KEGIATAN SOSIAL MENGECAT MESJID BAYU
Hai Kawan-kawan Steemit apa kabar ? Saya mau ceritakan sebuah kegiatan sosial yang telah kami lakukan sebelum bulan puasa Ramadhan ini, sekitar sebulan yang lalu. Pada waktu itu, kami para tim pekerja sosial masyarakat IPSM (Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat) Aceh Utara melakukan satu kegiatan sosial yaitu mengecat sebuah Mesjid di kecamatan Syamtalira Bayu yaitu Mesjid Cot Plieng Bayu. Mesjid ini adalah sebuah mesjid Syuhada Cot Plieng Bayu, sebuah mesjid yang mempunyai nilai sejarah yang sudah terlupakan, bahkan nampak seperti kurang terurus, kotor dan agak kusam, sehingga timbul inisiatif kami para pekerja sosila untuk bersama-sama melakukan pengecatan ulang. Mesjid ini dibangun diatas tanah ukuran 9-12 meter persegi, meski pernah dipugar, tapi kini bangunan mesjid sangat kurang perawatan. Beberapa jendela kaca mesjid ini sudah bayak yang retak dan pecah.

Suasana mesjid kecil itu terlihat sepi, dekat pintu masuk ada tulisan terpatri pada sebuah prasasti pada dinding depan, Isinya tentang pembangunan masjid pada maret 1988 atas swadaya masyarakat setempat dan warga Jepang dengan tulisan menggunakan huruf aksara kanji. Mesjid ini berada di Desa Beunot, Syamtalira Bayu, kabupaten Aceh Utara. Sejarah berdirinya masjid ini bersinggungan dengan jaman peperangan kerajaan Aceh dengan tentara negara Jepang yang masuk ke Aceh antara tahun 1942 - 1945.

Menurut informasi beberapa masyarakat yang tinggal di sekita Masjid ini bahwa mesjid ini merupakan simbol dari keberanian Teungku Cot Plieng melawan tentara Jepang bersama para santrinya. Masjid sempat dibakar Jepang pada tahun 1942, alasan Jepang membakar masjid ini bahwa ketika mereka mencari pejuang Aceh Tengku Cot Plieng atau Teungku Abdul Djalil, mereka tidak menemukannya, Teungku Cot Plieng adalah ulama muda yang juga sebagai imam Mesjid ini pada waktu itu dan juga merupakan pimpinan dayah (pesantren) Cot Plieng Bayu paling dicari oleh tentara Jepang pada masa itu, sehingga tentara Jepan sangat marah dan pelampiasan Mesjid ini pun dibakar oleh mereka.

Berdasarkan informasi masyarakat kepada kami, bahwa Dalam sebuah pertempuran dengan tentara Jepang Tengku Abdul Djalil wafat tertembak oleh tentara Jepan. Dan dimakamkan di samping masjid ini, juga berdampingan dengan makam dua istrinya, dan disitu juga ada makam santri-santri Tengku Cot Plieng. Dan sebagai bukti sejarah pula, tugu pahlawan atas perjuangan Tengku Cot Plieng dibuat di depan Jalan Medan-Banda Aceh. Pada tugu tersebut tertulis sejumlah nama para pejuang Aceh yang syahid dalam perang melawan tentara Jepang.

Kami melakukan pengecatan sekitar 2 hari, yaitu hari sabtu dan minggu, dengan saling berkerja sama dengan beberapa orang masyarakat sekitar Mesjid yang mau membantu, dan kami mengubah beberapa warna cat dasar ke warna yang lebih cerah. Kami para pekerja sosial melakukan kegiatan aksi sosial hanya untuk sekedar menularkan kebaikan, dengan harapan akan ada kegiatan-kegiatan yang sama yang akan dilakukan oleh kelompok masyarakat lain. Karena kami juga mengetahui bahwa mesjid ini juga mempunyai nilai sejarah lain bagi para mantan GAM, bahwa di mesjid ini juga sering dilakukan peseijuk senjata bagi para tentara GAM.
Alhamdullilah akhirnya kami dapat menyelesaikan pengecatan mesjid ini tepat waktu sesuai perencanaan. Terima kasih