(Bilingual) How to grow entrepreneurial talent in students?

in #economics7 years ago (edited)

Hello steemians, how are you guys these days. I hope you are always in good health. On this occasion I will write related "How to grow entrepreneurship talent on students". I hope that this article will benefit all readers of my blog and me personally.

Sociologist David McClelland argues that to be a developed country as a country must have as many entrepreneurs as 2% of the total population. Creating an entrepreneur is not an easy matter, especially when the mindset of becoming an employee is more prosperous than being an entrepreneur who has to cope with several stages of failure.

This is what causes many people who do not like to be entrepreneurs or entrepreneurs. But to create a generation of entrepreneurs must start early. Perhaps this is part of the duties of teachers and parents. Teachers should be able to motivate learners to love the world of entrepreneurs.

What does Master have to do to foster a sense of student love to the world of entrepreneurs?

We have to admit that school has been trying to be born a young entrepreneur with a lot of creativity. School has tried to apply various teaching materials related to this matter. Even many schools that have adopted this pattern do not apply only in the context of theory alone. But some schools have tried to apply in real practice. But it can not be said exactly yet.

We can see, some schools sometimes to foster entrepreneurship spirit in their students often held events such as bazaars and such or also called cheap market within the school area. But the event is not directly a student market but the parent student transaction market.

Students only become viewers who witness the marketing and sales process performed by their parents. Though it is a momentum to introduce the concept of entrepreneur. There becomes a place where every student is required to sell a certain amount of goods and how to get everyone to buy it.

Schools need to apply market methods in student-centered areas as market participants. Theories and practices are certainly inseparable. This means that students are not only given just an understanding of how the entrepreneur. But also centered on how to be the perpetrator of the entrepreneur itself.

Entrepreneurship education can be integrated in all subjects, local content, extracurricular activities, self-development, school culture or the rules that schools create. [source]

In addition, in entrepreneurship, of course, one needs to know the total speculation of profit and loss, how to raise the product, convince the customer, arrange the merchandise to attract the eye sight, and make the calculation of in and out of goods.

Therefore students in addition to introducing the entrepreneur spirit to them. It is expected that schools are also able to establish to master things related to marketing and entrepreneur itself. Like math, to calculate profit-loss, communication skills to promote goods and services. And so forth.

In addition to the above mentioned, to foster the entrepreneur spirit of Alda students, schools need to consistently oversee and properly manage the cooperative Yanga and within the scope of the school. Began to design how the cooperative began, structure, profit-loss and so forth. Also the school is required to be sensitive in teaching students how to get the product, whether through handicrafts or borrowing from friends, or a teacher who provides capital to students to get products to sell.

Student independence needs to be taught from an early age. In order not to get caught up with the imitate of state officials who are prosperous. Though the reality, this country is held by the hands of entrepreneurs. The economy revolves around how capital owners manage it. So it is not true, when one mentions that public servants are more prosperous than entrepreneurs. I dare say it is wrong.

The state will not prosper if more civil servants thereof Entrepreneurs. In the future we hope, the school can give birth to a generation who loves entrepreneurs instead of loving the salary of the government. []


Conclusion


To cultivate entrepreneurial talent in students, the school is required to teach students not only limited to theory alone. But the school is required to teach students with the theory as well as practice How to become the entrepreneur. This can be done by organizing various school entrepreneurial programs, such as reviving cooperative facilities and school activities units, holding weekly bazaars, school savings and the like. []


Reference article:

[budiwiyono.com]
[gurukreatif.wordpress.com]


Language


Halo steemians, bagaimana kabar kalian hari ini. Saya berharap kalian selalu dalam keadaan sehat. Pada kesempatan ini saya akan menuliskan terkait " Bagaimana menumbuhkan bakat berwirausaha pada siswa". Saya berharap, Semoga artikel ini memberikan manfaat bagi seluruh pembaca blog dan saya secara personal.

Sosiolog David McClelland berpendapat bahwa untuk menjadi negara maju sebagai negara tersebut harus memiliki entrepreneur sebanyak 2% dari total jumlah penduduk. Menciptakan entrepreneur bukanlah perkara mudah, apalagi ketika pola pikir menjadi karyawan lebih makmur daripada menjadi entrepreneur yang harus mengahadapi beberapa tahap kegagalan.

Hal ini yang menyebabkan banyak orang yang tidak gemar menjadi pengusaha atau entrepreneur. Namun untuk menciptakan generasi entrepreneur harus dimulai sejak dini. Barangkali ini adalah menjadi bagian dari tugas guru dan orang tua. Guru harus mampu memotivasi peserta didik agar mencintai dunia entrepreneur.

