Cambodian People Dan Muslim Minoritas Suku Champa

in #indonesia5 years ago

Perjalanan kali ini menuju Kamboja. Tiket yang dibeli satu tahun yang lalu saat ada free seat Air Asia hampir tidak dipakai jika bukan karena notifikasi google. Sayangnya tiket dibeli dengan perjalanan PP KL-CGK dan KL-Phnom Penh. Antara mau dipakai dan jalan lagi atau dibiarkan tiket hangus. Perjalanan dari tanggal 7 Januari sampai 16 Januari 2020 dirasa terlalu lama.

Iseng dan jenuh dengan hari-hari yang dijalani selama ini, akhirnya tiket tetap dipakai. Tapi, tiket KL-CGK untuk pulang dibiarkan tidak terpakai. Citylink 1,4jt menjadi pilihan pulang dari Phnom Penh-Cgk pada tanggal 13 Januari 2020. Yah, ini hadiah menyenangkan hati karena untuk pertama kalinya di tanggal 10 Januari ada di luar negeri. Akhirnya ada perjalanan tanpa robek tiket di bulan itu.


Sumber: foto pribadi (driver tuktuk muslim di seam reap)

Tanpa persiapan, itinerary perjalanan menuju Kamboja tidak menjadi halangan. Segalanya serba cepat dan tiket bus antar kota serta pesan tuktuk dua hari selama di seam reap dilakukan selama perjalanan. Ini termasuk nekad dan dilema memikirkan akan menuju negara nonmuslim.

Bayangan saat itu, Kamboja akan lebih parah dari Vietnam. Memikirkan akan mahalnya dan sulitnya mencari makanan halal terbayang jelas. Hampir rata-rata biaya besar perjalanan di negara nonmuslim daerah Asia tenggara adalah makanan halal. Dan kesehatan saat traveling membuat Saya tidak bisa super irit dalam hal makanan.


Sumber: foto pribadi (penjual makanan halal di night market Phnom Penh)

Hal pertama yang membuat Saya terkejut begitu datang di kamboja, sangat berbeda dari yang Saya bayangkan. Orang-orang kamboja hampir mirip orang Indonesia umumnya. Tidak seperti orang kebangsaan China, tidak sipit dan kulit putih. Bahkan berbeda dengan orang Vietnam maupun Thailand sekalipun mereka negara tetangga.

Kebanyakan berkulit sawo matang. Bentuk wajah umum seperti orang Indonesia. Kebanyakan tidak ada yang merasa terkejut melihat saya seperti ketika berada di Thailand maupun Vietnam. Awalnya benar-benar terlihat biasa. Satu waktu Saya paham, ketika belanja di miniso seam reap seorang Kasir terkejut ketika Saya membayar dengan berbicara bahasa inggris dasar. Ia baru sadar kalau tidak mendengar saya berbicara dan ia ungkapkan langsung sambil tertawa.


Sumber: foto pribadi (perjalanan di daerah Angkor Wat Komplek)

Ternyata orang Kamboja sudah terbiasa melihat perempuan berkerudung. Gaya berkerudung Saya umum dipakai di Kamboja. Saya akan menemukan mereka sedang berbelanja di pasar-pasar, pasar malam bahkan beberapa pedagang ternyata muslim. Jika Thailand dan Vietnam akan dijumpai muslim di kampung-kampung muslim, di Kamboja justru terlihat berbaur sekalipun jumlahnya sedikit. Setidaknya Saya tidak terlihat seperti barang langka. Hehehe...

Inilah kenapa Saya merasa cukup kerasan di Kamboja. Jika saja saya memiliki banyak waktu untuk perjalanan kali ini tentu tiket sampai tanggal 16 Januari 2020 akan tetap Saya gunakan. Rasanya menyenangkan jika perjalanan tidak mengalami kendala dan keramahan dari orang-orang yang ada di sana membuat perjalanan terasa sebentar.


Sumber: foto pribadi (museum Cambodian Village, muslim Champa)

Jika Vietnam memiliki muslim Champa yang menurut orang-orang yang Saya tanyakan kebanyakan berada di daerah Sapa, berbeda dengan Thailand yang penduduk muslimnya lebih banyak. Thailand bahkan sudah membuat product makanan memiliki label halal. Tapi Setiap saya sampai di tempat-tempat saya datangi, muslim yang berada di Thailand kebanyakan adalah orang Indonesia dan Malaysia.

Di Kamboja sendiri muslim termasuk minoritas dan dalam sejarah Kamboja yang ada di museum Cambodian Village termasuk sedikit spacenya. Dan masa kejayaannya hanya sebentar.


Sumber: foto pribadi (muslim cham di KFC Aeon mall Phnom Penh)

Ini cukup menarik bagi saya ketika mengenal Kamboja langsung dan melihat segala sesuatunya di sana. Mungkin, Kamboja akan menyusul seperti Thailand dengan label halalnya. Dan tidak mengalami konflik agama seperti Myanmar maupun muslim Uighur di Cina.

Setidaknya pengalaman singkat ini membuat Saya ingin kembali ke negara ini untuk tahu lebih jauh daerah lain dan sisi lain dari Kamboja. Tidak hanya tentang seorang Polpot tapi masa kini yang mulai bangkit dari masa lalu suram yang sangat mengerikan.

Posted using Partiko Android

Sort:  

Kami telah upvote dan resteem ke ribuan follower yah.. :3 Terimakasih telah memvoting @puncakbukit sebagai witness dan kurator anda.

Sangat bagus penyajian artikel berdasar pengalaman.👍

Terima kasih pak.

Posted using Partiko Android

Thank you so much for being an awesome Partiko user! We have just given you a free upvote!

The more Partiko Points you have, the more likely you will get a free upvote from us! You can earn 30 Partiko Points for each post made using Partiko, and you can make 10 Points per comment.

One easy way to earn Partiko Point fast is to look at posts under the #introduceyourself tag and welcome new Steem users by commenting under their posts using Partiko!

If you have questions, don't feel hesitant to reach out to us by sending us a Partiko Message, or leaving a comment under our post!

semangat terus nulis kontennya mbak

Hehehehe... Pengennya, Coba ditularin semangatnya mbak @anggreklestari

Posted using Partiko Android

Perjalanan yang menarik, semoga makin sering keluar postingannya.

Hehehehe... Mumpung ada angin nyasar.

Posted using Partiko Android

Sibuk traveling sampai gak sempat posting 😀

Posted using Partiko Android

Hahaha... Bukan sibuk traveling tapi memang malesnya bukan main. Cuma buat nulis status aja males sampe pada nyariin.

Posted using Partiko Android