Hoax 3: Informasi Palsu Tempo Doeloe
Dalam kultur masyarakat Indonesia, informasi palsu pun diproduksi. Bedanya, hoax itu bukan dimaksudkan untuk menyerang orang atau pihak lain, tapi memuati pesan-pesan kehidupan. Cuma disampaikan dengan cara yang lazim dan terkadang nyaris tak masuk akal. Namun, dalam masyarakat tradisional “pesan” itu begitu dipatuhi sehingga menjadi mitos.
Di Aceh, misalnya, ada semacam tabu seorang anak duduk di tangga atau bawah tangga, nanti bisa "meuraphuek" (semacam luka pada bagian tubuh tertentu). Umumnya, dulu tempat tinggal orang Aceh berbentuk rumah panggung dengan sejumlah anak tangga yang terbuat dari kayu atau bambu. Ternyata itu adalah pesan agar ketika anggota keluarga perempuan naik-turun tangga tidak risih karena ada melihat bagian dalam roknya.
Ada pula larangan duduk depan pintu karena bisa membuat sang ayah seret rezeki. Jika perempuan yang duduk di depan pintu akan sulit jodoh. Padahal maksudnya duduk di depan pintu bisa menghalangi orang lewat atau jika malam bisa masuk angin. Memang, rawan perdebatan apakah informasi “bohong” itu termasuk hoaks. Selama ini hoaks dipahami sebagai informasi bohong yang menyesatkan atau menyerang orang lain.
Padahal, jika merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa hoaks adalah “berita bohong”, pesan itu pun bisa hoaks. Sebab, informasi tentang sesuatu bukan kebenaran, lepas dari pesan terselubung yang ingin disampaikan. Yang pasti, di banyak kultur “informasi bohong” seperti itu menjadi kearifan lokal. Tersebab telah menjadi mitos, maka masyarakat tradisional kita percaya jika itu dilanggar “ancaman” palsu benar-benar terjadi.
Jika larangan duduk di depan pintu dilanggar maka dipercaya orang tersebut akan terkena tulah (karma) seperti disebutkan dalam “informasi palsu” itu. Sebagaimana undang-undang, ancaman itu dianggap benar-benar nyata karena begitu kuatnya informasi palsu itu mengakar dalam pikiran masyarakat. Sekilas, memang tidak ada yang dirugikan, tidak ada yang resah karenanya, namun informasi itu sangat menyesatkan, bahkan cenderung membodoh-bodohi.
Proses memitoskan pohon beringin, makam keramat, juga demikian. Informasi palsu tentang benda-benda atau lokasi itu direproduksi terus-menerus sehingga dipercaya bahwa seperti itulah kenyataannya. Padahal itu hanya isapan jempol belaka.
BERSAMBUNG
MUSTAFA ISMAIL | MUSISMAIL.COM | IG: MOESISMAIL | MUSISMAIL