Cerpen #1 "Kami memang kawan , tapi kawan tidak menyusahkan"
sumber gambar : Google
Hari itu senja berlalu begitu saja tidak seperti biasanya penuh tawa dan canda , dipojok sana terlihat seorang rekan kerja ku yang sedang memandang langit-langit kedai bang bob , lansung saja ku hampiri dia dengan sedikit nada bercanda "hei apa yang kau lihat , memandang loteng seperti menikmati suasana laut" sayangnya candaan ku tidak menyudahi renungannya , ah sudahlah mungkin dia sedang banyak masalah (pikirku) , aku pun bergegas pergi daripada nanti aku jadi pelampiasan amarahnya , tapi aku merasa tidak enak hati meninggalkan dia sendiri namun mau bagaimana lagi dia memang begitu jika dilanda masalah , dipikirnya sampai tuntas tanpa ingin dibantu orang lain.
Dipikiranku saat itu masih tersimpan tanda tanya yang besar , apa yang sebenarnya masalah sikawan , "ah sudahlah aku takut kejadian kemarin terulang lagi" ya , aku pernah hampir bertengkar dengan sikawan gara-gara perdebatan bodoh yang membuat suasana seakan berada ditengah lapangan bola tengah hari (panas) , rupa-rupanya waktu itu sikawan juga sedang punya masalah makanya semua omongan orang seakan ingin mengajak bertengkar.
Haripun mulai gelap sayu-sayup angin mulai menghiasi malam, TOA mesjid mulai terdengar suara adzan menandakan waktuMagrib sudah tiba , aku pun singgah disebuah surau dekat pasar untuk menunaikan kewajiban sebagai hamba , setelah selesai solat aku keluar dari surau dari kejauhan terlihat sikawan sedang berjalan kearahku langsung saja aku menjumpainya , kini raut wajahnya mulai segar kembali menandakan dia sudah selesai bertapa mencari jalan keluar masalahnya , langsung saja kusapa dia " woi udah makan ? , makan dulu yok kalo perut kosong mikirpun susah, cacing pada demo minta haknya" ternyata kali ini suasana mulai berubah sikawan sudah mulai netral dengan suasana disekitarnya "hahaha, bisa saja kau membuat jenaka saat orang lagi susah-susahnya" jawabnya , kami pun mengayunkan langkah mendekati sebuah warung makan , perbicangan pun mulai keluar dari mulut berisi nasi " Tadi kau kenapa ?" tanyaku "sudahlah tidak perlu dibahas , bukan hal penting pun " aku pun mengelengkan kepala semadi berkata " kau ini aneh , kita sudah kenal lama tapi setiap ada masalah selalu saja kau merenung tanpa mau cerita" , tatapan sinisnya pun mulai terlihat , bak harimau buas ingin menerkam mangsanya , kurasa ini waktunya aku diam dan menghabiskan nasi yang masih hangat daripada nanti keburu dingin seperti suasana.
Sepulang dari situ suasana masih dingin , namun kali ini sikawan yang memulai perbincangan " maaf ya tapi aku emosian terus , masalah terus datang , belum selesai masalah yang satu masalah lain udah antri dibelakang , pusing mikirin nya, hufff" ucapnya " ya kamu sih kalo ada masalah terus aja didiamin sendiri , kalo ada masalah gak pernah mau cerita , padahal kita udah kenal lama" Tatap sinis pun kembali dijamh untukku , namun kali ini sedikit bebeda dia menghadiahkan ku senyuman dan menempeleng kepalaku , kutipan bijak pun dilontarkan nya "sekalipun kita udah temenan lama dan udah kayak keluarga , aku gak bisa nyusahin kamu dengan masalah-masalahku, hehe udahlah gak usah melotot gitu kutonjok pula tu muka " bercandanya , kami pun pulang kerumah, dan sejak hari itu pula aku tidak pernah mendekatinya jika suasana hati sikawan terlihat dingin bak Kutub Utara , aku pun mulai mengerti dan terbiasa dengan tingkah aneh nya ketika dilanda masalah, kami memang kawan tapi kawan tidak menyusahkan.