Belajar Ikhlas

Aku terdiam menyeka air mata, lalu menghela nafas. Aku tahu sesuatu yang di ambil dariku, pasti akan di gantikan dengan yang lebih baik. Kesekian kalinya aku mengulang kalimat itu, semua akan baik-baik saja, aku tersenyum lebar, membangkitkan dengan paksa jiwa yang lengah.

Sedetik kemudian senyum itu terhenti, bulir bening kembali membasahi pipi, semua kisah lama itu terus saja berlalu lalang di pelupuk mata, seperti kaset rusak yang terus saja berputar tanpa jeda.
Sungguh dadaku terasa sesak, sesakit ini 'kah perasaan yang jatuh tidak pada tempatnya.
Perasaan yang tak pernah di inginkan, namun membuatnya jatuh begitu dalam.
iya, inilah perasaan yang seharusnya tidak di pupuk sedari awal.

Air mata mulai mengering, bukan karena aku memaksanya berhenti, tapi karena mata 'pun telah menyerah untuk rasa sakit itu.
Dalam hening dengan sujud yang begitu dalam,
Aku berbisik lembut, "Ya Rabb, aku ridho dengan ketetapanmu."
Sampai di sini aku bisa sedikit lega, perlahan ikhlas meski belum sepenuhnya rela.