Menepi untuk kembali

Menepi untuk kembali

Riuh suara kendaraan bermotor hilir mudik, tepat disebelah jalan berdiri sebuah gedung, dengan halaman yang dipenuhi tanaman buah - buahan.

Gedung dengan cat putih ini mempunyai beberapa tiang besar di terasnya. Tanaman merambat sengaja dibiarkan menjuntai, seolah menjadi payung penghalau terik sinar matahari.

Aku duduk di sebuah kursi tua bewarna putih dengan sandaran tangan yang mulai memudar eloknya.

Kesempatan untuk memegang gawai, saat si bungsu sedang mengikuti kelas. Membaca beberapa tulisan yang pernah kubuat.

Seperti catatan kehidupan, naik turun semangat dan emosi dengan mudah difahami. Beberapa waktu lalu aku berada di titik rendah hidupku.

Begitulah perjalanan hidup, semangat redup, rasa sedih, sakit, kecewa, dikhianati, tak berdaya, bersatu membuatnya rasanya sulit diungkapkan.

Bagiku bersedih bukanlah pilihan, secercah cahaya semangat masih ada, kuatur tarikan napasku, kugelar sajadah, bacaan zikir dan doa berserah adalah pemicu pereda kesedihan.

Manusia mana yang tak pernah jatuh? Semua pasti pernah. Dan kisah bangkit itu perlu untuk diingat dan dikenang, sebagai bagian dari pelajaran kehidupan.

Ya Allah, saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cinta-Mu jauh lebih besar dari pada kekecewaanku, dan rencana yang Engkau siapkan untuk hidupku jauh lebih baik daripada impianku. (Ali bin Abi Thalib).