Mereka Para Pemuda Penjaga Tradisi

in #esteem6 years ago

Di tempat kami berkreativitas, banyak alat musik yang sudah dimainkan oleh pemainnya. Dan hampir semua akrab dengan telingaku. Kecuali alat musik yang dibawa sekelompok anak muda dari Aceh Barat Daya pada 9 Agustus 2018 lalu. Mereka datang menenteng rapai, alat musik tabuh yang menjadi identitas sekaligus kebanggaan bagi rakyat Aceh.

Ini kali pertama gerombolan muda itu datang ke kediaman kami, maka menjadi kali pertama pula kami melihatnya. Hingga lahirlah kesan kalau mereka sangat energik dan penuh semangat. Maka pantaslah tangan mereka memegang dan menabuh alat musik yang konon suaranya mirip dengan genderang perang.

Oya, hampir aku lupa. Sebenarnya kedatangan mereka ke kediaman kami di Bivak Emperom bukanlah untuk penampilan, mereka datang dan latihan untuk persiapan mengikuti Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 7 yang hari ini akan berakhir. Berkebetulan seorang seniornya adalah teman dekat dari komunitas Kanot Bu. Menurutnya, ini komunitas layak menjadi tempat menempa cara berkesenian yang beradab.

Bicara soal PKA 7 juga punya beragam kesan yang bisa kita petik dan tentu bisa kita bawa pulang ke daerah masing-masing. Sebagian orang berkata, itu pekan kebudayaan jauh dari kata meriah walau sudah menghabiskan miliaran rupiah dana. Dan tentunya juga ada yang berkata itu acara sangat menarik untuk saban dua tahun diadakan. Itu lumrah adanya, dan aku enggan berkomentar soal pekan budaya ini.

Di belakang layar, siapa saja boleh menduga walau bukan dari lembaga KPK, bahwa dana sebesar itu selalu saja ada peluang untuk korupsi. Apalagi di negeri yang penegakan hukumnya masih rentan sekali.

Kembali ke rapai yang digandrungi anak muda Aceh Barat Daya, kelompok itu dikenal dengan rapai geleng, yakni bermain rapai sambil diiringi dengan gelengan kepala yang jika tidak hati-hati, kepala para pemain akan terantuk. Itu sakit sekali. Beruntung, selama aku saksikan latihan mereka, tidak satu kepalapun terantuk. Bahkan kepala-kepala itu semakin lama semakin kencang digeleng-geleng.

Soal tradisi rapai geleng memang berasal dari Aceh wilayah barat dan selatan. Tentang itu semua orang bisa tahu. Sangat berbeda dengan rapai yang berasal dari pesisir timur Aceh. Jika ingin tahu apa bedanya, gampang kok, tinggal liat saja di acara-acara yang digelar atau boleh juga cari tahu via paman google. Satu perbedaannya terletak pada ukuran rapai.

Sore itu, kelompok anak muda itu tidak lebih dua jam di tempat kami, tapi mereka cukup membuat gaduh suasana sekitar. Bahkan, siamang dan beruang di karengkeng BKSDA pun memilih diam dan enggan bersuara. Kurasa ia pun sangat menikmati suara rapai tabuhan anak muda Aceh Barat Daya. Sedikit terganggu bagi mereka yang tidak suka, juga wajar adanya.

Tapi ungkapan terakhirku untuk mereka sebelum pergi adalah; hebat, kalian sudah mampu menjaga tradisi, dan terimakasih sudah sudi mampir di tempat kami, serta telah memberi kami pelajaran dan hiburan yang berharga. Semoga kita bisa bersua lagi di lain waktu.

@pieasant

Sort:  

Hello @pieasant, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 64176.22
ETH 2624.19
USDT 1.00
SBD 2.78