Kegenitan Pemimpin Politik

in #politics7 years ago (edited)

Apakah pemimpin politik boleh “genit”? Dalam konteks politik yang menekankan populisme, kegenitan dalam kadar tertentu bisa saja.

Gaya bangau gila.jpg
Source:

Erving Goffman, sosiolog politik asal Amerika Serikat, mengatakan hal itu wajar saja ketika politik telah semakin divisualkan dan dalam kontek komunikasi langsung (face-to-face communication) yang semakin intim di era modern ini. Itu disebut sebagai dramaturgi untuk memikat pemilih atau konstituen yang kadang menginginkan unsur hiburan juga dalam politik, bukan melulu visi dan konsep keras wacana.

Kita lihat, “kegenitan” dalam aksi olahraga bisa disebut sebagai selebrasi. Messi biasa melakukan selebrasi setelah mencetak gol dengan membuat tanda syukur kepada Tuhan dan menunjuk jari ke langit. Christiano Ronaldo suka bergaya dengan mengembangkan otot seperti gladiator. Di banyak gaya para pemimpin yang menang dalam pemilihan politik biasa membuat jari dua tangan yang menjadi simbol kemenangan (V for victory).

Gaya Ronaldo.jpg
Source:

Namun, gaya pemimpin lokal kita kadang terlalu lebay (too much style). Lihatlah gaya Sandiaga Uno saat mengambil gambar dengan baju dinas. Ia bergaya seperti jurus burung bangau yang terjerumus di tengah sawah. Bagi saya gaya seperti ini terlalu teukechak (kementelan) dan unsur komedisnya juga tidak kuat.

Gaya bangau gendeng.jpg
Source:

Mungkin Sandiaga Uno meniru gaya Irwandi Jusuf - Nova Iriansyah, gubernur dan wakil gubernur Aceh yang dilantik 5 Juli lalu dengan menyilangkan kaki (peusingklet gaki). Bagi saya dengan memamerkan gaya itu beberapa momen – terlihat dari pakaian yang digunakan berbeda-beda, terkesan mentel dan tidak ada makna simbolis yang kuat. Apa yang mau diperlihatkan dengan gaki meusingklet itu?

Jingklet Gaki.jpg
Source:

Menurut Paul Taggart, populisme memang menjadi model politik yang saat ini semakin dipraktikkan, tapi ada hal ambigu dan bisa tergelincur dalam populisme itu. Pertama, itu dilakukan untuk memberikan nuansa baru dalam ideologi politik dan gerakan politik kepartaian yang terlalu ideal. Pilihan populisme adalah untuk memberikan identitas dirinya di tengah hati para pemilihnya agar mereka tetap setia.

SIngklet Gaki Irwandi.jpg

Namun, kedua, hal ini juga menunjukkan kelemahan dalam memberikan visi berkelanjutan dalam politik. Akhirnya dipilihlah hal-hal yang “unik” non-politik dan non-ideal bagi para pemilihnya yang sebagian besar bukan pemikir. Mereka adalah kerumunan yang memerlukan sesuatu dari pemimpin selain pidato dan kerjanya, dan itu adalah gaya. Sayangnya pilihan gaya yang terlalu berlebihan menunjukkan ia menjadi seperti badut dibandingkan sebagai pemimpin. Mereka lebih menjadi bunglon (chameleon) yang beradaptasi dengan cepat pada arah perubahan lingkungannya dibandingkan menjadi singa yang konsisten melindungi komunitas.

IMG_20171014_065103.jpg

Ini yang tidak dipikirkan oleh para pemimpin politik ketika ingin membuat trade mark dirinya dengan model gaya bangau atau kaki bersilang itu. Aksi itu sendiri sangat lemah signifikansinya, dan sama sekali tidak lucu ketika berulang. Mungkin yang pertama adalah kesegaran. Adapun kedua dan ketiga menjadi sesuatu yang basi, seperti susu yang tidak diminum sejak semalam dan baru masuk ke perut pukul 10 pagi. Masamnya tentu bikin mencret.

14 Oktober 2017


Steemit Inter.jpg

Sort:  

Penampilan dianggap penting banget sih oleh masyarakat yg mudah sekali terpana oleh omongan dan penampilan.

betul mbak.... mbak omong2 mau ya dicalonkan jadi gubenur???

Nggak mau! Saya sudah sering diminta menjabat sejak saya masih baru pulang ke Indonesia, tetapi saya lebih nyaman menjadi seniman dan pendidik saja. Ruang politik saat ini untuk orang yang berani mengelabui dan melakukan kejahatan pada rakyat, saya tak sudi!

Salut untuk @mariskalubis.... Sedikit orang yang teratur pikiran dan perbuatannya...

Memang pada banyak yang genit ya Pak @teukukemalfasya,,,? hehehe...

Han abeuh-abeuh teukeuchak.... Seharusnya mereka bisa berbuat sesuatu yang lebih natural jika ini memberikan hiburan.

Beginilah dinamika politik sekarang dan mungkin beberapa periode yang akan datang Pak @teukukemalfasya,,, jika kita mau merubah tetap seperti biasa, yaitu akan tersingkirkan,,, hehehe,,,

bertus .. andai gaya meusingklet menjadi opini di serambi atau di kompas .. maka bertus lah dia itu barang .. saya suka dengan ada penyebutan istilah bahasa aceh dalam aspek antropholgy ke acehan ... pengenalan istilah ini kepada mahasiswa di UNIMAL menjadi menarik ... njan pak bak lon

Thanks Pak @steem77.... Ya, karena saya mau segera posting gak ingat mau dikirim ke kompas atau serambi... Lg pula panjang tulisan ini hanya 400an kata. Kompas requires at least 600s words

Hahahah .. tinggal di tambah saja .. biar jadi opini ...

Politik ka jeut keu lawak

Kegenitan secara otomatis akan meningkatkan 'kadar' popularitas mereka. Fakta...

hahaha... sebenarnya bukan genit Pak, tetapi itu melebihi dari kesan genit, melainkan "lebay bin alay"... apakah perilaku itu menjadi daya taril tersendiri bagi masyarakat atau masyarakat malah menikmati lebay yang demikian. bagi saya kadang lebay itu perlu tapi liat kondisi dan siapa kita.

bandingkan dengan Ronaldo, walau terkesan sok, akan tetapi saya menikmati gaya yang demikian. Gaya yang demikian bisa menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan.

Ronaldo sombong cocok. Hasil yang dia dapatkan adalah usaha sangat keras dlm hidup...

Lha politikus yang menang dengan cara mengicuh, yang secara mental lemah dan malas, malah gaya yang kebanyakan.

Kalau bahasa Aceh disebut, jak lam pageu keudeuh...

Gaya mereka memang bikin aku mencret bang lama-kelamaan, kayak abang bilang, Macam masuk susu basi kedalam perutku itu Bang !