Economic Diary Game 21 Des 2024: Entrepreneur Kecil, Impian Besar
Pagi ini aku bangun dengan hati yang, entah kenapa, rasanya adem banget. Seperti ada angin sepoi-sepoi di dalam dada yang bilang, "Eh, santai aja, hidup ini indah." Aku bersyukur, karena pagi ini aku sadar, nikmat dan rahmat itu nyata. Dan aku masih diberi waktu untuk merasakannya.
Pagi-pagi aku ikut pengajian di puskesmas. Bukan karena sakit atau apa, tapi memang pengajian ini rutin diadakan sebulan dua kali oleh pegawai di sana.
Jangan remehkan pengajian di puskesmas, ya. Mereka yang mengadakan pengajian ini serius banget.
Aku duduk, mendengarkan, dan rasanya tuh... tenang. Seperti air sungai yang mengalir pelan-pelan di musim kemarau. Sampai jam 08.30 aku di sana, dan ketika selesai, aku merasa ada yang lebih ringan di hati.
Setelah itu, aku melanjutkan hidup dengan agenda yang lebih duniawi: mengeprint dokumen.
Jangan tanya dokumen apa, intinya penting. Setelah semua selesai, aku pulang ke rumah, istirahat.
Belanja Kebutuhan Laundry
Pukul 13.00, kami langsung berangkat ke Cirebon. Istriku bilang, "Aku butuh beli keperluan buat laundry."
Dan, seperti suami baik-baik pada umumnya, aku langsung mengiyakan tanpa tanya detail. Kami sampai di toko, dan Alhamdulillah, barangnya langsung ada. Hemat waktu, hemat energi.
Sentra Cemilan
Setelah itu, kami mampir ke Plered. Kalau kamu belum tahu, Plered ini surganya cemilan. Mau apa aja ada. Kami muter-muter, memilih dengan teliti, dan akhirnya beli tiga jenis makanan favorit keluarga: basreng, makaroni, dan talas.
Camilan-camilan itu rasanya kayak pengingat kecil bahwa hidup ini nggak melulu soal kerja keras. Kadang, bahagia itu sesederhana ngemil sesuatu yang kriuk-kriuk sambil ngobrol santai sama keluarga.
Peluang Usaha
Di sini, cemilan dijual dalam ukuran bal, gede-gede kayak karung kecil yang rapi. Satu bal harganya bervariasi, mulai dari 40 ribu sampai 100 ribu, tergantung jenisnya.
Tapi yang menarik, mereka yang beli di sini biasanya nggak cuma untuk ngemil sendiri.
Kebanyakan malah buat usaha lagi. Cemilan-cemilan itu sudah dibungkus dalam ukuran kecil-kecil, pas banget buat dijual di warung. Tinggal diambil, ditata, lalu didistribusikan ke warung-warung terdekat.
Untungnya? Bisa sampai 50%! Coba bayangin, modal 100 ribu bisa jadi 150 ribu. Lumayan banget, kan? Kadang aku mikir, mereka yang jual cemilan ini mungkin nggak cuma ngejual kriuk-kriuk, tapi juga ngejual kesempatan untuk orang lain cari rezeki.
Di setiap gigitan basreng itu, ada cerita perjuangan yang nggak semua orang tahu.
Tiba Di Rumah
Kami tiba di rumah sekitar pukul 17.00. Matahari sudah hampir tenggelam, dan badanku terasa seperti karet yang habis ditarik-tarik seharian. Letih, tapi ada rasa puas yang diam-diam menyelinap.
Setelah membereskan barang-barang, kami langsung duduk bersantai. Cemilan yang tadi kami beli akhirnya dibuka. Suara kriuk-kriuk basreng dan makaroni menemani sore kami. Rasanya seperti menemukan kedamaian kecil setelah perjalanan panjang.
Tapi, ternyata kejutan belum selesai. Ada rezeki lain yang menunggu di meja. Sebuah kotak roti Amanda dengan pita kecil di atasnya, hadiah dari seseorang yang baik hatinya.
Alhamdulillah, aku tersenyum. Rasanya seperti diingatkan lagi bahwa kebaikan itu bisa datang kapan saja, dari mana saja.
Benar sekali kk toko seperti itu kita bisa mengambil sedikit manfaat dengan cara mengkonsumsi barang yang dijual dengan ukuran bungkus kecil kita bisa mengambil laba sedikit dengan menjual nya☺️💕 semoga sukses selalu amin🤲🏻