Apa yang harus dilakukan Guru untuk menumbuhkan rasa cinta siswa kepada dunia entrepreneur?

Kita harus mengakui bahwa sekolah telah banyak mengupayakan terlahir ya entrepreneur muda dengan segudang kreatifitas. Sekolah telah mencoba menerapkan berbagai materi ajar terkait hal ini. Bahkan banyak sekolah yang telah menerapkan pola semacam ini tidak hanya berlaku dalam konteks teori semata. Namun beberapa sekolah telah mencoba menerapkan dalam praktek riil. Tapi dapat dikatakan belum sepenuhnya tepat.

Kita dapat melihat, beberapa sekolah terkadang untuk menumbuhkan semangat berwirausaha pada siswa mereka tak jarang menggelar acara berupa bazar dan semacamnya atau juga disebut pasar murah didalam areal sekolah. Namun acara tersebut tidak langsung menjadi pasar siswa akan tetapi pasar transaksi orang tua siswa.

Siswa hanya menjadi penonton yang menyaksikan proses pemasaran dan penjualan yang dilakukan oleh orang tua mereka. Padahal itu adalah sebuah momentum memperkenalkan konsep entrepreneur. Disitu menjadi sebuah tempat dimana setiap siswa dituntut untuk menjual sejumlah barang dan bagaimana membuat setiap orang agar membelinya.

Sekolah perlu menerapkan metode pasar didalam areal yang terpusat pada siswa sebagai pelaku pasar. Teori dan praktek tentu tidak dapat dipisahkan. Artinya siswa tidak hanya diberikan hanya sekedar pemahaman bagaimana entrepreneur tersebut. Namun juga dipusatkan bagaimana menjadi pelaku entrepreneur itu sendiri.

Pendidikan kewirausahaan bisa terintegrasi dalam semua mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah atau aturan-aturan yang buat oleh sekolah. [sumber]

Selain itu, dalam berwirausaha tentu seseorang membutuhkan mengetahui total spekulasi laba dan rugi, bagaimana membesarkan produk, menyakinkan pelanggan, mengatur barang dagangan agar menarik dilihat mata, dan membuat perhitungan keluar masuk barang.

Oleh sebab itu siswa selain memperkenalkan jiwa entrepreneur pada mereka. Diharapkan sekolah juga mampu mendirikan untuk menguasai hal-hal yang terkait dengan pemasaran dan entrepreneur itu sendiri. Seperti matematika, untuk menghitung laba-rugi, keterampilan komunikasi untuk mempromosikan barang dan jasa. Dan lain sebagainya.

Selain yang disebutkan diatas, untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur Alda siswa, sekolah perlu konsisten mengawal dan mengelola secara benar koperasi Yanga dan dalam lingkup sekolah. Mulai merancang bagaimana koperasi itu bermula, struktur, laba-rugi dan sebagainya. Juga sekolah dituntut untuk terus peka dalam mengajari siswa bagaimana mendapatkan produk, apakah melalu kerajinan tangan atau meminjam dari teman, atau seorang guru yang memberikan modal kepada siswa untuk mendapatkan produk untuk dijual.

Kemandirian siswa perlu diajarkan sejak dini. Agar tidak terjebak dengan imingan pegawai negri yang katanya makmur. Padahal realitasnya, negara ini dipegang oleh tangan pengusaha. Ekonomi berputar bagaimana pemilik modal mengaturnya. Jadi tidak benar, ketika ada yang menyebutkan bahwa pegawai negeri lebih makmur dari pengusaha. Saya berani mengatakan itu salah.

Negara tidak akan makmur jika lebih banyak pegawai negeri daripadanya Pengusaha. Kedepan kita berharap, sekolah dapat melahirkan generasi yang mencintai entrepreneur bukan mencintai gaji dari pemerintah. []


Kesimpulan


Untuk mnumbuhkan bakat berwirausaha pada siswa, sekolah dituntut mengajari siswa tidak hanya sebatas teori semata. Namun sekolah dituntut untuk mengajari siswa dengan teori sekaligus praktek Bagaimana menjadi entrepreneur itu. Itu dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai program wirausaha sekolah, seperti menghidupkan kembali sarana koperasi dan unit kegiatan sekolah, mengadakan Bazaar mingguan, tabungan sekolah dan semacamnya. []


Reference article:

[budiwiyono.com]
[gurukreatif.wordpress.com]

Sort:  

betul mas, saya setuju bahwa kemandirian dibina sejak mulai kecil...siip

Heheh. Iya mas @happyphoenix terimakasih telah membaca tulisan ini. Kita perlu melatih mainset entrepreneur sejak mereka kecil. Agar tidak menjadi pengharap iba dari negara.