Makna Yang Tersirat di Balik Cerita TSUNAMI ACEH (Pengalaman Sang Dosen)
Setelah beberapa bulan tertidur dari dunia Steemit karna berfokus pada platform audio visual digital yakni YOUTUBE, Dan setelah disemangati oleh sang dosen yang juga merupakan promotor Steemit di kampus, Kali ini ku coba menulis kembali di platform satu ini.
Selasa, seperti biasanya kegiatan perkuliahan berlangsung. Tepat di jam kedua aku mengikuti perkuliahan "TEHNIK PENULISAN FEATURE DAN ARTIKEL" yang diisi oleh dosen yang juga merupakan promotor Steemit di kampusku...
Sub Bahasan yang aku ingat hari ini adalah tentang ciri tulisan Feature dan Artikel serta cara menulisnya dengan baik secara umum.
Tapi ada hal lain yang paling ku ingat, yakni ketika sang dosen memberikan contoh keadaan yang dapat dituliskan dalam bentuk tulisan feature atau artikel. Sang dosen mencontohkan tragedi Tsunami yang pernah terjadi di bumi Aceh ini. Yang mana sang dosen hampir menjadi korban keganasan ombak laut pada saat itu.
Satu hari sebelum gempa dan tsunami meratakan kota Banda Aceh. Ia (sang dosen) berada di Ibu Kota serambi mekah tersebut. Ia mengunjungi ibukota Aceh tersebut dengan tujuan mengikuti suatu kegiatan.
Hari itu sang dosen sedang duduk menikmati alam kota Banda Aceh, tepatnya di "Pantai Pirak". Namun, saat itu ia merasa tak nyaman dengan suasana hatinya. Terbesit di fikirannya untuk kembali ke kota asal yakni Kota Langsa, namun sahabat dan temannya mencoba memberi masukan agar dirinya tetap bertahan di kota itu sampai senin tiba. Pasalnya pada hari senin nantinya sang dosen di tunjuk untuk mewakili Aceh berangkat ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan lainnya. Ya.. Memang sang dosenku itu merupakan sosok yang aktif dalam organisasi sampai dengan sekarang.
Dengan berpegang kata hatinya, ia pun memutuskan untuk pulang sejenak ke kota asal yakni Kota Langsa. Sesampainya di langsa ia memastikan orang tuanya dalam keadaan baik, begitupula hal lainnya.
Malam pun tiba. Layaknya seorang Mahasiswa yang saat itu masih remaja. Ia menghabiskan malam hari yang panjang itu. Kebetulan saat itu malam minggu, sang dosen yang saat itu masih muda menikmati malam bersama teman-temannya hingga pagi tiba.
Mentaripun mulai bersinar di pagi minggu itu. Sang dosenpun masih menikmati kegiatan bersama temannya.
Dengan salah satu kegiatan yang di lakukan, mereka merasakan ada guncangan di meja yang mereka gunakan. Setelah sadar bahwasanya itu adalah goncangan dari Gempa Bumi mereka pun meninggalkan kegiatan yang dilakukan dan berlari menuju ruang terbuka. Menurut sang dosen sekitar 15 sampai 20 menit kota Langsa sunyi senyap. Tidak ada kegiatan apapun yang berjalan. Setelah goncangan itu dirasa berhenti barulah warga mulai heboh dengan Gempa tersebut. Namun, saat itu informasi sangat sulit di dapat, sebab jaringan komunikasi mendadak terputus dan signal sulit di temukan.
Berselang sekitar satu jam sang dosen berkata, barulah warga menerima kabar bahwa kota banda Aceh telah luluh lantah oleh gelombang Air Laut dan Menelan Ribuan Korban Jiwa.
Berselang beberapa hari kemudian, sang dosen kembali ke Ibukota Serambi Mekah tersebut bersama perkumpulan mahasiswa untuk membawa bantuan serta menjadi relawan bencana tersebut.
Menurutnya pasca beberapa hari bencana tersebut Jasad Manusia tiada harganya. Pasalnya jasad yang tak bernyawa itu berserakan dimana mana. Bahkan selang beberapa harinya. Jasad-jasad tersebut mulai membengkak dan sulit untuk dikenali.
Sampai saat ini setiap menceritakan kejadian itu bulu kuduk sang dosen berdiri/merinding. Termasuk saat ia menceritakan hal tersebut di kelasku. Bagaimana tidak, hanya berselang satu hari, kota yang indah berubah rata dengan tanah. Beliau juga berkata, mungkin jika ia tetap bertahan di kota tersebut sesuai dengan anjuran sahabat dan atasan organisasinya sampai senin tiba, ia juga bisa menjadi salah satu korban bencana tersebut.
Cerita ini membuat hati aku bergetar. Walaupun aku tidak berada disana dan ikut merasakan saat tragedi tersebut terjadi.
Cerita itupun berakhir dan di lanjutkan dengan perkuliahan mengenai "Tehnik Penulisan Feature dan Artikel".
Kulihat ke arah beberapa temanku yang sangat fokus menyimak setiap kata yang keluar dari dosenku. Entah itu karna cerita tentang Tsunami tersebut, entah karna materi yang di sampaikan.
Tibalah saat mataku terfokus ke seorang teman yang diam-diam memejamkan matanya.
Sejenak ku berfikir, bahwa bahasa yang di gunakan oleh sang dosen ketika menceritakan pengalaman atau cerita dalam bentuk Feature / Artikel (secara lisan) sebagai contoh pembelajaran benar-benar menarik, penuh retorika, serta kaya akan tehnik yang menyangkut dengan teknik penulisan "feature dan artikel".
Bukan sekedar bercerita. Namun ia mengedepankan unsur tehnik, sehingga karna menarik dab enak untuk di dengar, temanku sampai memejamkan matanya dalam posisi menyimak cerita tersebut.
punya mahasiswa mu ya ketua....mantap tulisannya
Mantap
Makasi gus
Luar biasa reviewnya, sukses
Suhunya ni bpk
Makasi pak...
good moment
Sory bro... Fotomu... Hehehehhe
Mantap bg
Makasi bang