Sayembara Cerpen KSI : Kemenangan sejati
Semilir angin pagi meniup batang padi yang mulai menguning, burung pemakan bulir riang terbang kesana - kemari. Gemerincing kaleng yang diisi kerikil sesekali mengejutkan kawanan hewan bersayap itu.
Pagi di halaman rumah Mira, hamparan sawah sejauh mata memandang. Pemandangan indah yang disuguhkan dibalut suasana alam pedesaan.
Mira anak pertama dari tiga bersaudara, ayahnya bernama Basyir, dan ibunya Aminah. Terlahir sebagai anak pertama membuat Mira menjelma menjadi gadis muda yang penuh semangat, dan tekun.
Mira sedang menempuh pendidikan di sebuah Madrasah Tsanawiyah kelas 2. Bunyi alarm bel penanda pelajaran akan segera dimulai membuyarkan anak - anak, yang sedari tadi berada di luar kelas.
Panggilan untuk masuk kelas, untuk pelajaran terakhir di semester ini, sebelum semua memasuki ujian akhir kenaikan kelas.
Mira yang sedari pagi lesu, menyimpan cemas, sesekali ia melirik ke pintu kelas. Pelajaran Akidah Akhlak menjadi alasannya bertambah gundah. Ibu Nurlaili guru mata pelajaran Akidah Akhlak merangkap wali kelas 2.1.
Sepanjang pelajaran Mira larut dalam pikirannya sendiri, melempar pandangan ke arah pintu berulang kali. Suara nyaring Ibu Nurlaili mengagetkan Mira.
"Ada lagi yang mau bayar? Mira kamu kalo ga bayar uang sekolah nanti ga bisa ikut ujian". "Iya bu". Mira menjawab.
Harapan akan Bapak yang datang mengantar uang sekolah yang telah dimintanya jauh hari, pupus sudah. Bel sekolah telah berakhir, namun Bapak Basyir tak kunjung datang.
Tadi pagi padahal bapak sudah berjanji akan mengantarkan uang sekolah, tapi sepertinya bapak memang belum mendapatkan uang.
Sesampai di rumah, Mira menangis di pelukan Ibu Aminah, "Bu, bagaimana ini kakak tidak bisa ikut ujian?". Mira bertanya lirih.
"Ya, nak semoga Bapak dapat rezeki secepatnya". Aminah berusaha menenangkan Mira.
Nyanyian jangkrik dan kodok yang saling bersahutan melantunkan nada sorak sorai, hujan yang turun telah membuat penghuni sawah ini riang.
Berbeda dengan Mira, ia masih menyimpan cemas, "Apakah hari ini dapat mengikuti ujian?". Tanya Mira dalam hati.
Setelah sarapan, Bapak menunjukkan kartu ujian pada Mira, Mira bahagia sekali, "Alhamdulillah, dengan ini Mira dapat ikut ujian, terima kasih banyak Bapak". Mira memeluk Bapak, karena senang sekali, Mira bahkan tidak bertanya kapan dan bagaimana Bapak membayar uang sekolah.
Hari - hari ujian akhir semester genap, dilalui Mira, ia tak terlalu terbebani dengan evaluasi akhir, karena ia telah mengulang materi pelajaran di rumah jauh - jauh hari, sebelum ujian dimulai.
Ujian berakhir, semua anak - anak libur panjang. Mira menghabiskan waktu di rumah, mengisi waktu dengan membaca banyak buku. Mira menyukai buku sejarah, ilmu pertanian, dan buku tentang dunia serangga.
Mira larut dalam buku bacaannya, tiba - tiba Ibu mengajaknya bicara, "Mira kita masak apa ya?, besok sudah Ramadhan"." Ibu bingung karena uangnya ga banyak". Ibu melanjutkan kata - katanya.
Belum sempat Mira menjawab, Ibu kembali meneruskan "Tapi adikmu minta dibuat rendang daging, kasian juga adik - adikmu kalau Ibu tidak buatkan, nanti mereka sedih menghirup aroma masakan tetangga".
"Bu, karena uangnya tidak banyak, bagaimana kalau kita buat rendang dari ikan saja bu?". "Setidaknya adik - adik bisa makan rendang". Mira memberi saran pada Ibu.
Ibu terdiam, kemudian ia berkata "Coba Ibu ke pasar dulu, nanti kita lihat apa yang mampu Ibu beli".
Adik Mira paling bungsu bernama Andi, dari tiga bersaudara hanya Andi yang sulit untuk mengerti keadaan keuangan keluarga ini.
Ia terus meminta rendang pada ibunya, itulah mengapa Aminah menjadi murung sedari tadi, hingga ia mengungkapkannya pada Mira.
Ibu pergi ke pasar bersama Bapak, begitu yang Mira tahu, hingga akhirnya Ibu pulang dan membawa belanjaannya.
Seekor ayam dan bumbu rendang giling akan segera dimasak Ibu. Aminah bersyukur dalam hati, ada penjual ayam baik hati memberinya harga murah.
Bapak Basyir bekerja sebagai pegawai dengan pangkat rendah, gajinya habis untuk membayar tagihan dan biaya sekolah anak - anaknya, tak jarang Bapak Basyir meminjam uang pada kerabatnya.
Bapak Basyir sebenarnya bukanlah orang biasa, ia punya orang tua kaya raya dan adik yang juga tak kalah hebatnya.
Tetapi Bapak Basyir bersikeras untuk tidak menyusahkan orang tua, sehingga segala kesulitan keuangan diselesaikannya sendiri.
Suatu pagi di bulan Ramadhan, adik Bapak Basyir menghubungi, ia memberi kabar bahwa, telah mengirim uang enam ratus ribu rupiah ke rekening Bapak Basyir.
