The Diary Game, 7 Juli 2024 | Akhir Pekan Penuh Cucuran Keringat
Edited by Canva
MENATAP akhir pekan, segala ada banyak kegiatan. Bisa berkebun, berwisata dengan keluarga atau bahkan menghadiri kenduri dan pesta. Pada hari ini saya menghabiskan waktu dan urusan di kebun kecil samping rumah mungil kami. Mengasyikkan dengan cucuran keringat. Bikin badan segar.
Seperti biasa di postingan-postingan saya sebelumnya di "edisi" akhir pekan, selalu bertemukan "olah kebun". Ada banyak yang bisa dilakukan untuk menghilangkan penat. Biar setelah itu tumbuh semangat. Begitulah yang terjadi sepanjang Ahad pagi.
Karena Ahad ini adalah hari libur nasional yang bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram. Tentu saja tak ada yang bisa saya baca seperti biasa. Rutinitas pagi di warung kopi saat menyesap secangkir teh panas. Karena itu saya memilih berdiam di rumah saja.
Mengolah kembali media tanam di dalam galon bekas
Berdiam di rumah bukan berarti tanpa aktivitas. Sudah pasti ada seabreg kegiatan jika sanggup dilakukan. Tapi, karena untuk mencari keringat, saya lakukan yang paling mangat (enak) saja. Semua dilakukan seusai shalat Zuhur. Termasuk mengurus tiga ekor ayam.
Karena banyak daun yang sudah sangat mengganggu pandangan, akhirnya saya bakar. Ini pilihan terakhir. Sebab, pada dasarnya saya enggan membakar sampah. Namun, sejak serangan nyamuk tak kunjung reda, karena saya menumpuk sampah kering untuk kompos. Makanya, untuk sementara saya bakar dulu.
Sedangkan karung untuk kompos masih terbatas. Belum tuntas dikerjakan, hujan turun. Sebelumnya angin kencang cukup mengagetkan. Beruntung, tak ada pohon yang tinggi menjulang di sekitaran pemukiman kami. Kalau tidak, dengan angin sekencang itu, bisa saja pohonnya tumbang.
Pepaya mulai membesar. Semoga bisa segera panen
Usai hujan reda, saya lanjut lagi kegiatan bersih-bersih pepohonan. Termasuk pohon pepaya yang buahnya sedang menuju besar. Pepaya jenis california itu cukup manis. Batang yang tumbuh sekarang ini boleh dibilang anakan yang tumbuh lagi setelah induknya saya potong.
Trueng cawieng alias terong hutan, menjadi sayuran
Di lahan sempit ini, ada juga tumbuh terong hutan atau trueng cawieng. Dua batang terong ini tumbuh sendiri. Tidak saya tanami. Karena dia tumbuhan sayur-sayuran, makanya tidak saya babat. Dan, selalu saya biarkan saja biar tumbuh besar. Lalu buahnya dipanen untuk sayuran.
Sayangnya, karena dia tumbuh langsung di tanah, saya tidak memberi pupuk seperti biasa. Apalagi dia tumbuh di tanah yang tergolong cukup nutrisinya. Sebab, sebelumnya ada kotoran kandang yang saya tumpuk. Kita hanya tinggal sisanya saja. Makanya, dia tumbuh di situ.
Daun kemangi juga tumbuh segar
Di sudut yang lain, daun kemangi tumbuh rimbun. Sayangya, meski saya pupuk rutin, namun saya lupa memberi dia nutrisi untuk menghindari agar daun tak keriting. Seharusnya disemprot untuk menghindari daun keriting atau didatangi jamur putih yang membuat pohon mati.
Saya berharap, dengan melihat daun yang sudah mulai "keriput" bisa menemukan olahan yang baik untuk mengobatinya. Misalnya dengan memberi pupuk organik cair alias POC. Bisa dikocor bisa pula diseprai ke daunnya. Semoga bisa segera di eksekusi.
Kunyit mulai tumbuh remaja
Alhamdulillah, kunyit-kunyit ini mulai tumbuh baik. Hanya saja, karena debit hujan tipis, butuh tenaga ekstra untuk merawatnya. Sebab tanahnya langsung kering kerontang bila seharian tak disiram. Di samping kunyit ini, ada juga jahe dua polibag.
Saya berharap, bisa segera panen dan menanam lagi dalam banyak polibag. Semoga saja. Apalagi, saat ini masih menunggu kiriman planterbag dari toko online. Jika sudah tiba, tentu akan menarik melihat tanaman sayur-sayuran tumbuh.
Termasuk, biji cabai, tomat dan timun yang sedang saya semai. Semua ini memang melelahkan. Padahal itu bikin hati senang gembira. Setelah azan Ashar saya baru berhenti. Lalu menunaikan ibadah.
Baru pukul lima sore saya keluar mencari angin. Kalau kata orang sebelum kena secangkir kopi, semuanya belum berarti. Entah ada hubungan atau tidak, namun yang pasti, saya benar-benar keluar mencari itu. Kalau orang lain kopi, maka saya memilih teh segar. Saya pun ke Bodin Kopi.
Saya saya datang tidak banyak pengunjung. Setelah setengah jam saya duduk, tiba-tiba datang @ abuarkan
. Beliau pun segera bergabung. Kebetulan, karena kesibukan, sehingga vakum sejenak di platform ini. Pukul 18.27 Wib, melintas DR Mukhlisuddin Ilyas yang sedang jogging sore.
Direktur Bandarpublising, penerbit buku kawakan di Banda Aceh ini dipanggil Adi Warsidi untuk mampir. Kami pun terlibat dalam banyak hal. Penuh canda dan bikin enjoy aja. Baru belasan menit duduk ngeteh, suara bilal mengaji dari masjid terdekat terdengar. Lalu kami pun berpisah. Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
8/7/2024
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Click Here