Kuah Beulangong untuk Silaturrahmi

Setelah vakum beberapa bulan dan mungkin nyaris setahun tanpa acara, akhirnya Gelanggang Mahasiswa Sastra Indonesia (Gemasastrin) berhasil menggelar kegiatan silaturrahmi, kemarin, 25 Maret 2018. Kegiatan tersebut berlangsung di Pantai Penyu, Lhoknga, Aceh Besar.

Sebenarnya, kegiatan silaturrahmi ini sudah direncanakan sejak akhir tahun lalu. Paket kegiatan mulanya berbentuk pengabdian di sekolah. Rencana awal di Aceh Jaya. Namun, karena satu dan lain hal, kegiatan tersebut batal dilaksanakan.

Sejak pembatalan itu, ketegangan mulai tercipta dalam organisasi Gemasastrin, sebuah organisasi himpunan mahasiswa jurusan PBSI di FKIP Unsyiah. Ketegangan tercipta bukan hanya antara mahasiswa dengan mahasiswa, tetapi juga antara mahasiswa dan dosen.

Ketegangan itu akhirnya luluh tatkala disepakati bahwa kegiatan silaturrahmi tetap bisa dilaksanakan, tapi lokasi di Aceh Besar, agar semua dosen bisa ikut. Persiapan demi persiapan terus dilakukan. Namun, aral tentu tak bisa dihindari. Kali ini aral datang dari mahasiswa baru. Terkesan ada penolakan dari mahasiswa baru untuk ikut kegiatan silaturrahmi tersebut.

"Jangan gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga." Inilah prinsip yang diambil pengurus dan panitia pelaksana. Maka itu, kegiatan silaturrahmi pun berlangsung, walau tanpa kehadiran satu dua orang mahasiswa baru.

Saya menjadi tukang masak kuah beulangong, yaitu gulai kambing khas Aceh. Agar semua orang bisa makan, gulai kambing ini dimasak tidak terlalu pedas. Jangan tanya soal biji ganja. Ini memang bumbu penyedap silaturrahmi. Hehehe

Akhirnya, ketegangan kemarin luluh dengan santapan kuah beulangong secara bersama-sama. Setiap orang dapat satu porsi. Selamat menikmati!

HRN