"Abang, ini Ahmad ada rezeki sedikit, Ahmad kirim buat beli baju lebaran anak - anak ya Bang", ucap Ahmad di ujung telefon.
"Terima kasih banyak, semoga Adek selalu mudah rezeki, salam buat istrimu ya, sampaikan terima kasih juga dari Abang pada istrimu". ujar Basyir.
Anak - anak Basyir dan Aminah girang sekali, bayangan memakai baju baru saat Idul Fitri sudah menguasai mereka.
Tapi Aminah seorang Ibu yang banyak akal, ia mempunyai rencana lain dengan uang kiriman Ahmad tadi.
Setelah berdiskusi dengan Bapak Basyir tentang rencananya, ia kemudian memanggil ketiga anaknya.
Aminah membuka kata "Anak - anak, ada yang mau Ibu sampaikan pada kalian"."Iya bu" anak - anak menjawab serempak.
"Ada apa Ibu?" tanya Mira mewakili adiknya.
"Uang dari Paman, Ibu pakai buat kue kering untuk dijual, kalau ada keuntungan, kita beli baju barunya". Aminah melanjutkan.
"Ga apa - apa kan dek? Ibu pakai uangnya dulu, nanti bajunya tetap dibeli Insyaallah kalo ibu ada rezeki". Mira membujuk adik - adiknya.
Akhirnya semua setuju, uang kiriman Paman menjadi modal Ibu membeli bahan kue. Aminah berencana menjual kue kering untuk Idul Fitri nanti.
Aminah cekatan menghubungi satu persatu kerabatnya, yang ia perkirakan tidak sempat membuat kue lebaran.
Beberapa dari kerabatnya sangat antusias, dan mulai berdatangan ke rumahnya untuk melihat kue buatan Aminah, tentu saja Aminah mempersilahkan calon pembeli untuk membawa pulang aneka contoh jenis kue, untuk di coba ketika nanti berbuka.
Jenis kue yang cocok dengan lidah pembeli, dan harga yang bersahabat, membuat pelanggan Aminah meluas dari kerabat hingga orang - orang yang baru dikenalnya.
Bapak Basyir dan ketiga anaknya mendukung usaha baru Aminah, mereka membantu Aminah membuat kue.
Rumah Aminah dan Basyir ramai sejak dini hari, selepas sahur Aminah langsung mengaduk adonan, dan Mira memanaskan pemanggang kue.
Sinta dan Andi membereskan meja setelah sahur, Bapak Basyir membantu Ibu Aminah mengeluarkan bahan - bahan kue dari lemari penyimpanan.
Keluarga ini telah menjadi tim yang amat solit, bahkan Andi yang masih duduk di kelas empat sekolah dasar ikut pula berperan.
Ibu membuat adonan dan mencetaknya. Mira bertugas menjaga kue dalam pemanggangan agar masak sempurna. Sinta dan Andi bertugas menyusun kue ke dalam toples dengan rapi. Kemudian Bapak Basyir mengantar pesanan pembeli ke rumah masing - masing.
Pesanan kue kering telah melampau bayangan Aminah saat awal memutuskan untuk membuat kue, rasa kue yang buatannya telah menarik minat pembeli.
Keluarga Mira kini sangat sibuk, mulai dari sahur, hingga tengah malam, mereka hanya istirahat beberapa jam di siang hari, dan melanjutkan pengolahan kue hingga waktu berbuka tiba.
Setelah sholat tarawih Mira dan ibunya memeriksa kembali hasil kue buatan mereka, agar sesuai dengan pesanan.
"Bu jadikan kita beli baju hari raya?" tanya Andi pada Ibunya. "Dua hari lagi lebaran, bajupun belum ada". "Bu ayoklah kita beli".
Kesibukannya Aminah dan keluarganya akhir - akhir ini, membuat tidak ada kesempatan untuk membeli baju lebaran, yang pernah ia janjikan untuk anak - anaknya.
Aminah dan Basyir berangkat sedari pagi, meninggalkan Sinta dan Andi bersama Mira. Usia Sinta dan Mira tak berpaut jauh, sehingga Sinta bisa membantu Mira menenangkan adik mereka Andi yang sedari kemarin meminta baju lebaran.
Mira dan Sinta diberi tugas oleh Aminah untuk merapikan rumah.
Mira memanggil Adik bungsunya "Andi tolong ambil koran yang dikamar adek ya, kasih ke kak Sinta".
Menjelang siang Aminah dan Basyir pulang, mereka membawa beberapa helai pakaian baru untuk ketiga anaknya. Semua bahagia dengan baju baru mereka.
Aminah kali ini juga membawa pulang daging sapi, yang dibelinya di pasar, dan tentu bersama bumbu rendang.
Idul Fitri tiba, suara takbir menggema di seantero negeri. Keluarga Mira bergegas menuju mesjid yang tak jauh dari rumah mereka.
Suara takbir, telah masuk kedalam hati Mira, ia dan Aminah merasakan keharuan yang luar biasa. Ini adalah Idul Fitri yang penuh keberkahan.
Aminah dan Basyir memeluk anak - anak mereka satu persatu, Aminah kesegukan menangis bahagia, diikuti Mira dan Sinta. Berkat usaha dan doa, Mira merayakan hari kemenangan dengan penuh syukur.
Cerpen ini dibuat dalam rangka mengikuti sayembara cerpen yang diselenggarakan KSI. Rasa terima kasih saya haturkan kepada dewan juri @akukamaruzzaman dan @abduhawab, semoga berkenan.
Sweet and nice to read.. good luck!
Terima kasih kak @cicisaja
Sama-sama 🤗 Masih bertugas?
Masih kakak