Rendang Istimewa Kiriman Ibu

Pada kesempatan ini saya ingin membagikan pengalaman hari meugang yang saya jalani. Walau sedikit terlambat namun tidak ada salahnya berbagi cerita.

Hidup di rantau orang dan jauh dari keluarga di saat hari meugang adalah sesuatu hal yang sangat perih untuk diingat apalagi bila harus menjalaninya. Dan tentu banyak sekali orang-orang yang berpuluh kali lipat lebih jauh dari keluarganya ketimbang saya. Contohnya Mbak @ettydialova. Beliau tetap bersemangat menghadapi bulan ramadhan. Bahkan sudah menyiasati berbagai hal termasuk makanan dan kesehatan yang beliau tuangkan dalam bentuk tips.

Tradisi hari meugang di Aceh merupakan tradisi yang bisa dikatakan sakral. Namun saya harus melewati hari tersebut begitu saja. Yah, saya menghadapinya sendirian saja. Tanpa daging dan masakan khas meugang lainnya. Saya memutuskan untuk tidak memasak karena miswa dan anak-anak pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga di sana. Sedangkan saya tidak mungkin pulkam dengan waktu yang terbatas dikarenakan saya harus bekerja untuk dua malam berturut.

Akan tetapi ada sisi lain yang menjadi pengobat hati. Yaitu kiriman rendang dari Ibu. Yah, saya sangat menyukai rendang. Ketika meugang di kampung. Ibu selalu membuat rendang khusus untuk saya. Meskipun dengan begitu Ibu tetap harus membuat masakan lainnya yang berbahan dasar daging. Seperti masak merah dan sie asam keu eung

Untuk menikmati daging rendang ini pun saya membutuhkan waktu, dikarenakan saya makan sahur di rumah sakit, sedangkan kiriman rendang melalui miswa baru sampai di saat tengah malam. Alhamdulillah saya bisa menikmati masakan Ibu di hari pertama puasa dan saya menghabiskan satu porsi besar nasi. Rendang buatan Ibu memang sangat istimewa. Dan saya rasa teman-teman steemian lainnya juga setuju bahwa masakan yang paling istimewa adalah masakan olahan dari Ibu masing-masing[]