Cut Putri, a Woman Who Looking for Traces the Collapse of Aceh Darussalam Kingdom [Cut Putri, Wanita Pencari Jejak Keruntuhan Kerajaan Aceh Darussalam]
It's so sad, we seem to have lost a sense of humanity and forgotten our history.
In mid-2017, the name Cut Putri often adorned mass media in Aceh. Its emergence is associated with Waste Water Treatment Plant Project (IPAL).
Pada medio 2017 lalu, nama Cut Putri kerap menghiasi pemberitaan media massa di Aceh. Kemunculannya dikaitkan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
This project is suspected to be built on the central area of Aceh Darussalam Kingdom located in Gampong Pande, Kutaraja Sub-district, Banda Aceh.
Proyek ini ditengarai dibangun di atas wilayah pusat Kerajaan Aceh Darussalam berlokasi di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.
IPAL project in Gampong Pande | Proyek IPAL di Gampong Pande Photo source
IPAL is considered to have damaged the central area of the Kingdom of Aceh Darusalam and eliminated the important sites which are evidences of its glory in the past.
IPAL dianggap telah merusak area pusat Kerajaan Aceh Darusalam dan menghilangkan situs penting bukti kejayaannya pada masa lampau.
Cut Putri then became one of the symbols of resistance and women struggle in IPAL development project that has undermined civilization and preservation of Aceh's historical culture.
Cut Putri kemudian menjadi salah satu simbol perlawanan dan perjuangan wanita Aceh atas pembangunan IPAL yang telah meruntuhkan peradaban dan pelestarian budaya sejarah Aceh.
Cut Putri stands in front of the king of Aceh tomb | Cut Putri berdiri di depan makam raja Aceh Photo source
Cut Putri got success. In mid-2017 the central government finally halted the IPAL project. Furthermore, the government gave an opportunity to the archaeologists to map the central location of the Kingdom of Aceh Darussalam that entered in the area of IPAL.
Cut Putri terbilang berhasil. Pada medio 2017 pemerintah pusat akhirnya menghentikan proyek IPAL. Selanjutnya pemerintah memberi kesempatan kepada para arkeolog untuk memetakan kembali lokasi pusat Kerajaan Aceh Darussalam yang masuk dalam wilayah IPAL.
"This project must be stopped. It will remove many royal history sites that are now buried in this area," said Cut Putri who shake the world for recording the tsunami wave that hit Aceh on December 26, 2004.
"Proyek ini harus dihentikan. Apabila dilanjutkan akan menghilangkan banyak situs sejarah kerajaan yang sekarang terkubur di area ini," kata Cut Putri yang sempat membuat heboh dunia karena berhasil merekam gelombang tsunami menerjang Aceh pada 26 Desember 2004.
Cut Putri in georadar mission of Gampong Pande history site | Cut Putri dalam misi Georadar situs sejarah Gampong Pande Photo source
I met her in mid-2017. Together with the archaeologist from Unsyiah Dr Husaini Ibrahim, the woman who still has a Aceh king's lineage invited me to see the location of IPAL project in Gampong Pande, Banda Aceh.
Saya menemuinya pada pertengahan 2017 lalu. Bersama arkeolog dari Unsyiah Dr Husaini Ibrahim, wanita yang masih memiliki garis keturunan raja-raja Aceh ini mengajak saya melihat lokasi proyek IPAL di Gampong Pande, Banda Aceh.
I also had the opportunity to see a site shaped the foundation of an old building that used to function as a mosque. To me, Cut Putri expressed his concern about condition of the area which ever became the center of Aceh Kingdom.
Saya juga berkesempatan melihat sebuah situs berbentuk fondasi bangunan tua yang dulunya berfungsi sebagai masjid. Kepada saya, Cut Putri mengungkapkan rasa prihatinnya dengan kondisi area tersebut yang dulunya pernah menjadi pusat Kerajaan Aceh.
Cut Putri in front of garbage instalation waste in Gampong Jawa | Cut Putri di depan tempat pembuangan akhir Gampong Jawa Photo Source
But now, on it already stands mountains of garbage and human feces shelter. "It's so sad, we seem to have lost a sense of humanity and forgotten our history," she said.
Namun sekarang di atasnya sudah berdiri gunungan sampah dan penampungan tinja manusia. "Sangat sedih. Sepertinya kita telah kehilangan rasa kemanusian dan melupakan sejarah," ujarnya.
"Whereas once in this region many scholars and umara live and they built a civilization so that the Kingdom of Aceh Darussalam recognized as the third largest kingdom in the world," added the woman who now runs Darut Donya Foundation.
"Padahal dulu di kawasan ini banyak ulama dan umara hidup dan mereka membangun sebuah peradaban sehingga Kerajaan Aceh Darussalam diakui sebagai kerajaan ketiga terbesar di dunia," tambah wanita yang sekarang mengelola Yayasan Darut Donya ini.
Georadar mission in Gampong Pande history site | Misi georadar di situs sejarah Gampong Pande Photo source
On March 4th, the location of the IPAL project officially began to be included in the research area of archaeologists. For the initial phase of the IPAL area, it was mapped again using the georadar method to find the initial surface layer before it is buried with other materials.
Pada 4 Maret lalu, lokasi proyek IPAL secara resmi mulai masuk dalam wilayah penelitian para arkeolog. Untuk tahap awal area IPAL dipetakan kembali menggunakan metode georadar untuk mengetahui lapisan permukaan tanah awal sebelum terkubur dengan material lain.
Mountain of garbage in Gampong Pande history site | Gunungan sampah di atas situs sejarah Gampong Pande Photo source
This activity was conducted by Prof Dr Ir Eng Teuku Abdullah Sanny, a professor from ITB who has been patent holder of Georadar for arround the world archaeologist. [*]
Kegiatan ini dilakukan Prof Dr Ir Eng Teuku Abdullah Sanny, seorang guru besar dari ITB, yang juga pemegang hak paten Georadar untuk arkeolog dunia.[*]
Baca juga
Kemarin namanya disebut-sebut lho sama Pak YD sebagai salah satu penulis feature terbaik di Serambi. (Y)
Hehehe...menulis feature memang bagian dari hobi saya. Klau disebut seperti itu mungkin hanya kebetulan saja... :)
menarik sekali. semoga kita selalu menjadi generasi yang bisa menjaga situs bersejarah aCeh.
Sebaagai orang Aceh harus bangga bisa punya sejarah yang gemilang , apalagi bisa menjaganya dengan baik. Setuju sekali...
Pernah tertarik di ranah sejarah dan situs purbakala, suka mendengar presentasi para arkeolog, tapi karena rentang ingatan pendek dan cukup buruk, saya memutuskan mengagumi para pencari jejak sejarah saja. Sangat ingin bertemu dengan Kak Cut Putri itu, Bang @ansaridaily.
Tulisan yang cukup informatif...terima kasih, ya.
Oooow....hehhe. Yayaya. Boleh juga. Nanti saya fasilitasi boleh juga..:)
Semoga situs ini jadi daya tarik dunia.. Untuk meneliti banyak hal di aceh..
Yuss...benar sekali. Moga saja bisa tercapai rencana seperti itu..
Tuan putri be meutuah
Bemeutuah dan meubahgia cit...
Menyelamatkan situs sejarah memang sukar. Syukur bisa selamat
Iyhaa....masih perlu perjuangan oanjang lagi kayaknya..