Economic Diary Game - Menikmati Suasana Pantai Ujung Blang
Sedikit kaget, terdengar suara alarm ponsel yang agak keras, aku pun terbangun dari mimpi indah. Padahal aku lagi bermimpi berada di negeri Mukidi, sebuah negeri yang aneh dan lucu. Dengan rasa terpaksa aku bangun dan mematikan bunyi alarm tadi meskipun rasa ngantuk masih menggodaku untuk melanjutkan mimpiku.
Kutepiskan rasa kantuk itu karena aku harus segera ke kamar mandi untuk berwudhu untuk menunaikan kewajiban. Setelah sholat subuh aku merasakan kesemutan di kakiku. Ini sudah aku rasakan ketika bangun tidur tadi. Biasanya ini akan sembuh sendiri jika aku berjalan di atas pasir. Sambil menunggu pagi lebih terang, aku berencana untuk pergi ke pantai Ujung Blang.
Cuacapun tidak mendung seperti beberapa hari yang lalu, ini hari Minggu yang menyenangkan sambil berolahraga sekaligus menikmati suasana pagi di pantai Ujung Blang. Ini adalah Pantai yang indah di Kota Lhokseumawe, kota tempat kami tinggal. Sekitar jam 7.00 pagi aku bersama keluarga berangkat ke Pantai tersebut. Biasanya setiap pagi minggu ramai pengunjung datang kesana.
![]() | ![]() |
|---|
Dalam perjalanan ku ke Pantai Ujung Ujung, aku sempat mengingat-ingat kembali mimpi dalam tidurku tadi sebelum dibangunkan alarm. Bahwa seakan-akan aku lagi berada di Republik Mukidi.
Sebuah negeri lucu penuh dengan segala macam trik sulap yang dipimpin oleh presiden Mukidi. Negeri itu suka menulap apa saja, dari yang ada hingga tiada, bahkan dari yang gak ada tapi diada-adakan. Negeri itu mirip seperti sebuah panggung sandiwara.
Baru-baru ini presiden Mukidi ketauan mengunakan ijasah palsu pada waktu dulu mendaftar menjadi presiden. Terbayang bagaimana seluruh Rakyat negeri itu tertipu oleh seorang Mukidi. Ini cerita masih dalam mimpiku tadi sebelum aku terbangun. Ah mimpi yang aneh, semoga aku benar-benar tidak berada di Negeri Mukidi.
Ingatan kisah dalam mimpinku pun terputus, karena perjalananku ke Pantai Ujung Blang sudah sampai. Setelah memarkir mobil, aku melepas sandal, lalu mulai berjalan tanpa alas kaki di sepanjang pantai bersama istri dan anak-anakku. Karena hari ini adalah hari libur akhir pekan, banyak pengujung dan anak-anak bermain pasir sambil mandi di pinggir Pantai.
![]() | ![]() |
|---|
Aku terus berjalan menyusuri pantai sambil mencari momen yang bagus untuk aku bidik dengan kamera handphoneku. Karena aku sangat suka memotret objek yang bagus dan indah, sehingga aku betul-betul menikmati suasana pantai yang indah dengan segalah macam keceriannya meskispun masih terlintas dalam banyanganku negeri Mukidi.
Saya juga melihat beberapa nelayan menarik pukat, berupa jaring ikan dari laut ditarik ke darat. Jaring tersebut biasanya di pasang pada malam hari, kemudian di pagi hari mereka menarik beramai-ramai di pinggir pantai. Rata-rata satu kelompok nelayan bisa mendapat ikan sekitar 50 - 150 Kg ikan. Satu kelompok Nelayan biasanya 8 -10 orang.
Tapi sejak cuaca tak menentu seperti sekarang, kadang hujan kadang panas, hasil tangkapan ikan mereka pun berkurang. Rata-rata satu kelompok Nelayan berpenghasilan sekitar Rp. 2.000.000 sampai Rp3.000.000, lalu di bagi rata setelah dipotong biaya operasional, seorang nelayan bisa membawa pulang uang rata-rata sekitar Rp. 200.000.
Informasi yang saya dapat dari hasil bincang-bincang dengan salah satu Nelayan yang kebetulan saya kenal, kondisi sekarang sangat susah bagi mereka Nelayan kecil, biaya hidup tambah tinggi, sementara penghasilan tidak menambah.
Yang hebatnya lagi kata mereka Pemerintah sungguh tega dengan menaikan BBM ditengah-tengah Ekonomi Rakyat masih terpuruk. Yang lucunya lagi sudah harga naik, rakyat masih disuruh antri untuk mendapatkan BBM tersebut. Benar-benar gila, seakan hampir sama dengan kondisi negeri Mukidi, bedanya kalau disana ada kelucuan tersendiri.
![]() | ![]() |
|---|
Aku sengaja memperhatikan sekelompok Nelayan sedang mengumpulkan ikan dari hasil jaring pukat yang mereka tarik dari laut. Saya melihat kelompok nelayan ini sedikit beruntung, mereka mendapatkan ikan sedikit lumayan. Para nelayan terlihat senang, sambil tertawa kecil sambil memisahkan jenis ikan yang bisa dijual dan yang tidak.
Untuk berbagi kesenangan, aku pun membeli 2 kg ikan pada mereka. Ikan ini masih sangat segar, hargapun tidak terlalu mahal, cukup membayar Rp. 50.000 untuk 2 Kg ikan tersebut, kira-kira kalau di Kurs dengan Steem sekitar 14,3 Steem (Rp 3.500/Steem hitungan kurs hari ini).
Kemudian aku melanjutkan berjalan menyusuri jalan sepanjang pantai sambil menikmati indahnya suasana pantai sambil tetap fokus mencari momen yang bagus untuk diabadikan dengan kamera HP. Nah ini dia moment yang bagus, aku melihat banyak anak kecil bermain pasir di pantai, ada juga yang sedang mandi dipinggir pantai.
![]() | ![]() |
|---|
Kegembiraan anak-anak kecil bermain dipantai sungguh sangat menyenangkan untuk diperhatikan. Mereka tidak mengalami beban hidup seperti dialami oleh orang tuanya. Setelah mendapatkan beberapa photo tersebut, kemudian kami istirahat di warung pinggir pantai sambil makan kue tape dan memesan Air Kelapa Muda.
Sebuah kelapa muda di sini dijual seharga Rp 10.000 atau sekitar 3 Steem. Waktu terus berjalan tampa terasa, sengaja aku melihat jam di HPku, rupanya waktu sudah menuju pukul 10.15 Wib, akhirnya kami menyelesaikan aktivitas kami di Pantai Ujung Blang dan segera kembali ke rumah.
Saat perjalanan pulang ke rumah aku masih terbayang kata-kata yang di ucapkan Nelayan tadi, sungguh tega Pemerintah menaikan BBM di saat Ekonomi rakyat masih terpuruk. Ucapan lugas dari Rakyat kecil penuh makna.
Faktanya ketegaan Pemerintah sebernarnya sudah berlangsung lama, Paling tidak ini sudah berlangsung sekitar 8 tahun terakhir ini. Sesampai di rumah aku hanya bermalas-malasan saja, nonton TV dan membuka internet sampai menjelang sore membaca berbagai informasi disana, sekali-kali masih sempat memikirkan negeri Mukidi. He he he.
.png)















Thank you, friend!


I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.