Kita hidup di bawah langit yang sama dengan sinar matahari yang sama

in #indonesia6 years ago

TADI sore mendung lagi. Ini malam minggu, malam minggu memang banyak orang basah, terutama pria lajang akut. Orang basah adalah sebuah metafora dalam bahasa Aceh dari ureung bulut yang secara harfiah artianya adalah orang basah. Namun arti sesunggunya adalah orang yang melakukan sesuatu diluar kewajaran; sinting atau kurang waras. Aku termasuk orang basah, namun basah yang baik dan sopan. Dikatakan basah karena terkena air jatuh dari langit. Kering, tandus, kerontang, begitu dapat berkah dari langit, yang mati menjadi hidup, yang gersang menjadi menjadi hijau. Semestinya sih begitu, tapi aku malah merasakan kering di dalam basah(hujan). Mungkin saja langitku sudah tidak bersih lagi, sudah tercermar dipenuhi oleh udara kotor, polusi racun. Ini bukan langit yang kumaksdud yang biru itu yang bentuknya seperti kubah masjid yang berada di luar batok kepala kita. Langitku dipenuhi model iklan bintang sabun mandi, eskrim magnum, pembalut wanita dan banyak hal lainnya yang jika aku uraikan dengan rinci akan membuat paragraf ini semakon kotor dan panjang; kotor yang berkepanjangan. Katanya langit itu berlapis-lapis dan tidak mungkin Tuhan ada di langit, apa lagi langitku kotor. Semacam orang wahabi yang mengotori langit mereka sendiri dengan meletakkan Tuhan imajinasi mereka di langit mereka yang sudah tercemar melayani setan kapitalis semasa perang dingin untuk melawan Sovyet yang semata-mata demi minyak, pada masa perang dingin inilah ideologi wahabi telah mencemari banyak langit dan udara di berbagai penjuru dunia dengan label pemurnian islam(islam versi mereka tentunya).

INDONESIA itu tanah amat subur, luas dan indah, tidak tandus. Artinya bibit apa saja bisaa tumbuh subur di sini. Di dalam biji ada pohon, pada pohon terdepat buah dan di dalam buah ada biji. Walau ada juga sih pohon yang tidak berbuah.

SEJARAH diambil dari bahasa Arab, yakni sajarah, yang artinya adalah pohon.

"TIDAHKAH kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.(Surah Ibramim ayat 24-25)

BEDA pohon tentu beda buah serta rasanya. Nikmati saja buah dari setiap pohon yang panen di setiap musim yang berbeda-beda. Ada pohon kurma, pohon natal, pohon anggur, pohon bodhi, pohon komunis, pohon kapitalis hingga pohon cangkok. Ada buah ya pasti ada pohon, walau ada pohon yang tidak berbuah. Kalau pun ada buah yang tidak memiliki pohon. Di sini(Indonesia), bahkan pohon impor yang paling ekstrim sekalipun bisa tumbuh subur.

AKU sering memikirkan tentang pohon kehidupan; pohon kejadian; pohon kalpataru. Berbicara pohon artinya, kita berbicara tentang cara menanamnya, petani. Aku ingin menanam pohon di musim kering, namun tanahnya keras, aku ingin menanam pohon di musim hujan, tetapi tanahnya terlalu becek. Tidaklah pohon ditanam melainkan demi buah. Sementara bibit ini sudah sangat matang, mereka sekan berbisik minta dimasukkan ke dalam lubang untuk menambal kemalangan hidup serta membersihkan langit yang sudah tercemar. Beberapa film yang aku nonton via windows media classic atau gom player juga amat provokatif, berdampak pada alam bawah sadar dan berakhir sia-sia dalam mimpi basah di musim kering. Dalam kalender islam, saat ini adalah bulan syawal. Bulan syawal adalan bulan yang baik untuk melakukan tugas mulia bercocok tanam. Di harian lokal Serambi Indonesia, pada kolom opini, beberapa penulis opini membahas tentang tugas mulia ini.

DEMIKIANLAH cola-cala mengenai langi pada sore yang mendung ini, tidak usah mempercayai apa yang telah kutuliskan ini, sebab langitku kotor. Ingat di atas langit masih ada langit. Dan di dalam rawa-rawa yang belumpur becek yang ditumbuhi kangkung-kangkung keriting, terdapat belut kering. Dan jika kita hidup di bawah langit yang sama dengan sinar matahari yang sama, itu artinya kita pernah sama-sama basah dan kering.