Benar Atau Salah, Aku Marah

in #steempress6 years ago (edited)

Dari jauh kulihat, sepertinya wajah itu pernah kukenal sebelumnya. Penasaran dengan sosok yang sedang bercengkrama tersebut aku pun perlahan mendekatinya. Semakin dekat, semakin mirip sekali dengan teman kelasku dulu.


source

Benar rupanya, itu kawanku Marwan, tak banyak berubah darinya kecuali kumis dan jenggot, berikut perut buncitnya bak belanga tergantung di dinding dapur rumah nenekku. Ahaaii, memang kebuncitan itu salah satu simbol kemakmuran, paling tidak ini menandai kurangnya olahraga dan kelebihan makan.

Marwan duduk bersama dengan 4 orang lainnya, 1 laki-laki dan 3 perempuan muda. Dari penampilannya memang bisa kutebak mereka adalah teman kampusnya juga. Yang perempuan memakai celana Jeans, agak ketat, dikombinasikan dengan baju panjang (tak paham aku modelnya) juga sedikit agak ketat, tapi tidak membuat yang melihat melarat. Mereka bercanda sambil tertawa lepas, sesekali terlihat tangan si perempuan menepuk bahu atau punggung si laki-laki sambil terkekeh-kekeh, mungkin sedang membicarakan hal yang lucu sampai tangan tergerak secara refleks.

Aku melihat mereka ini adalah teman akrab, jadinya biasa saja kalau sambil ngobrol colek pinggang sekali. Aku pun mendekat ke arah mereka, dalam hatiku aku berniat untuk bertemu dengan kawan lama, Marwan.

Begitu sampai, aku langsung memegang pundaknya, spontan Marwan menoleh ke belakang, "Ahh kau rupanya, kemana saja, gimana kabarnya udah sekarang, lama kita tidak bertatap muka, ayo silahkan duduk, mari gabung...." (Sambil jabat tangan)

Aku pun menjawab, "ya, Alhamdulillah baik, kamu gimana bro...sudah lama sekali ya,"..akupun mencoba senyum meski agak kecut karena sudah lama tak pernah berkirim pesan,...

Saat itu aku merasa dilema, mengingat Marwan tidak sendiri, melainkan ada 4 teman lainnya yang juga harus kujabat tangannya. Yang jadi masalah adalah teman yang perempuan, itu yang membuatku sedikit bergelut dengan pikiranku sendiri, aku bingung untuk memilih antara menyodorkan tanganku atau tidak.

Akhirnya aku memilih untuk menyodorkan tanganku, keputusan yang kuambil dalam hitungan detik itupun kulaksanakan. Betapa kagetnya aku, saat tanganku sudah kulayangkan, salah satu perempuan tadi merapatkan kedua tangannya dan diletakkan di dada, artinya ia tidak mau berjabat tangan dengan "non-muhrim", silapeh aku salut dengannya, tapi silapeh lagi kenapa tidak dari awal saja dia merapatkan tangannya agar akupun tidak terlanjur menyodorkan tanganku. Sedangkan temannya yang lain menyambut tanganku walau dengan tangan terbalut jilbab. Terlepas dari alimnya, aku sangat marah, aku merasa dihancurkan di depan orang banyak. Kenyataannya, aku memang sempat ragu dan bergelut dengan pikiranku sendiri, walhasil kugerakkan tanganku bukan karena tanpa pertimbangan, tetapi itu semua adalah hasil dari pertarunganku dalam waktu sekian detik saja.


source

Jika memang alim dan syar'i, kenapa pakaiannya seperti itu? Dan kenapa tadi dia bercengkerama dengan bebasnya. What the hell. Ini curhat guys, terserah orang mau menilai aku salah, sekali lagi aku belum mampu sebenar itu. Karena menurutku, dengan penampilan seperti itu dan situasi sebelum kedatanganku sama sekali dia tidak berkelakuan sesuai dengan syari'at.




Posted from my blog with : https://rizal-sahabat.000webhostapp.com/2018/07/walau-salah-aku-marah

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 62817.54
ETH 2573.14
USDT 1.00
SBD 2.74