambil kerja dan mengupdate beberapa laporan. Dini saya bertahan hingga waktu shalat Isya. Lalu pulang. Terima kasih sudah membaca postingan saya.

*****

10 % payout to @steem.amal

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

*****

Achievement-1

Salam @Munaa

_28/10/2024