Pascabanjir Bandang, Rumah Potong di Pidie Jaya Masih Tertutup Lumpur

in Steem SEA12 hours ago

IMG_20251230_092439_838.jpg

Pidie Jaya – Aktivitas Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Gampong Mns Jurong, Teupin Pukat, Kabupaten Pidie Jaya, hingga Selasa (30 Desember 2025) masih terhenti total. Bangunan yang strategis, terletak di pinggir Sungai Krueng Meureudu dan dekat dengan pasar tradisional itu, masih tertimbun lumpur sisa banjir bandang yang melanda wilayah tersebut beberapa waktu lalu.

Banjir bandang yang datang dengan kekuatan besar telah meluluhlantakkan berbagai infrastruktur di Pidie Jaya. Tak hanya rumah warga, kantor pemerintah, dan fasilitas umum, RPH yang menjadi urat nadi pasokan daging segar untuk masyarakat pun ikut menjadi korban. Lokasinya yang dekat dengan sungai justru menjadi titik terdampak parah oleh luapan lumpur kiriman dari gunung.

Toke Andalas, salah seorang pelaku usaha pemotongan hewan di RPH tersebut, dengan wajah sedih menyatakan bahwa upaya pembersihan mandiri tak kunjung membuahkan hasil. “Hingga hari ini, Selasa 30 Desember 2025, masih berlumpur. Lumpur kiriman dari gunung belum dapat kami bersihkan sendiri. Kondisinya sangat parah,” ujarnya kepada Cek Mad dari media ini.

Dalam keterangannya, Andalas mengungkapkan betapa vitalnya fungsi RPH itu sebelum bencana terjadi. “Sebelum banjir, di sini selalu bahkan setiap hari ada aktivitas pemotongan. Kebutuhan daging segar untuk seluruh Pidie Jaya, terutama Meureudu sebagai ibukota kabupaten dan sekitarnya, bisa terpenuhi dari sini,” katanya.

Kini, dengan kondisi RPH yang tidak beroperasi, pasokan daging untuk masyarakat dikhawatirkan mulai terganggu. Kekhawatiran itu semakin besar menyambut bulan Ramadan dan Idul Fitri (Lebaran) yang tinggal hitungan bulan. Andalas pun menyampaikan permohonan mendesak kepada pihak berwenang.

“Dengan wajah sedih, saya mewakili rekan-rekan di sini memohon kepada yang berwenang agar rumah potong ini dapat segera dibersihkan. Pemotongan hewan harus bisa kita lakukan seperti sediakala demi kebutuhan daging masyarakat,” pintanya. Ia menekankan bahwa permintaan ini bukan hanya untuk kepentingan usaha, tetapi lebih untuk menjaga stabilitas pasokan pangan pokok masyarakat.

RPH yang dimaksud sebenarnya merupakan aset strategis. Selain lokasinya yang sangat dekat dengan pasar—memudahkan distribusi—bangunan tersebut sebelumnya dikenal selalu terjaga kebersihannya. Namun kini, bangunan itu masih terbengkalai, dipenuhi sisa-sisa lumpur kering yang mengeras.

“Sungguh sayang bangunan strategis ini dibiarkan hingga kini. Padahal kita akan berjumpa dengan bulan Ramadan dan Lebaran, di mana kebutuhan daging pasti meningkat drastis,” tambah Andalas, menyuarakan kecemasan banyak pihak.

Ia sekali lagi menegaskan permohonannya, “Saya sekali lagi memohon kepada yang berwenang, baik pemerintah kabupaten maupun dinas terkait, untuk segera melakukan pembenahan kembali. Kami butuh bantuan alat berat dan koordinasi untuk pembersihan lumpur ini agar RPH bisa beroperasi normal kembali.”

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah daerah mengenai timeline perbaikan dan pembersihan RPH tersebut. Masyarakat Pidie Jaya, khususnya di Meureudu, berharap agar proses pemulihan infrastruktur pangan ini dapat dipercepat agar ketahanan pangan, terutama di momen menjelang hari raya yang suci, tetap terjaga.
(CM Cek Mad)

IMG_20251230_092741_458.jpg

IMG_20251230_092638_981.jpg

IMG_20251230_092633_139.jpg

IMG_20251230_092600_338.jpg