Betterlife | Tanah untuk Kehidupan

in Indonesia4 years ago
Assalamu'alaikum semua steemian... Hari ini aku ke kebun nenas lagi, dan begini ceritanya...

TANAH UNTUK KEHIDUPAN

  Hari ini aku bahagia karena aku bisa berkunjung ke kebun nenas milik seorang kenalan. Hamparan kebun nenas miliknya hampir mencapai dua hektar. Selama hidupku, aku belum pernah melihat kebun nenas seluas ini. Datang kesini, buah nenas dijamin gratis untuk dimakan dan boleh juga dibawa pulang sekedar satu atau dua buah saja. Jika ingin membawa banyak, tentu saja anda harus membayar. Tentang harga boleh dibicarakan sebelum buah nenas dipetik dari pohonnya.

  Kebun milik Abah Adoh itu letaknya di Desa Sukajaya, Kampung Maduhur, Kecamatan Taman Sari, Bogor. Lahan ini, kata Abah, adalah tanah garapan yang sebelumnya dikuasai boleh perusahaan perkebunan. Namun, sekarang ini tanah yang letaknya di kaki Gunung Salak sudah dikuasai olehnya untuk menyambung hidup. Menurutnya, tanah adalah sesuatu yang harus dipertahankan agar kita tidak menjadi budak di tanah sendiri.

  Hakikinya, aku sudah mengenal Abah sekitar awal tahun lalu. Aku berkunjung ke rumahnya dibawa oleh istri yang berteman dengan anaknya Si Abah. Aku duduk dan bercerita dengan beliau dari sore hingga jelang pagi. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia masih cukup semangat bercerita tentang gerakan rakyat yang dinilai penting dalam setiap kehidupan sosial masyarakat. Jika tidak demikian, akan jadi apa rakyat yang notabenenya adalah fondasi sebuah negara.

  Oya, kisah Abah lagi, di tahun 80-an, ia dan ribuan masyarakat kampungnya dan kampung tetangga pernah melakukan gerakan rakyat untuk menguasai tanah perusahaan. Dan gerakan digagas pun mampu mencapai apa yang diharapkan. Hingga, setiap kepala keluarga (KK) mendapat jatah tanah untuk digarap demi keberlangsungan hidup. Namun, pada akhirnya, setiap jatah tanah yang didapat di jual ke para cukong. Disini Abah merasa kecewa, itu nampak dari raut wajahnya saat bercerita.

"HANYA ABAH SAJA YANG TIDAK PERNAH MENJUAL TANAHNYA, PADAHAL IA PERNAH DIANCAM DAN DIDATANGI OLEH TNI. BAHKAN IA PERNAH DISODORKAN UANG SEBANYAK DUA KOPER UNTUK MELEPASKAN TANAH GARAPANNYA."





  Sementara ini Abah hidup dengan mengandalkan tanah itu, bahkan ia sudah 30 tahun menggantungkan hidup dari hasil kebun miliknya. Tidak hanya nenas, di dalam kebun ada banyak pohon kopi, sedikit pohon pisang, singkong dan beberapa batang durian serta alpukat. Aku sudah jatuh hati pada lokasi ini sejak pertama kali aku dibawa kemari. Dan ini kunjungan bukanlah pertamakalinya bagiku. Aku sungguh-sungguh betah disana, sangat sering aku duduk di bawah pohon alpukat hingga sore hari.

  Sama seperti hari ini juga, aku sudah sejak siang tadi berkeliling kebun dengan tujuan belajar bertani. Hari ini aku tak ditemani siapapun, aku datang sendiri, tapi sesampainya di kebun aku bertemu penjaga kebun. Ia juga ku panggil Abah, karena memang usianya juga sudah tua. Tak lama kami berbincang tentang cara bercocok tanam yang baik, kulihat puncak Salak sudah di tutupi mendung. Pertanda tak lama lagi bumi sekitar Bogor akan diguyur hujan. Ya memang, sejak aku sekolah dasar Bogor sudah dijuluk Kota Hujan.



Hingga waktu ini, aku selalu teringat kata-kata Si Abah Adoh, bahwa tanah adalah alat agar rakyat terus merasa merdeka di tanah sendiri. Sebisa mungkin, pertahankan tanah dari siapapun yang datang dan hendak merebutnya. Karena, sejatinya rakyat bukanlah budak di tanah lahirnya sendiri.

Kami pun memilih berteduh di saung kecil milik Abah yang juga dibangun di tengah kebun. Aku belum pulang, aku masih ingin menikmati hujan sore itu hingga ia reda.


@pieasant_walking while studying

Sort:  

Keren si Abah, penuh tekad untuk berdikari.. 👍

Ya...Abah memang contoh yg baik buat kita2...

Sepetak tanah untuk harapan.
Sepenggal cerita kaya akan potongan kehidupan.

Begitulah ceritanya...

Salahsatu potret kehidupan abah dalam cerira, semestinya banyak abah-abah lain yang mengikuti jejaknya, termasuk kita yang akan menjadi abah dikemudian hari

brat meuaceh nyan abah,

Nyan keuh...mantap that Abah...lon tinggai bak gop nyan siat nyoe