Sedikit Saran Untuk Panitia Pekan Kebudayaan Aceh ke-7
Pekan Kebudayaan Aceh tinggal menghitung hari atau saya bilang terus, dua hari lagi sudah ditutup. Dihari pertama sudah ada energi negatif yang tersebar ke media sosial, malah sudah ada sebelum dibuka. Misalnya toilet perdesaan terbangun di bantaran sungai, harga parkir mahal dan kesalahan kalimah ilahiah di pintu gerbang.
Kami (masyakarat Pidie) kecewa juga dengan stand kami sendiri. Yang isinya kurang banyak padahal banyak sekali potensi yang musti ditampilkan di pergelaran limatahunan provinsi ini. Tapi saya cukup puas setelah melihat stand lain juga sempurna dengan kekurangan-kekuarangannya.
Shiny Stan
Saya membawa adik saya ke tiga stand, supaya dia tahu apa yang ada disana, dan setelah tiga stand saya menjelaskan padanya, ini sudah cukup mewakili perjalanan kami hari ini. Di stand itu yang wajib ada adalah Pelaminan, @hayatullahpasee mengatakan hal yang lebih ridiculus –apa ya bahasa indonesianya, menjijikkan kayaknya- tentang pelaminan ini, dia bilang sangat aneh perilaku masyakarat yang berfoto di pelaminan stand. Seperti yang berfoto ini tidak pernah melihat pelaminan semasa hidupnya atau belum pernahkah mereka berdiri foto (dong foto) di depan pelaminan. Bisa kita maklumi kalau mereka berfoto di pelaminan yang unik, misalnya di stand Singkil dan stand –stand apa lagi yang belum pernah dilihat pelaminan yang unik- itu bolehlah foto, tapi ini pelaminan yang biasa kita lihat di pernikahan biasa, kenapa foto lagi disitu?
Setelah itu yang kedua yang wajib ada adalah benda kuno. Baik Alquran berusia ratusan tahun dan mushaf kitab lain, benda-benda kuno, foto bupati/walikota dari masa ke masa dan kerajinan tangan. Apa ini kualifikasi atau stand boleh mengkreasi sendiri standnya. Saya bermimpi suatu saat nanti stand pameran tak ada pelaminannya. Ini saya katakan bukan karena saya belum menikah, tapi seriusly? Sudah 30 tahun saya melihat pameran, selalu ada pelaminannya asal daerah di kasih buat stand, apa tak ada lain?
Tapi saya sangat bersyukur kali ini komunitas pemuda juga diikutkan dalam PKA, di Taman Budaya ada festival mural dan lukisan, kita bisa melihat kepiawaian seniman kita menghias dinding. Yang saya lebih salut lagi adalah stand di Mesium Aceh, ada Lueng Putu Manuskrip –yang diprakarsai Masykur-, Tiro is me-nya Haikal Afifa dan stand MAPESA.
Saat pertama masuk saya ke Mesium yang disambut oleh lonceng Cakra Donya, saya masuk ke dalam mesium di dekat rumah Aceh dan memperkenalkan diri pada Masykur Leungputu Manuskrip. Dia menjelaskan panjang lebar tentang manuskrip yang dia temukan. Seakan tanpa titik dia menjelaskan segalanya yang tak kami tahu sedikitpun tentang peran manuskrip Aceh di masa lalu, seperti amaran seorang ulee Balang melalui sebuah surat tentang Belanda akan menyerang Sigli. Dia ,malah mengundang kami (saya dan Adli) ke rumahnya di Lueng Putu, kalau mau melihat lebih lengkap.
Masykur Lueng Putu Manuskrip (source)
Yah, sudah kemana-mana ini, padahal saya mau menyarankan untuk panitia PKA kedepan. Untuk perkabupaten, libatkanlah orang-orang yang kompeten, jangan cari untung saja, tapi tampilkan yang terbaik dari kabupaten kita, dengan mengajak seniman, para pemuda kreatif dan para pekerja kreatif, misalnya Pidie –menurut Zian- saat pawai mobil hias, banyak sekali dari Gampong mobil keren-keren yang juara, kenapa mobil yang dibawa ke PKA mobil sederhana dan dihias sederhana, kenapa tidak itu saja yang juara pawai di bawa.
Untuk mengurai kemacetan saya rasa panitia memisahkan mana jalan masuk mana jalan keluar, dan pedagang/petugas parkir janganlah mengkorupsi jalan untuk dijadikan lapak. Itu saja.
Posted from my blog with SteemPress : https://riodejaksiuroe.knpipidie.or.id/sedikit-saran-untuk-panitia-pekan-kebudayaan-aceh-ke-7/
Ya.. tidak banyak perubahan dibanding PKA 5 tahun lalu. Yang agak berbeda, seingat saya dulu tidak ada atau mungkin luput dari perhatian, sekarang ada stand khusus kuliner dan tempat acara tidak berfokus di Taman Ratu Safiatuddin saja. Kalau yang lainnya, pasar rakyatnya makin ramai, kalau dulu banyak yang jual dodol garut, sekarang nambah lagi, saya menemukan banyak penjual kerak telor
Benar kakak.... Stand gitu2 aja.. Yang enak pigi cuma ke mesium.. Karena Yang Jaga anak muda Dan ramah
Terima kasih infonya Rio.. nanti kakak coba ke sana
Cepat..besok udah tutup..haha
Oke.. bukanya pukul berapa?
Masukan yang bagus bang Rio untuk semua kabupaten yang ikut ajang PKA, untuk mengajak kerjasams dengan semua pejerja seni bukan hanya merekrut yang kenal saja.
Masukan yang bagus bang Rio untuk semua kabupaten yang ikut ajang PKA, untuk mengajak kerjasams dengan semua pejerja seni bukan hanya merekrut yang kenal saja.
Ya betul.. Tim ahli Yang diajak..bukan ahli famili..heheh